10 Agustus Ultah ke-70, 18 Agustus Wiyosan Jumenengan ke-32
SOLO, iMNews.id – Meski dipastikan tidak ada agenda upacara adat wiyosan jumenengannya yang ke-32 pada tanggal 9 Sura yang tepat jatuh tanggal 18 Agustus ini, tetapi tinggal 4 hari saja menjelang peringatan ulang tahun (ultah) tahta itu Gusti Mangku ”berpulang”. Pengageng Pura penerus ”Kadipaten” Mangkunegaran yang punya gelar lengkap Kangjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati (KGPAA) Mangkunagoro IX itu, Jumat (13/8) dini hari sekitar pukul 02.00 WIB tadi dikabarkan meninggal di Jakarta.
Kabar duka sejak pagi mulai menyebar ke seantero pelosok Nusantara ini, mengingat KGPA Mangkunagoro IX adalah pemimpin masyarakat adat Kadipaten Mangkunegaran yang menjadi bagian dari keluarga besar trah Mataram. Bahkan, lembaga masyarakat adat yang berada di Kota Surakarta itu juga menjadi anggota Forum Komunikasi dan Informasi Keraton se-Nusantara (FKIKN) yang dipimpin GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Sekjen-nya.
Meski begitu, sampai pukul 11.00 WIB tadi suasana di kompleks Pura Mangkunegaran terutama di sekitar Pendapa Agung belum terlihat berkumpulnya keluarga besar yang terdiri dari keluarga inti, sentana dan abdidalem. Yang tampak hanyalah datangnya karangan bunga ucapan duka cita dari berbagai pihak yang terus mengalir dan dipasang di terang pendapa, tetapi di halaman dan samping sekitar pendapa serta kompleks Pendapa Prang Wedananan, tampak begitu sibuk para pekerja proyek renovasi bantuan Kemen PUPR masih bekerja.

Tiga Saudara Lelaki Mendahului
Sore tadi jenazah almarhum penerus tahta KGPAA Mangkunagoro VIII itu dijadwalkan tiba di Pura Mangkunegaran. Tetapi siang sekitar pukul 13.00 WIB, Pengageng Mandrapura KRT Supriyanto Waluyo SE memberikan keterangan pers untuk melayani para awak media yang sudah cukup banyak berkumpul di sisi timur pendapa.
”Ya intinya, ada gangguan kesehatan. Karena riwayat kesehatan beliau punya gangguan jantung. Hampir semua yang sudah seda ada riwayat gangguan jantung. Gusti Sak (GPH Saktyo Kusumo), Gusti Heru (GPH Herwasto Kusumo) juga begitu. Karena punya keturunan demikian. ‘Ingkang ramanya’ (KGPAA Mangkunagoro VIII-Red), juga gangguan jantung waktu seda,” ujar KRT Supriyanto Waluyo menjawab pertanyaan para awak media, siang tadi.
Setelah disemayamkan sehari pada dua malam satu hari hingga Sabtu malam (14/8), Minggu pagi direncanakan akan diadakan upacara pelepasan jenazah almarhum Gusti Mangku menuju peristirahatan terakhir di kompleks makam Astana Giri Layu, Matesih, Karanganyar. Di sana sudah bersemayam para pendahulunya, antara lain sang ayah yaitu KGPAA Mangkunagoro VIII yang meninggal pada tahun 1988.

(foto : iMNews.id/dok)
Bareng Proyek Renovasi
Gusti Mangku yang dikabarkan wafat di kediamannya di Jakarta, sudah sekitar dua minggu pulang dari rumah sakit yang disebutkan karena gangguan jantung pula. Meski meninggalnya Jumat (13/8) dini hari tadi, namun menurut KRT Supriyanto Waluyo, dalam adat Jawa yang juga adat Mataram berpantang menyemayamkan jenazah pada hari Sabtu, terlebih jenazah tokoh sang pemimpin adat di Kadipaten Mangkunegaran.
Ketika ditanya bagaimana keghiatan proyek renovasi sedang berjalan dan apakah tidak mengganggu persiapan layatan yang berlangsung di Pendapa Agung Pura Mangkunegaran?. Menurut Pengageng Mandrapura itu pihaknya sudah meminta penanggungjawab proyek untuk menghentikan aktivitasnya mulai siang tadi, dan baru bisa dilanjutkan Senin (16/8).
”Tadi sudah saya sampaikan kepada penanggungjawab lapangan, dan dilaporkan kepada penanggungjawab proyek. Pokoknya, saya minta pekerjaan proyek berhenti. Semua lubang yang habis dikeruk dan digali untuk saluran, sementara diurug dulu. Pokoknya agar rata dulu, biar tidak mencelakai orang yang datang melayat. Proses upacara adat sampai pelepasan jenazah besok, juga tidak terganggu. Perkara besok Senin mau dikeruk lagi utuk diteruskan, silakan saja,” ujar KRT Supriyanto Waluyo yang akrab disapa Kanjeng Titot itu.

