Jalan Terbuka untuk Pelestarian Nilai-nilai Peninggalan Leluhur
SOLO, iMNews.id – Pentas fragmen wayang wong yang melibatkan keluarga besar Keraton Mataram Surakarta, menjadi hiburan bersama di saat musim hujan sudah mulai sering turun di Kota Solo di kala pandemi Corona sudah semakin landai. Pentas yang diiringi karawitan live para abdidalem dari Mandra Budaya itu, digelar di ndalem Joyokusuman, Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasarkliwon, mulai pukul 19.30 hingga selesai pukul 21.30 dalam suasana prokes Covid 19.
Karena pementasan itu melibatkan keluarga besar keraton, ada sekitar 50-an pemain dan karawitan menjalankan tugas masing-masing, sementara di antara sekitar 100 penontonnya terdapat separo juga berasal dari keluarga besar keraton. Sisanya, adalah rombongan Wakil Wali Kota Teguh Prakosa bersama Dinas Kebudayaan dan jajarannya, serta tamu undangan sangat terbatas, misalnya KRT Hendri Rosyad Wrekso Puspito selaku pemerhati budaya Jawa dan keraton dari sisi spiritual yang duduk mendampingi GKR Timoer Rumbai Kusumodewayani, putri raja Sinuhun PB XIII.
Sajian yang disuguhkan Yayasan Sanggar Kabudayan Keraton Mataram Surakarta yang diketuai GKR Wanwansari Koes Moertiyah itu, jelas mencakup semua unsur yang terlibat dalam pentas tersebut. Selain anak-cucu Sinuhun PB XII seperti BRA Lung Ayu dan BRA Sedah Mirah di jajaran penarinya, tampil pula KRRA Budayaningrat dari Sanggar Pasinaon Pambiwara yang memperagakan tokoh Semar, para penari lain dari Sanggar Beksa Keraton Mataram Surakarta dan para pengrawit dari kantor Pengageng Mandra Budaya keraton.
Dalam pentas fragmen wayang wong itu, sama sekali tidak ada sambutan, baik dari GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua LDA maupun Yayasan Pawiyatan Kabudayan Keraton, Kepala Dinas Kebudayaan maupun Wakil Wali Kota Teguh Prakosa yang tampak hadir malam itu. Gusti Moeng tampil sebagai penabuh keprak alias pemandu tari Srimpi Sangupati maupun tari Golek Mugi Rahayu, sedangkan Wakil Wali Kota tampil untuk menerima penghormatan berupa karangan bunga dan berfoto bersama seluruh pendukung pentas tersebut.
Pementasan atas kerjasama dua lembaga (keraton dan Pemkot) itu seakan menjadi jalan terbuka bagi upaya pelestarian, karena nyaris semua simbol seni budaya yang berada di tangan GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng itu, mendapat tantangan atau ancaman sangat besar lebih dari 4 tahun sejak 2017. Sebab itu, pentas fragmen wayang wong dengan lakon ‘’Pusaka Praja Murca’’ yang diawali sajian tari Srimpi Sangupati dan tari Golek Mugi Rahayu itu, menjadi awal kebangkitan atas keterpurukan seni budaya keraton dalam beberapa tahun terakhir, baik akibat insiden 2017 maupun pandemi Corona. (won)