Gusti Moeng Berbagi Tugas, Karena Ada 4 Lokasi Berjauhan
PONOROGO, iMNews.id – Walau KRA MN Gendut Wreksodiningrat selaku ketua pengurus Pakasa Cabang Ponorogo sedang berhalangan, tetapi warga dan anggota pengurus cabang rata-rata ada 40-an siap menyambut kedatangan rombongan nyadran dari LDA Keraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng selaku ketuanya, Senin pagi (21/3), sekitar pukul 09.00 WIB. Di empat titik lokasi kompleks makam yaitu, Bathara Katong, Jayengrono, Kyai Mh Imam Besari dan petilasan Sunan Kumbul yang jaraknya saling berjauhan di Kabupaten Ponorogo itu, ritual ”nyadran” dilakukan Gusti Moeng yang membagi rombongannya menjadi dua.
”Karena ada empat lokasi yang lumayan jauh, beda kecamatan, warga Pakasa yang ikut bergabung dan among tamu dibagi empat. Masing-masing tempat ada 30 sampai 40-an orang. Rombongan Gusti Wandan sendiri juga dibagi dua, agar empat titik lokasi bisa disadran dalam waktu bersamaan. Kalau digilir satu persatu, waktunya tidak akan cukup. Kebetulan, suasananya juga masih banyak hujan,” jelas Ketua II Pakasa Cabang Ponorogo, KRAT Suro Agul-agul menjawab pertanyaan iMNews.id, tadi siang.
Seperti disebutkan sebelumnya (iMNews.id, 19/3), Gusti Moeng selaku Ketua LDA sekaligus Pegageng Sasana Wilapa Keraton Mataram Surakarta menjalani agenda acaranya ”nyadran” para leluhur Dinasti Mataram yang bersemayam di wilayah Kabupaten Ponorogo (Jatim). Dia memimpin rombongan yang terdiri dari 40-an orang, di antaranya abdidalem jurusuranata yang memimpin ritual nyadran dengan doa, tahlil dan dzikir, yaitu MNg Irawan Setyo Pujodipuro.
Lokasi kompleks makam pertama yang ”disadran” Gusti Moeng, adalah makam Bathara Katong di Desa Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. Di makam Bupati pertama Ponorogo yang dilantik pada masa Keraton Mataram masih berIbu Kota di Kartasura itu, Gusti Moeng ditemani Gusti Ayu (GKR Ayu Koes Indriyah) dan Gusti Timoer (GKR Ayu Timoer Rumbai Kusumadewayani), begitu juga saat meneruskan perjalanan nyekar di makam Kyai Khasan Besari dan Kyai Moh Imam Besari di Desa Pulung Merdiko, Kecamatan Pulung, yang sudah disambut KRAT Suro Agul-agul bersama sekitar 40-an warga Pakasa Gebang Tinatar.
Sementara, rombongan kedua yang dipimpin KPH Edy Wirabhumi bersama putra mahkota KGPH Mangkubumi dan sejumlah sentanadalem menuju sejumlah petilasan Sinuhun PB II yang ada di Desa Pulung Merdika dan kawasan pondok pesantren Gebang Tinatar di Desa Tegalsari, Kecamatan Pulung dan Desa Sawo, Kecamatan Sawo. Dari situ, rombongan menuju Gunung Lorek yang ada di Desa Slahung, kompleks pemakaman Pangeran Joyonegoro, kakak Sinuhun Hanyakrawati Sedakrapyak.
”Di semua titik itu, sudah menunggu warga dan pengurus Pakasa yang juga disebar. Kalau menunggu di satu titik lalu mengikuti perjalanan ke titik-titik lokasi berikutnya, waktunya tidak cukup. Bisa sampai magrib belum selesai,” ungkap KRAT Suro.
Menurut Gusti Moeng, ”nyadran” ke Kabupaten Ponorogo memag harus dipersiapkan betul, terutama dari sisi pembagian waktu, agar banyak titik lokasi makam dan petilasan yang ada kaitannya dengan Sinuhun PB II itu bisa diziarahi semua dalam sekali perjalanan. Tetapi, safari nyekar (tabur bunga) yang dilakukan kemarin itu lancar dan cukup waktu, dan dirinya bersiap memimpin rombongan nyadran ke makam Ki Ageng Selo yang dijadwalkan, Kamis (24/3).
Sementara itu, KRAT Suro Agul-agul juga menyebutkan bahwa warga Pakasa Cabang Gebang Tinatar juga telah menggelar ritual sebagai tradisi rutin tiap tahun yang dilakukan masyarakat Ponorogo menyambut bulan Ruwah. Ritual ”mapag Ruwah” itu dilakukan dengan doa, tahlil dan dzikir yang diikuti sekitar 350-an orang. Acara spiritual religi yang dipimpin Kyai KRT Samsudin Hadipuro berlangsung di masjid yang ada di kompleks makam KRT Bathara Katong, Desa Setono, Kecamatan Jenangan, Kamis malam (3/3).
”Sebelum doa, tahlil dan dzikir, disajikan tahlih oleh MNg Agus Wiyono Reksobudoyo, kidung macapat ”Singgah-singgah Kala Singgah” oleh KRT Prayitno Kusumardjo dan kidung Sariro Ayu oleh KRT Susilo Budi Hadinagoro. Semua kegiatan Pakasa dalam upaya pelestarian budaya Jawa, sampai kini tertata rapi dan terdokumentasi lengkap. Tetapi, kami masih mencari sejarah Ponorogo yang benar-benar objektif, lengkap dan rinci. Terutama, yang berkaitan dengan sejarah Keraton Mataram, baik sebelum sampai saat di Surakarta,” ujar KRAT Suro. (won-i1)