Mendapat Sentuhan Budaya Pakasa Cabang Jepara, Bisa Menjadi Destinasi Wisata Religi
JEPARA, iMNews.id – Untuk kali pertama, nama besar Bupati Jepara Tjitrasoma (Citrasoma-Red) diangkat ke permukaan untuk dijadikan ikon khas kebanggaan masyarakat Kabupaten Jepara. Nama Adipati Tjitrasoma dan keturunannya sampai yang ke tujuh (1-7), diangkat menjadi tema ritual haul peringatan wafatnya dalam sebuah ekspresi kirab budaya, Kamis siang (25/7).
Menurut KRA Bambang S Adiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Jepara yang melakukan dialog dan kerjasama dengan pihak yayasan ahli waris pengurus makam Adipati Citrasoma 1-7, kepada iMNews.id yang mengubungi menyebutkan, diangkatnya nama besar Bupati Jepara di zaman Sinuhun PB I jumeneng di Kraton Kartasura itu, untuk dimuliakan agar dikenal luas.
“Jadi, Kabupaten Jepara ini ‘kan punya banyak tokoh yang berjasa kelas nasional. Selain RA Kartini yang berupa museum ari-ari di wilayah kabupaten, juga punya nama besar Ratu Kalinyamat sebagai Bupati Jepara. Selain itu, ternyata ada beberapa nama besar yang pernah menjabat Bupati Jepara, yaitu Adipati Tjitrasoma (1-7)”.
“Kami ingin mengangkat nama besar itu, demi kebesaran dan manfaat bagi masyarakat Kabupaten Jepara. Pakasa Cabang Jepara siap mendukung penuh upaya mengangkat tema tokoh penting yang pernah berjasa bagi Jepara. Selain untuk edukasi generasi muda, sekaligus untuk menggali potensi yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujar KRA Bambang selaku Ketua Pakasa Jepara.
Dukungan Pakasa Cabang Jepara untuk mengangkat Adipati Tjitrasoma (Bupati Jepara 1-7) itu sebagai tema event ritual peringatan wafat dan kirab budayanya, karena Pakasa cabang punya tugas dan kewajiban menjadi ujung tombak pelestarian budaya Jawa yang bersumber dari kraton. Dan tokoh yang diangkat menjadi tema, adalah abdi-dalem Kraton Mataram Kartasura.
Dukungan Pakasa Cabang Jepara yang disebut KRA Bambang S Adiningrat itu, dalam bentuk pengerahan 200 warga dan abdi-dalem anggota Pakasa untuk memperkuat kirab budaya yang digelar Kamis (25/7) siang. Mereka itu terdiri dari pasukan Bregada Prajurit Nguntara Praja dan Korsik Prajurit Sura Praja, selain para abdi-dalem “Kanca Kaji” yang bertugas di dalam makam.
KRA Bambang S Adiningrat, memimpin pasukan Nguntara Praja dan Sura Praja yang memandu barisan kirab sekitar 500-an orang, untuk mengiring petugas yang membawa 7 kotak berisi langse, berangkat dari depan Gedung NU Purwogondo, menuju Astana Pajimatan Desa Sendang, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara dengan jarak tempuh sekitar 2 KM.
Di dalam barisan kirab, terdapat beberapa tokoh dari keluarga trah Bupati Adipati Tjitrasoma (1-7) di antaranya tampak Iqbal Tosin, seorang trah Adipati Tjitrasoma V yang sukses sebagai pengusaha bus sekaligus pimpinannya. Hasil dialog yang dilakukan, Pakasa cabang bisa mewujudkan ritual haul kali pertama dengan kirab, walau haulnya sudah yang ke-287.
Pakasa cabang tak hanya berhasil menginisiasi event dalam wujud kirab budaya untuk kepentingan masyarakat luas, utamanya Kabupaten Jepara, tetapi juga memberi sentuhan seni budaya Jawa sehingga tampak sisi estetika dan etikanya. Sedangkan tatacara upacara ganti langsenya, dilakukan para abdi-dalem “Kanca-Kaji” Pakasa Jepara yang dipimpin RT Rasmaji.
