“Message Pahlawan Nasional” Melalui Ritual Khol ke-15 Sinuhun PB XII

  • Post author:
  • Post published:November 12, 2022
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
Gusti Moeng dan Gusti Ayu
UNTAIAN MELATI : Gusti Moeng dan Gusti Ayu dibantu KRMH Manikmoyo dan BRM Parikesit, nampak memasang untaian bunga melati di figura foto Sinuhun PB XII yang menjadi objek ritual kholdalem ke-15 yang digelar LDA di Pendapa Sitinggil Lor, untuk dimohon dalam doa, tahlil dan dzikir menjadi Pahlawan Nasional. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Mumpung Jadi Presiden, Status Daerah Istimewa Bisa Dikembalikan”

SURAKARTA, iMNews.id – “Message” atau pesan permohonan gelar Pahlawan Nasinal menjadi tema besar yang dikumandangkan dalam upacara adat haul atau khol ke-15 atau peringatan 15 tahun wafatnya “Sang Pahlawan” Sinuhun Paku Buwana (PB) XII, yang digelar Kraton Mataram Surakarta di Pendapa Sitinggil Lor, tadi siang. Pesan permohonan segera dikembalikannya status Provinsi Daerah Istimewa Surakarta (DIS), juga dikumandangkan agar bisa diwujudkan Presiden Jokowi yang notabene “wong Sala”, untuk kebanggaan bersama seluruh warga Surakarta.

“Bila melihat fakta-fakta dan jasa-jasa Sinuhun PB XII yang saya sebutkan tadi, segala persyaratan untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional, sudah terpenuhi semua. Maka, mumpung waktunya tinggal kurang lebih 2 tahun, kami mohon pak Presiden Jokowi bisa mengabulkan permohonan kami. Mumpung presidennya dari Sala. Begitu juga, berdasar semua fakta-fakta itu, status Provinsi Daerah Istimewa Surakarta juga sudah memenuhi syarat untuk dikembalikan. Selama republik (NKRI) ini masih menggunakan UUD 45, maka status Daerah Istimewa untuk Surakarta secara konstitusi tetap ada,” tegas GKR Wandansari Koes Moertiyah baik dalam membacakan riwayat singkat Sinuhun PB XII maupun saat memberi sambutan tunggal di acara khol ke-15 “Sang Pahlawan Nasional” itu di Pendapa Sitinggil Lor, tadi siang.

PENDAPA SITINGGIL LOR : Suasana pisowanan yang terjadi di Pendapa Sitinggil Lor, sekitar 300-an perwakilan warga Pakasa dari beberapa cabang, sentanadalem dan abdidalem serta beberapa pejabat di LDA dan bebadan di Kraton Mataram Surakarta, saat mengikuti ritual khol ke-15 Sinuhun PB XII, tadi siang. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Upacara adat khol dalem Sinuhun PB XII yang berlangsung tadi siang mulai pukul 12.00 WIB hingga berakhir pukul 14.00 WIB, berlangsung sederhana tetapi penuh semangat yang tampak dari para pesertanya, sekitar 300 warga Pakasa perwakilan dari berbagai cabang yang ada di Jateng dan Jatim. Ritual diawali dengan penyampaian dhawuh ujub wilujengan khol oleh putra tertua Sinuhun PB XIII, KGPH Mangkubumi, kepada abdidalem jurusuranata MNg Ifa Hamidi Prajadipura untuk memimpin doa wilujengan, tahlil dan dzikir syahadat Quresh dan shalawat Sultanagungan yang menjadi cirikhas Kraton Mataram Surakarta.

Namun sebelum doa dimulai, terlebih dulu ada sebuah prosesi untuk mengarak foto “Sang Pahlawan Nasional” dari Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa menuju tempat ritual, Pendapa Sitinggil Lor yang jaraknya hanya sekitar 50 meter. Sehabis foto dipasang tegak berdiri di tempat upacara, juru pambiwara KP Siswantodiningrat menyebut acara berikut berupa pemasangan untaian bunga melati pada bingkai lukisan Sinuhun PB XII, yang dilakukan bersama oleh GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng dan GKR Ayu Koes Indriyah atau Gusti Ayu, dibantu seorang wayahdalem KRMH Manikmoyo dan buyutdalem yang bernama BRM Parikesit.