Meninggalkan Empat Anak
Wafatnya KGPAA Mangkunagoro IX yang akrab disapa Gusti Mangku Jumat dini hari tadi, terhitung tinggal 4 hari lagi akan merayakan peringatan ulang tahun tahtanya yang akan jatuh pada tanggal 9 Sura, tepat tanggal 18 Agustus. Namun, karena pageblug atau pandemi Corona hampir dalam 2 tahun ini, upacara adat wiyosan jumenengandalem itu kelihatan ditiadakan lagi untuk kali kedua setelah 9 Sura 2020.
Tak hanya ultah tahta, Gusti Mangku dan masyarakat adat Kadipaten Mangkunegaran dan juga warga Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng, juga meniadakan kirab pusaka yang sedianya digelar malam menjelang tanggal 1 Sura atau Senin (9/8). Sesuai kalender Mataram (Jawa-Islam), Tahun Baru Jawa Alip 1955 jatuh tepat Selasa 10 Agustus yang tepat tanggal 1 Sura sebagai awal Windu Sancaya.
Selain sudah dekat hari wiyosan jumenengannya yang ke-32 sejak naik tahta pada tahun 1988, Gusti Mangku juga baru saja merayakan genap usianya ke 70 tahun pada 10 Agustus atau tepat 1 Sura lalu. Pengageng Pura itu meninggalkan istri kedua, permaisuri GK Putri Mangkunagoro yang bernama kecil Prisca Marina, serta dua anaknya yaitu GRA Ancila Syura Marina Sudjiwo dan GRM Bhre Wira Cakra Hutama Sudjiwo.

Anak Band Pecinta Moge
Hasil perkawinan dengan istri pertama putri Presiden RI (pertama) Ir Soekarno yang kemudian dicerai, yaitu Sukmawati Soekarnoputri, lahir anak pertama yang menjadi bintang sinetron dan pernah jadi anggota DPRD Kota Surakarta, yaitu GPH Paundrakarna Sudjiwo dan adiknya, GRAy Menur yang banyak tinggal di Jakarta. Sedangkan saudara kandung yang ditinggal adalah GRAy Retno Satuti, GRAy Retno Roosati dan GRAy Putri Retno Astrini.
Gusti Mangku yang punya hobi moge dan suka ”ngeband”, adalah anak lelaki terakhir dari 4 lelaki dan tiga perempuan putra/putridalem KGPAA Mangkunagoro VIII. Kakak sulungnya yang sebenarnya menjadi putra mahkota Kadipaten Mangkunegaran, yaitu GPH Radityo Kusumo meninggal karena kecelakaan di sekitar tahun 1980-an, sedang dua adiknya masing-masing GPH Saktyo Kusumo meninggal di awal tahun 2000-an dan GPH Herwasto Kusumo meninggal sekitar 5 tahun lalu.
Meninggalnya Gusti Mangku, mendapatkan simpati dari berbagai kalangan terutama di Solo, karena selain anggota HDCI almarhum pernah mengenyam bangku kuliah Fakultas Hukum UNS dan STSRI (kini menjadi bagian ISI Jogja). Almarhum juga pernah mencalonkan sebagai anggota DPD RI pada Pemilu 1999, tetapi gagal.
Ucapan duka cita datang dari berbagai kalangan, di antaranya GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng selaku Sekjen FKIKN dan Ketua LDA Keraton Mataram Surakarta. Pemerhati budaya Jawa dan keraton dari sisi spiritual kebatinan, KRT Hendri Rosyad Wrekso Puspito, bahkan datang melayat ke rumah duka sebelum jenazah Gusti Mangku tiba di Pendapa Agung Pura Mangkunegaran.