KRA Bambang selalu menandaskan, Pakasa Cabang Jepara sangat memegang komitmen sebagai ujung tombak dalam pelestarian budaya Jawa yang bersumber dari kraton. Pengembangan organisasi Pakasa dan menjalankan misi yang diemban, disebutnya harus berjalan seiring, seperti kerja pelestarian yang sedang dilakukan dalam event kirab haul Bupati Tjitrasoma ini.
Buapti Jepara Adipati Tjitrasoma 1 di antara trah darah-keturunan Adipati Tjitrasoma yang berturut-turut memimpin Kabupaten Jepara hingga Bupati Tjitrasoma ke-7, adalah pejabat Bupati Jepara ke-21 menurut versi data internet Wikipedia. Bila benar begitu, Adipati Tjitrasoma ke-1 menjabat Bupati Jepara mulai tahun 1705 pada masa Sinuhun PB I (1705-1719).
Pada tahun itu, Sinuhun PB I sudah jumeneng nata sebagai Raja ke-7 Kraton Mataram yang Ibu Kotanya masih di Kartasura. Sejauh ini belum ditemukan data tentang jejak peninggalan dan jasa-jasa yang bisa dirasakan khususnya masyarakat Kabupaten Jepara. Namun, sebagai aparat pemerintah Mataram, Bupati adalah tangan panjang Raja dalam bidang apa saja.
Sebelumnya, masyarakat Jepara juga mengenal jejak RA Kartini yang sudah “dijadikan” pahlawan nasional, walau makamnya ada di Kabupaten Rembang. Tetapi, masyarakat Kabupaten Jepara lebih menghargai perjuangan Ratu Kalinyamat sebagai Bupati Jepara ke-5 di tahun 1549 menurut Wikipedia. Sedangkan menurut kajian Dr Purwadi, Ratu Kalinyamat adalah pendiri Jepara.
Ratu Kalinyamat bila benar disebut menjabat Bupati Jepara tahun 1549, dalam kajian Ketua Lokantara Pusat (di Jogja) Dr Purwadi, adalah pejabat Bupati yang banyak berjasa di Kabupaten Jepara. Trah keturunan Ki Ageng Sela yang diperistri Pangeran Hadirin dari Kerajaan Samudera Pasai, Aceh itu, adalah pengusaha kaya-raya sehingga mampu mendirikan Jepara.
“Beliau adalah Bupati Jepara pertama. Karena istri seorang pengusaha kaya raya, beliau mampu membiayai berdirinya Kabupaten Jepara dan membuat bangunan insfrastruktur kabupaten, saat itu. Jadi, bupati-bupati berikutnya hanya memanfaatkan fasilitas yang sudah ada saja. Beliau, mendapat kepercayaan dari Raja Kraton Demak,” ujar Dr Purwadi.
Adipati Tjitrasoma dan sejumlah keturunannya (1-7) yang menjadi Bupati Jepara ke-21 hingga sesudahnya, oleh Raja Mataram di Kartasura masih berlanjut dipercaya sebagai pejabat Bupati, yaitu di Kabupaten Tuban (kini Jatim-Red). Seperti diketahui, 2/3 pulau Jawa adalah menjadi wilayah kedaulatan/kekuasaan Kraton Mataram Kartasura hingga Mataram Surakarta.
Perihal haul makam Bupati Tjitrasoma 1-7 di Desa Sendang, Kecamatan Kalinyamatan itu, bisa menjadi destinasi wisata baru di Kabupaten Jepara. Kirab budaya yang mendapat dukungan dan sentuhan seni budaya Pakasa Cabang Jepara, akan menambah daya tarik kunjungan wisata, jika dikembangkan dari waktu ke waktu menjadi event berkelas nasional seperti Ponorogo.
Kabupaten Ponorogo (Jatim), kini memiliki event andalan yang bisa memadukan antara peringatan hari jadi kabupaten dengan momentum Tahun Baru Jawa/Hijriyah, yang digarap dengan baik berkelas nasional. Event yang didukung masyarakat adat Pakasa Cabang Gebang Tinatar itu, mengangkat berbagai potensi seni budaya khas, misalnya reog dan atributnya sebagai komoditas. (won-i1)