Berdoa di Rumah Masing-masing, Agar Pandemi Segera Berlalu
SOLO, iMNews.id – Untuk kali kedua di tahun 2021 ini, ritual kirab pusaka menyambut datangnya Tahun Baru Jawa Alip 1955 pada tanggal 1 Sura yang biasanya dilakukan malam menjelang atau malam nanti, kembali ditiadakan. Perkembangan suasana pandemi yang membuat pemerintah belum mengambil keputusan pada saat berakhirnya PPKM level 4, Senin (9/8) hari ini, tetap didukung Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta yang kembali meniadakan upacara adat itu setelah yang pertama dilakukan pada 1 Sura tahun 2020 lalu.
”Karena situasinya memang kelihatan belum memungkinkan, apalagi pemerintah juga belum mengambil keputusan saat berakhirnya PPKM level IV sampai 3 Agustus, hari ini, maka kami sangat mendukung untuk meniadakan kirab pusaka menyambut 1 Sura. Dalam kalender Jawa, tanggal 1 Sura jatuh Selasa besok (10/8)”.
”Biasanya, kirab digelar malam menjelang. Maka, kami sangat mendukung keputusan pemerintah untuk tetap berada di rumah. Kirab menyambut 1 Sura malam nanti ditiadakan. Kita bisa berdoa di rumah, memohon kepada Allah SWT agar pandemi segera sirna dari bumi Nusantara,” harap dan ajak GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua LDA kepada publik secara luas, menjawab pertanyaan iMNews.id, tadi siang.
Seperti diketahui, pandemi Corona yang mulai berjangkit di Nusantara awal 2020, mengakibatkan peniadaan sejumlah agenda upacara adat di Keraton Mataram Surakarta. Meski beberapa ritual masih bisa digelar di saat situasi dan kondisi pandemi di Kota Solo masih landai di tahun lalu, misalnya Sesaji Mahesa Lawung, namun ritual kirab pusaka yang tahun lalu berlangsung 10 Agustus ditiadakan karena situasi dan kondisi pandemi mulai memuncak.
Jadi, lanjut Ketua LDA yang akrab disapa Gusti Moeng itu, kirab pusaka tahun 2020 ditiadakan untuk kali pertama di masa pandemi. Kini, karena di Jawa dan Bali malah masih berada dalam suasana PPKM level 4 dan belum diambil keputusan saat berakhir Senin (9/8), agenda kirab pusaka menyambut Tahun Baru Jawa menjelang tanggal 1 Sura malam nanti, tetap ditiadakan untuk kali kedua.
Jalur Kirab Bersih dari Hiasan
Seperti pemandangan yang selalu terjadi pada pelaksanaan kirab pusaka menyambut 1 Sura di tahun-tahun sebelum dilanda pandemi, upacara adat yang satu ini bisa mengundang pengunjung sampai ribuan orang. Apalagi, kirab pusaka di Keraton Mataram Surakarta yang selalu berlangsung pada pukul 00.00 WIB dini hari, selalu diawali dengan peristiwa ”pemanasan” yaitu kirab pusaka yang digelar Pura Mangkunegaran yang berlangsung sekitar pukul 19.00 WIB.
Kedatangan ribuan orang yang sengaja ingin ”ngalab berkah” sebagai wisatawan spiritual maupun wisatawan yang sekadar mencari hiburan dari berbagai daerah yang jauh dari Kota Solo itu, dikhawatirkan akan menjadi klaster penyebaran virus. Oleh sebab itu, Gusti Moeng sangat setuju ritual kirab pusaka ditiadakan dan publik secara luas tetap berada di rumah, untuk menjaga kesehatan diri sendiri, keluarga dan orang lain.
”Kita di rumah saja, berdoa, nyenyuwun agar pandemi ini segera berlalu. Kebetulan, 1 Sura tahun Alip 1955 ini windunya Sancaya yang punya makna ‘srawung becik’. Itu bisa diartikan, bersama doa kita mudah-mudahan mulai 1 Sura ini, suasana srawung (pergaulan) publik bangsa ini kembali menjadi baik. Mudah-mudahan ini bisa mengiringi berakhirnya PPKM level 4. Intinya, pandemi ini mudah-mudahan segera sirna dari bumi Nusantara,” harap Pengageng Sasana Wilapa Keraton Mataram Surakarta itu.
Karena datangnya Tahun Baru Jawa 1 Sura bertepatan dengan saat haul atau khol meninggalnya Sinuhun Paku Buwono (PB) X, maka agenda menyambut 1 Sura malam nanti akan diisi donga kenduri wilujengan serta tahlil dan dzikir dalam level sangat terbatas. Ritual itu akan digelar di ndalem Kayona, Baluwarti, dan hanya mengundang sekitar 30 sentanadalem dan abdidalem paraga acara spiritual religi itu, termasuk abdidalem juru suranata.
Selain penjelasan Gusti Moeng, suasana di ruang publik sekitar kawasan Keraton Mataram Surakarta juga tidak tampak ada tanda-tanda untuk menyambut datangnya Tahun Baru Jawa 1 Sura, yang tepat nanti malam. Kawasan sekitar keraton seperti seputar perempatan Gladag dan jalan lingkar luar Baluwarti yang menjadi rute kirab pusaka, sampai tadi siang masih tampak bersih dari berbagai hiasan dari bahan janur. (won)