Rata-rata Berserakan, Pindah Tempat dan Berkurang Jumlahnya
SURAKARTA, iMNews.id – Di antara rangkaian kegiatan berbenah-benah setelah lebih 5 tahun Kraton Mataram Surakarta ditutup, kegiatan kerjabhakti resik-resik menjadi pekerjaan paling ribet dibandingkan penataan-ulang dan renovasi. Sebab, ketika resik-resik dilakukan di dapur atau “Koken” Gandarasan bagian dalam, yang haru dibersihkan adalah berbagai peralatan dapur termasuk barang pecah-belah yang ringkih dan gampang pecah, yang harus dikerjakan dengan ekstra hati-hati.
Pekerjaan seperti itu, selama tiga hari ini terus dilakukan beberapa abdidalem “Koken” dan para relawan #Safe Kraton yang dikoordinasi Yemi Triana, yang pekerjaannya banyak bersentuhan dengan air di tempat cuci peralatan atau “isah-isah”. Saat dihampiri iMNews.id, tadi siang, diakui di tempatnya bertugas resik-resik tidak terdapat barang istimewa tetapi hampir semua yang harus dibersihkan, perlu kehati-hatian yang tinggi ketika mengambil, mencuci dan mengembalikannya.
“Karena gelas, cawan dan piring dalam berbagai bentuk, kebanyakan terbuat dari kaca. Bahkan banyak yang tipis-tipis. Mengambil dari dalam lemari saja, harus pelan-pelan. Apalagi saat diisahi. Kalau benthik, pasti retak, pecah. Tetapi dengan adanya resik-resik ini, secara tidak sengaja saya malah bisa tahu, karena secara sekilas ada yang berkurang (jumlahnya). Saat kami kumpulkan untuk dibawa ke tempat cucian, kelihatan diletakkan sembarangan. Jadi pada tersebar berserakan, tidak pada tempatnya,” ujar Yemi yang mantan penari Bedaya Ketawang di tahun 1990-an itu.
Di titik lokasi lain, resik-resik juga masih dilakukan di halaman kompleks Pendapa Magangan, terutama halaman di depan kantor Pengageng Karti Praja, Pengageng Pasiten, Pengageng Mandra Budaya dan kantor Pengageng Yogiswara yang menjadi tempat penyimpan sementara 17 kotak wayang koleksi kraton. Tiga kantor bebadan itu jadi satu deret dengan ruang penyimpanan koleksi wayang Bangsal Lembisana, yang talangnya rusak dan bocor saat hujan, tetapi giliran pekerjaan direnovasi belum sampai di situ sudah kedahuluan “ontran-ontran” datang dan kraton ditutup pada April 2017.
“Jadi, ya terpaksa pinjam kantornya Gusti Cahya (GPH Nur Cahyaningrat), waktu itu, untuk menyimpan 17 kotak wayang yang habis didata ulang dan didokumentasi. Selama 5 tahun lebih sejak kraton ditutup belum pernah dibuka. Sampai sekarang juga belum saya izinkan dibuka. Nggak tahu bagaimana nasib isinya. Mudah-mudahan aman (dari tindak kejahatan dan hama jamur-Red),” jelas Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa, menjawab iMNews.id, kemarin.
Pekerjaan resik-resik, secara umum sudah tidak kelihatan di halaman terbuka utamanya sekitar Pendapa Sasana Sewaka, namun di ruang-ruang tertutup seperti “Koken” dan perkantoran Karti Praja, misalnya. Tetapi pekerjaan renovasi semakin banyak terlihat di sejumlah titik, misalnya memasang batang bambu penyangga batang “gording” konstruksi atap bangsal Marcukunda yang patah, mencabuti tanaman liar lalu mengecat ulang dinding Panggung Sangga Buwana, pengecatan ulang dinding tembok sisi kanan dan kiri Bangsal Smarakata, pengecatan anti bocor di atap sirap penutup deretan Bale Rata di kanan-kiri Kori Kamandungan dan sebagainya.
Kegiatan latihan-latihan seni, menurut Gusti Moeng baru latihan tari yang diiringi karawitan rekaman software, karena latihan life karawitan belum bisa diagendakan karena banyak abdidalem karawitan dari Kantor Pengageng Mandra Budaya yang belum bisa dihubungi, selain banyak yang sudah terlanjur menerima “job peye” atau mendapat pekerjaan pentas. Latihan taripun baru bisa diadakan Sabtu (7/1) lalu karena beberapa faktor hambatan itu, dan belum bisa pulih sesuai jadwal reguler Senin dan Rabu serta Sabtu.
“Yang jelas, karena 5 tahun kraton ditutup, tentu sulit mendapatkan tempat untuk berlatih dengan segala kelengkapannya. Karena lama tidak berlatih menari, ya semua otot badan jadi kaku. Ketika kami coba untuk latihan kemarin, badan terasa kaku, linu dan njarem semua. Sekarang, tempat latihan sudah tersedia, karena sudah bisa kembali ke tempat semula. Yang belum siap karawitan iringannya. Karena banyak abdidalem yang sudah terlanjur menerima job pentas,” tambah Gusti Moeng. (won-i1)