Pakasa yang Belum Bisa Dihadiri Gusti Moeng
BANJARNEGARA, iMNews.id – Sampai tahun ketiga selama pandemi Corona berlangsung sejak 2020, penyelenggaraan event ”Grebeg Sadran Agung Adisara” atau ”Sadran Gede” yang digelar Pakasa Cabang Banjarnegara bersama Pemkab dan sejumlah elemen masyarakat setempat, 30-31 Maret lalu, masih belum bisa dihadiri Gusti Moeng dan rombongan Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta. Pengurus Pakasa Cabang sangat berharap dihadiri Ketua LDA dan juga Pangarsa Punjer Pakasa (KPH Edy Wirabhumi), tetapi nampaknya jadwal nyadran di berbagai makam leluhur Dinasti Mataram di Jateng dan Jatim yang sudah disusun selama sebulan, Ruwah, sudah sangat padat dan belum bisa menjangkau Banjarnegara.
Semangat warga dan berbagai elemen masyarakat setempat untuk memeriahkan event yang dipusatkan di kompleks makam Sunan Kalijaga itu, tetap tampak di berbagai titik lokasi yang digunakan dalam rangkaian ritual hingga Astana Pajimatan Adisara, yang ada di Desa Glempang, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara. Karena, prosesi arak-arakan yang membawa uba-rampe nyadran yang panjangnya 500-an meter, berangkat dari rumah juru kunci makam RT Suwaryo dan berjalan kaki sekitar 1 KM menuju kompleks makam leluhur Dinasti Mataram.

”Tetapi alhamdullillah, semua sudah berjalan lancar, aman dan meriah. Dukungan penyelenggaraan event ini semakin luas. Mungkin karena pandeminya sudah sangat longgar. Batasan protokol Covid, juga makin longgar. Kami mendapat kunjungan Ketua Pakasa Cabang Jepara (KRAT Bambang Setiawan Hadipura) dan Ketua Pakasa Cabang Grobogan (KRAP Joko Wasis Reksadiningrat),” ucap Ketua Pakasa Banjarnegara, KRAT Eko Budiharto Tirtonagoro, menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin.
Meski masih dibatasi dan menerapkan prokes Covid 19, menurut KRAT Eko, pelaksanaan event ”Grebeg Sadran Agung Adisara” kali ini jelas lebih melegakan pengurus Pakasa Cabang dan semua pihak yang terlibat. Karena, keterlibatan Pemkab dan banyak elemen masyarakat kabupaten juga semakin terbuka, bahkan ada event-ervent kecil yang memeriahkan event utama, yang berlangsung menjelang Sadran Gede, yaitu sarasehan dan pemaran/bursa keris dan lukisan di Gedung Balai Budaya.

Sedangkan event utama yang dipusatkan di kompleks Astana Pajimatan Adisara makam Sunan Kalijaga, juga dihiasi berbagai kesenian rakyat yang lama tumbuh subur dan bangkit setelah dilanda pandemi. Prosesi arak-arakan sudah menampung dukungan berbagai elemen seni budaya warga Pakasa, sedangkan menjelang dan seusai doa, rahlil dan dzikir serta makan bersama nasi tumpeng, disajikan seni jaran Ebeg dan tari Lengger dari sanggar-sanggar seni yang diayomi Pakasa cabang.
”Karena, event Sadran Gede ini sudah menjadi objek wisata masyarakat Banjarnegara dan sekitarnya. Mudah-mudahan, pandemi semkain longgar, tahun depan bisa ditata lebih baik lagi. Agar kunjungan wisata spiritual juga bisa terselenggara silih-berganti di semua makam/petilasan/pesanggrahan yang ada. Lebih banyak potensi seni yang bisa disajikan. Tetapi, event paling besar tetap dipusatkan di Astana Pajimatan Adisara,” harap KRAT Eko.
(won-i1)