Kini, Giliran Gamelan Diakui Unesco Sebagai Warisan Dunia

  • Post author:
  • Post published:September 17, 2022
  • Post category:Budaya
  • Reading time:3 mins read

Setelah Reog, Wayang Kulit, Keris, Batik dan Candi Borobudur

SURAKARTA, iMNews.id – Instrumen yang merujuk pada peralatan, (aspek auditif) musik karawitan beserta komponen artistik dalam satu-kesatuan utuh dari etnomusik (ethnomusic) yang disebut gamelan, kini giliran diakui badan dunia Unesco dan sertifikat pengakuannya dipublikasikan Kemendikbud dalam sebuah upacara dan diteruskan konser musik gamelan di halaman Balai Kota Surakarta, tadi malam (16/9/2022). Pengakuan terhadap karya seni budaya peninggalan leluhur peradaban di Nusantara ini, menjadi urutan berikutnya setelah wayang kulit (2004), keris, batik, reog, Candi Borobudur dan sebagainya yang lebih dulu diakui sebagai kekayaan budaya asli Indonesia untuk dijadikan warisan peradaban milik dunia.

“Tentu saja kami ikut berbangga dan senang, karena gamelan diakui sudah menjadi milik dunia, melalui Unesco. Karena, gamelan sudah menjadi cirikhas kraton-kraton yang merata di Tanah Air. Apalagi, dulu kraton di Nusantara jumlahnya lebih dari 250 lembaga. Semua punya gamelan sebagai bagian dari kearifan lokalnya. Meskipun, tidak selengkap gamelan dari kerajaan-kerajaan di Jawa. Kami ikut berterimakasih kepada siapapun yang mengusulkan untuk mendapatkan pengakuan itu,” ujar GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Kraton Mataram Surakarta, meskipun dirinya tidak bisa hadir atas nama lembaga di acara tadi malam.

Dalam sebuah upacara yang dilanjutkan dengan “Konser Tiga Gamelan, Tribute to Prof Rahayu Supanggah” yang digelar di halaman Balai Kota Surakarta, tadi malam, mengambil tema “Mahambara Gamelan Nusantara”; Gamelan Indonesia untuk Dunia”, utusan dari Kemendikbud bernama Dr Restu Gunawan menyampaikan pengumuman tentang pengakuan Unesco itu dalam sambutannya. Acara yang dimulai pukul 19.30 WIB itu, diisi beberapa sambutan di antaranya dari Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming dan disaksikan utusan Lembaga Dewan Adat Kraton Mataram Surakarta yang diwakili GKR Timoer Rumbai Kusumadewayani, kalangan intelektual kampus, warga masyarakat kota dan tamu undangan dari sejumlah perguruan tinggi seni dan utusan dari beberapa Pemprov serta pemkab/pemkot.

Dalam sambutannya, Dr Restu Gunawan menyebutkan bahwa sertifikat pengakuan Unesco sebenarnya sudah hendak diserahkan tahun lalu, tetapi karena masih dalam suasana pandemi, baru tahun ini diserahkan melalui Kemendikbud untuk mewakili NKRI. Menurutnya, gamelan Indonesia merupakan alat musik etnik yang sangat tua usianya, terutama yang ada di Surakarta. Karena alasan dan pertimbangan itu, resepsi pengumuman pengakuan Unesco itu diadakan di Surakarta.

Dalam kesempatan tersebut juga dijelaskan, bahwa pengakuan gamelan menjadi warisan dunia yang diberikan Unesco merupakan hasil kerja banyak pihak, terutama atas keterlibatan tokoh Prof Dr Rahayu Supanggah yang semasa hidupnya gigih berjuang untuk mengusulkan gamelan agar diakui Unesco. Di tempat terpisah, Gusti Moeng membenarkan pernyataan Dr Restu Gunawan tentang gamelan dari Surakarta sebagai salah satu yang punya usia sangat tua, karena hasil penelitian Prof Dr Amrits Gompress dari Leiden, Belanda sebagai bahan disertasinya, menyebutkan kualitas campuran logam bahan baku gamelan Surakarta memang lebih tua dan lebih baik dibanding gamelan dari daerah lain di Nusantara. (won-i1)