MEMBACAKAN RIWAYAT DALEM : Gusti Moeng tampak saat membacakan riwayatdalem Sinuhun PB XII yang didoakan dalam khol ke-15 peringatan wafatnya di Pendapa Sitinggil Lor, siang tadi. Ritual haul berupa doa, tahlil dan dzikir untuk memohon kepada Tuhan YME agar pemerintah RI memberi gelar Pahlawan Nasional dan kembalinya status Daerah Istimewa Surakarta sebagai provinsi.  (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Doa wilujengan, tahlil dan dzikir dipimpin MNg Ifa Hamidi Prajadipura dikumandangkan dari Sitinggil Lor dan berakhir sekitar 45 menit kemudian. Setelah itu, dibacakan riwayat singkat perjalanan hidup Sinuhun PB XII atau yang terlahir dari prameswaridalem Sinuhun PB XI yang bernama Kanjeng Ratu Paku Buwana, dengan nama GRM Surya Guritna. Hanya sekitar 35 hari atau selapan menjelang Proklamasi kemerdekaan RI, putra mahkota yang punya gelar “Raja Islam : Khalifah Sayidin Panatagama Hamangkunagara” itu jumeneng nata sebagai SISKS paku Buwana XII menggantikan ayahandanya (Sinuhun PB XI) yang wafat di saat-saat terakhir BPUPKI dan PPKI yang didukungnya mewujudkan sebuah negara merdeka yang disebut NKRI.

“Jadi, penghargaan Bintang Gerilya, Satya Lencana dan berbagai jasa beliau di untuk kemerdekaan RI dan berperan besar di awal NKRI sampai di Konferensi Meja Bundar (KMB) sampai lahirnya PKJT, ASKI dan UNS, seharusnya sudah sangat jelas persyaratan apa saja yang dibutuhkan untuk pemberian gelar Pahlawan Nasional bagi Sinuhun PB XII. Tetapi, kami memang bisa memahami, permohonan gelar itu pasti ada prosesnya. Namun, melihat segala persyaratan itu, sebenarnya sudah tak ada yang perlu diragukan soal kelayakannya. Sinuhun PB XII sangat layak mendapat gelar Pahlawan Nasional,” papar Gusti Moeng membacakan riwayat PB XII seperti yang pernah dibahas dalam seminar (nota akademis-Red) dan diusulkan kepada pemerintah RI sekitar 10 tahun lalu.

RAPAT PAKASA : Rapat koordinasi Pakasa bersama para pengurus cabang-cabang yang dipimpin KPH Edy Wirabhumi (Ketua Pengurus Pusat Pakasa) membahas peringatan Hari Jadi 91 Tahun Pakasa, di penghujung ritual khol ke-15 Sinuhun PB XII di Pendapa Sitinggil Lor, siang tadi. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Gusti Moeng juga menyinggung salah satu yang diperjuangkan Sinuhun PB XII sampai akhir hayat tahun 2004, yaitu upaya pengembalian status Daerah Istimewa Surakarta (DIS) sebagai provinsi selain Provinsi DIY, karena Maklumat yang dikeluarkan Kraton Mataram Surakarta bertanggal 1 September 1945 atau lebih dulu dari Jogja yang mengeluarkan maklumat tanggal 5 September. Status DIS dimiliki Surakarta selama 9 bulan, karena pemerintah menganggap situasi dan kondisi politik darurat, maka dikeluarkan PP SD No 16/1946 yang intinya “membekukan sementara” status itu, dan akan dikembalikan statusnya dengan UU tersendiri.

Pekik “…leres…” saat para peserta ritual ditanya dengan bahasa Jawa yang kurang lebih berbunyi benar atau tidak Daerah Istimewa Surakarta seharusnya dikembalikan? Peristiwa itu menutup seluruh rangkaian ritual, tetapi masih dilanjutkan dengan sesi rapat pengurus Pakasa yang diikuti dari cabang-cabang yang hadir dan dipimpin KPH Edy Wirabhumi (Ketua Pengurus Pakasa Pusat), untuk kembali mematangkan rencana peringatan Hari Jadi 91 Tahun Pakasa, pada minggu terakhir Desember. Sesi berfoto bersama menjadi pemandangan yang meriah, akrab dan penuh kebahagiaan oleh semua yang hadir dengan para tokoh pejuang kembalinya DIS dan permohonan gelar Pahlawan Nasional untuk Sinuhun PB XII. (won-i1)