Terselip Harapan Bisa Kembali “Bekerja” di Dalam Kraton
IMNEWS.ID – SETELAH soal kepahlawanan Sinuhun PB XII dan seruan agar pemerintah RI mengembalikan status Surakarta sebagai daerah Istimewa sebagai provinsi terpisah (dari Jateng-Red), ada satu hal penting di antara “core message” yang menjadi “hot issue” selama kurun waktu tertentu. Harapan semua bebadan dan elemen masyarakat adat yang terwadahi dalam Lembaga Dewan Adat (LDA) untuk bisa bekerja menjalankan tugas, kewajiban dan tanggungjawab di dalam Kraton Mataram Surakarta seperti sebelum 2017, terselip dalam riwayat singkat yang dibacakan dan doa bersama yang terselip sebagai “hot issue” dalam “core message” yang muncul dari upacara adat atau ritual kholdalem ke-15 Sinuhun Paku Buwana XII di Pendapa Sitinggil Lor, Sabtu (12/11).
“Karena begitu besarnya jasa-jasa beliau, maka seharusnya upacara adat seperti ini dilangsungkan di dalam kraton. Juga kegiatan-kegiatan lain, utamanya upacara adat yang menjadi tanda-tanda kehidupan kraton. Alangkah baiknya kalau bisa kita adakan di dalam kraton. Kalau begitu, setuju menapa mboten menawi kulalan panjenengan sadaya saget mlebet kraton malih? Setuju menapa mboten kula lan panjenengan nindakaken sadaya jejibahan melestarikan budaya dan adat wonten nglebet kraton? Setuju menapa mboten upami kula lan panjenengan sadaya mlebet kraton malih Desember menika?,” begitu ajak Gusti Moeng yang diungkapkan dengan beberapa pertanyaan, saat membacakan riwayat singkat Sinuhun PB XII, Sabtu siang (12/11) itu.
“Warga Pakasa (Cabang Kabupaten) Ponorogo mendukung sepenuhnya. Total tanpa reserve, kapan saja!. Warga Pakasa Gebang Tinatar siap mengawal semua yang ingin kembali masuk kraton dan benar-benar bekerja dan mengabdi untuk pelestarian budaya Jawa dan demi kuncaraning kagungandalem Kraton Mataram Surakarta. Sudah lama para kerabat masyarakat adat kawuladalem kepengin ikut merawat dan menjaga keindahan kraton sebagai warisan dunia, warisan leluhur peradaban. Kasihan dan menyedihkan kalau terus-menerus dibiarkan rusak sampai sekarang ini,” tegas KRRA MN Gendut Wreksodiningrat, salah seorang trah dari Sinuhun PB VI yang juga Ketua Pakasa Cabang Ponorogo (Jatim), ketika dihubungi iMNews.id, tadi pagi.
Seruan dan harapan warga Pakasa Cabang Gebang Tinatar terhadap siapa saja yang berkepentingan membukakan kesempatan kembali masuknya para kerabat dan masyarakat adat yang dipimpin Gusti Moeng selaku Ketua LDA, memang sangat beralasan. Mengingat, organisasi Pakasa yang berkembang menjadi sejumlah cabang dan tersebar di berbagai daerah di Jateng, Jatim dan DIY itu, adalah anak-kandung Kraton Mataram Surakarta yang “dilahirkan” Sinuhun PB X pada tanggal 29 November 1931. Semangat untuk itu menggelora, karena momentumnya tepat di “Bulan Pahlawan” dalam rangka peringatan Hari Pahlawan.
Terlebih, Pakasa Gebang Tinatar yang sampai peristiwa penyerahan kekancingan kepada 300 “Sesepuh Peduli Budaya” cabang di Pondok Pesantren Tanfidzul Qur’an di Desa Pulisari, Kecamatan Jambon, Ponorogo (iMNews.id, 30/10/2022), kini Pakasa cabang resmi memiliki genap 3.000 anggota atau warga. Jumlah itu sebenarnya dimungkinkan masih kalah dengan jumlah warga Pakasa Cabang Klaten, seandainya benar ada dugaan intervensi dari luar yang “berebut massa atas nama bendera parpol” ke dalam organisasi yang murni hanya ingin menggeluti dan melestarikan budaya Jawa itu.
Meski ada sedikit gangguan, tetapi Pakasa Cabang Klaten yang dipimpin KP Probonagoro dan Bendahara KRAT Haryanto diharapkan tetap solid dan bisa mengatasi gangguan dari luar yang berpotensi bisa memecah-belah keutuhan dan kerukunan warga Pakasa. Karena, walau jumlah warganya masih di bawah 500-an, tetapi Pakasa Cabang Jepara di bawah kepemimpinan KRA Bambang Setiawan Adiningrat terbilang solid dan siap ikut mengawal Gusti Moeng beserta para kerabat dan masyarakat adat kembali masuk kraton, serta menyukseskan agenda peringatan Hari Jadi 91 tahun Pakasa yang direncanakan digelar di akhir Desember nanti.
“Warga Pakasa Cabang Jepara siap mendukung dan mengawal masuknya kembali Lembaga Dewan Adat (LDA) yang dipimpin Gusti Moeng ke kraton. Memang akan sangat maksimal kalau pekerjaan perawatan dan pelestarian kraton, bisa dikendalikan dari dalam kraton. Kalangan warga Pakasa juga akan semakin bangga dan meningkatkan totalitas pengabdiannya, kalau berada di dalam habitat sumber budayanya, yaitu di dalam kraton. Kami semua sungguh prihatin kalau sampai saat ini belum bisa mengikuti upacara adat di dalam kraton sambil menikmati kembali keindahannya. Tetapi semangat kami tidak berkurang. Kami akan tetap mengabdikan diri untuk melestarikan budaya Jawa yang bermanfaat bagi warga peradaban secara luas,” harap KRA Bambang.
Doa, harapan dan dukungan riil juga pasti datang dari warga Pakasa Cabang Pati yang dipimpin KRAT Mulyadi Puspopustoko, Pakasa Cabang Trenggalek yang dipimpin KRAT Ola sebagai pejabat ketua sementara, KRT Sukoco sebagai Ketua Cabang Nganjuk, KRAT Surolegowo sebagai Ketua Cabang Wonogiri, KRMRAP Joko Wasis Sontonagoro (Ketua Pakasa Grobogan) dan sejumlah perwakilan cabang lain seperti Dr Purwadi (Pakasa Cabang Jogja) yang hadir pada ritual khol-15 Sinuhun PB XII. Dari satu sisi optimalisasi tugas dan kewajiban perawatan kraton dan pelestarian budaya Jawa, begitu pula efektivitas dan efisiensi pekerjaan, memang seharusnya dilakukan di pusat habitatnya, tetapi ada aspek lain yang cepat dikaitkan dengan urgensi kekuasaan, yang membuat penggunaan logika-logika sehat itu menjadi berada di posisi yang salah. (Won Poerwono-bersambung/i1)