Komunitas Dalang Minta LDA Gelar Wayangan Tiap ”Kemis Legi”
SOLO, iMNews.id – Sekitar 100 orang yang terlibat dalam kepanitiaan dan penyajian agenda acara selama berlangsungnya event ”Pekan Seni dan Ekraf 90 Tahun Pakasa”, Minggu malam (19/12) berkumpul di Pendapa Pagelaran Sasanasumewa untuk bersama-sama melakukan ritual menyantap bubur sungsum atau ”sungsuman”. Dalam tradisi Jawa ritual ”sungsuman” dilakukan sebagai sebuah ungkapan doa panyuwunan (permohonan) kepada Allah SWT agar diberi kekuatan, rasa pegal-linu dan ”capek-capek” yang terasa sampai ke dalam ”balung-sungsum” (tulang sungsum) bisa segera hilang, kekuatan pulih dan badan segar kembali untuk melanjutkan hidup.
”Kula ngaturaken panuwun dumateng panjenengan sadaya, iangkang sampun nyambut-damel ngantos seminggu, malah wonten ingkang langkung. Kula matur nuwun awit panjenengan sampun ngetingalaken raos setya-tuhu nglestantunaken budaya Jawi. Setya-tuhu suwita dateng keraton, tuk-sumbering budaya Jawi. Mila, dalu menika mangga sesarengan nenyuwun dumateng Gusti Allah SWT, mugi paring kekiatan lan mulihaken raos kesel, pegel-linu, supados ical lan dados seger malih kados wingi-uni, kanthi sesarengan dahar bubur sungsum,” demikian ungkapan terima kasih Gusti Moeng sambil mengajak bersama-sama menyantap bubur sungsum, tetapi terlebih dulu mempersilakan abdidalem juru suranata RT Irawan Wijaya untuk memimpin doa.
Kesempatan kedua memberikan sambutan yang dilakukan Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta yang punya nama lengkap GKR Wandansari Koes Moertiyah pada acara ”sungsuman” tadi malam, kemudian diteruskan dengan menyebut beberapa hal yang menarik. Yang pertama soal kekesalan sekaligus ungkapan rasa trenyuh, karena event bertaraf nasional itu bisa belangsung lancar, padahal modalnya hanya gotong-royong semua warga Pakasa dengan segala keterbatasan yang ada.
Hal yang membuatnya kesal, yaitu di balik kesuksesan dan lahirnya solidaritas serta gotong-torong yang luar biasa untuk menyukseskan ”Pekan Seni dan Ekraf 90 Tahun Pakasa” itu, ketika butuh latihan tari dan karawitan untuk sajian selama event digelar (29/11-5/12), harus terpaksa pinjam tempat milik orang lain. Gusti Moeng menyebut, keraton memiliki aset tempat luar biasa banyak, besar dan indah, tetapi harus terpaksa pinjam pendapa Kecamatan Pasarkliwon, Kelurahan Manahan, ndalem Djojokoesoeman dan ndalem Kayonan untuk menggelar aset seni budayanya.
”Ya talah-timen, saatase duwe keraton, pengin nggelar seni budaya asetnya sendiri, nganti direwangi threthekan nyilih enggon nggo latihan. Tetapi, dengan persiapan seperti itu, hasilnya luar biasa. Gotong-royong warga Pakasa dan dukungan pemerintah yang nyengkuyung, ya luar biasa. Ini lo yang bikin saya trenyuh,” tunjuk ”putri raja” anak ke-25 Sinuhun PB XII yang pernah dua periode terpisah jadi anggota DPR RI itu, mengungkapkan perasaannya di depan semua yang hadir ”sungsuman”, tadi malam.
Dalam kesempatan itu penerima penghargaan The Fukuoka Culture Prize Award dari Jepang tahun 2012 itu juga menyampaikan, bahwa gelar event ”Pekan Seni dan Ekraf 90 Tahun Pakasa” itu menjadi kebangkitan banyak hal di lingkungan terkecil Keraton Mataram Surakarta, sampai lingkungan besar skala Nusantara. Setelah sukses itu, pihaknya akan mewujudkan permintaan teman-teman dalang terutama dari Boyolali, agar bisa wayangan di keraton, tiap malam ”Kemis Legi” untuk ”wungon weton” Sinuhun PB X, malam ”Rebo Legi” (weton lahirnya nagari Mataram Surakarta) atau yang lain.
Sementara itu, KPH Edy Wirabhumi selaku Ketua Pusat (Pangarsa Punjer) Pakasa sekaligus pelaksana event ”Pekan Seni dan Ekraf 90 Tahun Pakasa” yang pertama menyambut, selain mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak juga menyebut, event seperti itu diharapkan ditiru keraton-keraton yang lain. Ada perwakilan dari Kesultanan Istana Maimun (Medan-Sumut) yang menyaksikan selama berlangsungnya event, selain siaran live steaming (virtual) agenda acara tiap harinya selama ”Pekan Seni dan Ekraf 90 Tahun Pakasa” berlangsung, yang bisa ditonton secara langsung masyarakat se-Nusantara, termasuk keraton-keraton anggota Majlis Adat Keraton Nusanatara yang diketuai KPH Edy Wirabhumi dan anggota FKIKN yang dikoordinasi Gusti Moeng selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen)nya.
”Dengan persiapan yang sangat terbatas, tetapi karena semua bergerak bergotong-royong nyengkuyung, nyatanya bisa terlaksana sukses dan lancar. Yang menjadi poin kita adalah kegotong-royongan karena mandiri. Itu yang harus kita perhatikan. Meskipun, dukungan pemerintah juga luar biasa. Kita jangan menjadikan ini dalam ketergatungan atau ‘njagakne’. Tetapi, gotong-royong dan mandiri dulu. Mudah-mudahan, kegiatan ini bisa ditiru keraton-keraton lain,” pinta KPH Edy.
Sementara itu, pemerhati budaya Jawa dan keraton secara spiritual KRT Hendri Rosyad Wrekso Puspito di tempat terpisah menyatakan ikut bersyukur event yang digelar LDA bisa berjalan lancar dan sukses. Kerabat yang selalu hadir dan memberi dorongan moral pada setiap kegiatan Gusti Moeng dan hajad keraton secara umum itu, berharap event itu menjadi angin yang sejuk untuk mewujudkan kerukunan keluarga besar Keraton Surakarta dan kembalinya harkat, martabat dan wibawa keraton.
”Saya menunggu hujan reda, baru bisa sampai Pendapa Pagelaran. Acara sudah selesai, tapi saya masih bisa bertemu Gusti Moeng, Gusti Ayu (GKR Ayu Koes Indriyah) dan Kanjeng Wira (KPH Edy Wirabhumi). Yang penting, saya ingin tetap mendukung upaya-upaya seperti yang dilakukan Gusti Moeng dan semua yang mewujudkan event ”Pekan Seni dan Ekraf 90 Tahun Pakasa”. Saya harus mengucapakan selamat dan menyampaikan rasa suka-cita, karena sejak awal saya sangat mendukung upaya-upaya seperti itu untuk syi’ar budaya,” tandas KRT Hendri sambil menceritakan kehadirannya yang terlambat karena terhalang hujan. (won)