Warga Pakasa Cabang Juga Menggelar Acara Serupa di Tempat Masing-masing
SOLO, iMNews.id – Ditiadakannya ritual kirab pusaka menyambut Tahun Baru Jawa, Alip 1955 yang tepat dengan Windu Sancaya pada 1 Sura yang jatuh tanggal 10 Agustus, bukan berarti warga masyarakat adat yang terhimpun dalam LDA Keraton Mataram Surakarta diam dan tidak melakukan apa-apa. Meski prosesi arak-arakan ditiadakan kali kedua akibat pandemi Corona, Gusti Moeng tetap memimpin penyelenggaraan ritual ”wajib” itu dengan segala keterbatasan protokol kesehatan (prokes) sesuai aturan pemerintah, di dua tempat, Senin malam (9/8).
Ritual diawali di ndalem Kayonan, Baluwarti, yang dihadiri para sentana dan abdidalem sekitar 40 orang, mulai pukul 20.00 WIB. Ritual itu berupa doa, tahlil dan dzikir yang dipimpin abdidalem juru suranata MNg Iva Hamidi untuk memperingati wafat atau khol (haul) Sinuhun PB X, karena wafatnya tepat sehari menjelang tanggal 1 Sura tahun 1939 (Masehi).
Semua yang sowan di ndalem Kayonan, mengikuti dua acara sekaligus, yaitu khol Sinuhun PB X diteruskan wungon atau tirakatan dan wilujengan menyambut datangnya Tahun Baru Jawa, Alip 1955, 1 Sura hingga Selasa pukul 00.00 dini hari (10/8). Namun, Gusti Moeng selaku Ketua LDA hanya mengikuti sampai berakhirnya doa, tahlil dan dzikir, karena harus berpindah tempat ke Sitinggil Kidul yang juga menggelar wungon wilujengan menyambut datangnya 1 Sura.
Datang sekitar pukul 22.00 WIB di teras Sitinggil Kidul, Gusti Moeng sudah ditunggu Pengageng Pengelola Alkid GKR Timoer Rumbai Kusumadewayani dan BRM Parikesit selaku koordinator lapangan, bersama sekitar 50 orang perwakilan paguyuban pedagang Alun-alun Kidul atau Alkid. Di situ, doa wilujengan juga dipimpin MNg Iva Hamidi untuk menyambut datangnya Tahun Baru Jawa dan acara itu baru berakhir pukul 00.00 WIB dini hari, tepat tanggal 1 Sura atau 10 Agustus 2021.
Mendapatkan Rezeki di Alkid
”Saya mengajak warga anggota paguyuban pedagang, untuk bersama-sama berdoa kepada Allah SWT, agar diberi keselamatan selama sewindu (8 tahun) ke depan. Keselamatan berarti waras atau sehat. Artinya, bisa terbebas dari virus Corona. Maka, doa wilujengan menyambut 1 Sura kali ini, ya memohon kepada Allah SWT agar pandemi Corona segera berakhir, segera sirna, agar kita tetap diberi sehat”.
”Agar kita bisa hidup dalam keadaan kembali normal. Agar bisa bekerja mencari nafkah secara normal seperti biasanya,” jelas Gusti Moeng menyinggung garis besar yang diungkapkannya saat memberi sambutan di dua tempat, khususnya di depan para pedagang warga paguyuban ketika dimintai konfirmasi iMNews.id, tadi siang.
Selain itu, kepada para pedagang anggota paguyuban selaku Ketua LDA Keraton Mataram Surakarta Gusti Moeng meminta, agar warga paguyuban bisa bekerjasama dengan keraton untuk menjaga kelestarian terutama kebersihan kawasan Alkid. Karena, selama beberapa tahun para pedagang telah diberi kesempatan untuk mendapatkan rezeki dari Allah SWT dengan berjualan di ujung selatan batas kawasan Keraton Mataram Surakarta yang total luasnya 90-an hektare itu.
Selamat Sewindu ke Depan
Dalam hal menyambut Tahun Baru Jawa, Gusti Moeng mengingatkan sebagai ”wong” Jawa, sesuai yang sudah diajarkan para leluhur, dalam menyambut Tahun Baru Jawa apalagi bersamaan dengan datangnya Windu Sancaya, harus memperbanyak doa. Agar dalam satu tahun bahkan satu windu (8 tahun) ke depan, semua diberi ”wilujeng” atau ”slamet” atau keselamatan dan yang paling utama ”waras” atau sehat.
Gusti Moeng juga mengajak para anggota paguyuban agar Allah SWT segera memberi jalan terang kepada Keraton Mataram Surakarta agar segera keluar dari ”bebendu” atau kemelut dan masalah yang hingga kini disandang. Agar keraton bisa kembali berwibawa, punya harkat dan martabat dan disingkirkan dari ”balak”, fitnah dan dijauhkan dari orang-orang yang tidak baik.
”Saya menjelaskan, bahwa karena selama ini keraton dikuasai orang-orang yang tidak baik untuk keraton, telah menyebabkan orang-orang yang ingin berbuat baik malah tidak bisa masuk atau mendekat. Dan mengenai sesuatu yang bisa dijadikan ”barikan”, yang cocok kok pasang ‘rajah kalacakra’ dan janur yang disertai doa, intinya memohon kepada Allah SWT, agar semua bebendu, sengkala, pageblug dan anasir jahat bisa menyikir, sirna,” tunjuk Pengageng Sasana Wilapa Keraton Mataram Surakarta yang bernama lengkap GKR Wandansari Koes Moertiyah itu.
Bersama Wilujengan Ultah
Tak hanya di lingkungan keraton, wungon dan wilujengan menyambut datangnya Tahun Baru Jawa, Alip 1955, 1 Sura yang wukunya masuk Windu Sancaya, juga dilakukan warga Pakasa Cabang (Kabupaten) Ponorogo atau Gebang Tinatar, Jawa Timur (Jatim). KRA MN Gendut Wreksodiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang menyatakan, wungon dan wilujengan yang dihadiri sekitar 40-an unsur pengurus dan warga di kediamannya, berlangsung dengan prokes ketat mulai pukul 21.00 hingga 00.00 WIB Senin dini hari tadi.
Peringatan serupa juga terjadi di Kabupaten Trenggalek (Jatim), yang digelar di kediaman KRT Hastha Surantara Mangun Doyodipuro selaku Ketua Pakasa Cabang Trenggalek. Doa wilujengan yang dipimpin RT Teguh Santoso Hadipuro itu, selain untuk memohon keselamatan memasuki Tahun Baru Jawa dan selama sewindu ke depan, juga untuk memperingati hari jadi ke-2 terbentuknya pengurus Pakasa Trenggalek.
”Secara singkat saya mengajak seluruh pengurus dan anggota Pakasa cabang agar bersama-sama memanjatkan doa, bagi keselamatan seluruh bangsa dan negara, keselamatan seluruh warga Pakasa dan keluarga masing-masing. Nyenyuwun kepada Allah SWT agar pandemi Corona segera sumingkir. Agar kita semua bisa kembali bekerja mencari nafkah, untuk kelangsungan bersama dan kelestarian budaya dan kawibawan lan kuncaraning Keraton Surakarta Hadiningrat,” jelas KRT Hastha mengutip sambutannya di acara wungon dan wilujengan di kediamannya, saat dihubungi iMNews.id di tempat terpisah, tadi siang. (Won)