Gusti Moeng Jadi Saksi “Kembalinya” Keris Pangeran Diponegoro

  • Post author:
  • Post published:November 21, 2021
  • Post category:Regional
  • Reading time:4 mins read

Dipamerkan di Pembukaan Pekan Keris di Museum Keris Solo

SOLO, iMNews.id – Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta GKR Wandansari Koes Moertiyah, menjadi salah seorang saksi ‘’kembalinya’’ keris pusaka Pangeran Diponegoro ke Indonesia, yang mulai semalam dipamerkan di Museum Keris Sriwedari, Solo, dalam suasana pembukaan event Pekan Keris Nusantara, Sabtu malam (20/11). Dalam pembukaan pameran dan dimulainya event budaya itu, putridalem Sinuhun PB XII yang akrab disapa Gusti Moeng itu didaulat menempa bakalan keris, di besalen yang ada di kompleks museum.

‘’Saya diminta menyaksikan keris pusaka Pangeran Diponegoro yang dikembalikan pemerintah Belanda ke Indonesia. Keris itu ikut dipamerkan di Museum Keris Sriwedari. Keris pusaka itu, adalah pemberian Sinuhun PB VI kepada saudara misannya (Pageran Diponegoro) tersebut. Dan keris itu yang selalu disengkelit dalam foto-foto perang Diponegoro (1825-1830),’’ ujar Gusti Moeng menjawab pertanyaan iMNews.id, semalam.

DALAM ETALASE : Keris pusaka Pangeran Diponegoro yang dipajang di dalam etalase kaca dengan tingkat pengamanan super ketat, dipamerkan kepada publik di Museum Keris Surakarta mulai Sabtu malam (20/11) hingga 25/11 nanti. Pameran keris pusaka itu, bersamaan dibukanya event Pekan Keris Nusantara dan Pameran/Bursa Keris milik paguyuban pecinta keris Surakarta. (foto : iMNews.id/dok)

Perihal keris pusaka Pangeran Diponegoro, Ketua Yayasan Pawiyatan Kabudayan Keraton Surakarta itu mengaku sudah beberapa tahun lalu mendengar kabar bahwa pemerintah Belanda ingin mengembalikan sejumlah aset budaya Nusantara, termasuk karya ‘’tosanaji’’ yang menjadi pusaka sejumlah tokoh di Jawa, termasuk keris Pangeran Diponegoro. Bahkan, di antara sejumlah aset yang dijanjikan akan dikembalikan, merupakan kekayaan budaya Keraton Surakarta.

Soal latarbelakang pengembalian sejumlah aset bangsa Indonesia itu, waktu itu disebutkan bahwa pemerintah Belanda sedang mengalami kesulitan ekonomi akibat krisis yang melanda Eropa, bersamaan dengan bangkrutnya pemerintahan Yunani, waktu itu. Akibat kesulitan ekonomi itu, pemerintah Belanda merasa keberatan untuk membiayai perawatan berbagai bentuk aset budaya karya masa lalu bangsa di Nusantara ini, termasuk sejumlah keris di antaranya pusaka Pangeran Diponegoro pemberian Sinuhun PB VI itu.

‘’Di saat Presiden Sby saya sudah mendengar rencana itu. Tetapi kapan dimulainya pelaksanaan pengembalian itu, saya kurang tahu. Kalau sekarang keris Pangeran Diponegoro sudah sampai di Solo, berarti memang pengembalian barang-barang seni peninggalan budaya itu sudah terlaksana. Kalau barang-barang itu dirawat di Museum nasional Jakarta, ya sudah sewajarnya. Karena pemerintah yang punya biaya untuk merawatnya. Sebaiknya, ya diperkenalkan kepada publik secara luas seperti dipamerkan di Museum Keris ini,’’ harap Gusti Moeng lebih jauh.

PAMERAN DAN BURSA : Berbagai ragam wajah keris atau karya tosan aji (besi berharga) koleksi para anggota paguyuban pecinta keris Surakarta, dipamerkan dalam event Pekan Keris Nusantara dan pameran/bursa yang berlangsung di Museum Keris Surakarta, yang dibuka Sabtu malam (20/11) dan akan berakhir 25/11.(foto : iMNews.id/Wo Poerwono)

Sementara itu, seorang panitia penyelenggara event Pekan Keris Nusantara, Supriyanto kepada iMNews.id menjelaskan, pembukaan pameran keris Pangeran Diponegoro dan Pekan Keris Nusantara berlangsung, Sabtu malam (20/11). Pameran keris pusaka Pahlawan nasional itu akan berlangsung hingga tanggal 25 November, tetapi pekan keris yang menyajikan proses pembuatan keris secara tradisional dan pameran keris koleksi anggota paguyuban pecinta keris akan berakhir Senin malam besok (22/11).

Menurutnya, keris pusaka Pangeran Diponegoro dipinjam penyelenggara event pameran dan bursa kerjasama antara Museum Keris Surakarta dan paguyuban pecinta, untuk dipamerkan selama event berlangsung. Setelah selesai tanggal 25/11 nanti, keris yang berukir emas pada lukisan di tengah bilahannya itu, akan dikembalikan ke Museum Nasional di Jakarta.

Dalam demo pembuatan keris secara tradisional, pada pembukaan semalam panitia mendaulat Gusti Moeng untuk menempa bakalan keris dengan palu berukuran besar. Seperti yang terjadi di bengkel-bengkel pembuatan keris atau ‘’besalen’’, untuk menjadi sebilah keris diperlukan proses menempa beberapa lapis logam terdiri dari kuningan, baja, nikel dan tembaga yang dibakar pada temperatur tinggi, kemudian ditempa berkali-kali. (won)