Habis Studi-Banding, Tari Bedaya Srikandi-Larasati Dirancang

  • Post author:
  • Post published:June 24, 2021
  • Post category:Budaya
  • Reading time:3 mins read

Untuk Jambore Pakasa di Ponorogo Akhir Tahun

SIDOARJO, iMNews.id – Lawatan seni dan studi banding yang dilakukan Pakasa Cabang (Kabupaten) Sidoarjo (Jatim) di Lembaga Dewan Adat (LDA) dan pengurus pusat Pakasa yang berkedudukan di Keraton Mataram Surakarta, belum lama ini (iMNews.id, 21/6), ternyata menghasilkan banyak referensi bagi rombongan yang dipimpin KMT Rizki Budayaningrum selaku Ketua Pakasa cabang. Hasil pengamatan dan diskusi dengan GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Pangarsa Sanggar Pawiyatan Beksa Keraton Mataram Surakarta, akan menjadi bahan dasar pertimbangan untuk menyusun tari Bedaya Srikandi-Larasati.

”Jadi, saat kami mengajak rombongan untuk sowan Gusti Moeng (GKR Wandansari Koes Moertiyah) kemarin itu (Minggu, 20/6), banyak hal yang bisa kami dapat. Selain bersilaturahmi sebagai warga Pakasa cabang, kami banyak bisa mengenal dan mendapat ilmu tentang tarian khas keraton yang sangat halus. Hasil pengamatan dan diskusi dengan Beliau, adalah referensi yang sangat berharga untuk sebuah tairan yang sedang saya rancang untuk disusun,” jelas KMT Rizki Budayaningrum, menjawab pertanyaan iMNews.id, tadi siang.

Saat melawat dan dijamu di ndalem  Kayonan, Baluwarti siang itu, rombongan Pakasa Sidoarjo memamerkan kebolehannya dengan sajian tari Bondan Kendi, tari Bedaya Larasati dan dan tari Gambyong Pangkur. Dalam pengantar sambutannya, KMT Rizki mengakui bahkan meminta maaf, apabila tiga repertoar tari yang disajikan rombongannya yang nota bene anggota Sanggar Tari Rizki Budaya yang dia pimpin, disebut tarian yang agak kasar atau tidak sehalus tarian khas keraton.

BERSAMA TUAN RUMAH : Setelah sama-sama menggelar karya, rombongan penari tamu dari Pakasa cabang Sidoarjo (Jatim) dan penari tuan rumah dari Sanggar Pawiyatan Beksa Keraton Mataram Surakarta, berfoto bersama pimpinan masing-masing, yaitu Gusti Moeng dan KMT Rizki Budayaningrum. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

KMT Rizki menilai karya-karya yang disusunnya itu seperti itu, tidak dijelaskan deskripsi yang menjadi kriteria-kriterianya. Begitu pula, ketika dimintai pandangannya soal sajian Bedaya Kirana Ratih yang disusun Gusti Moeng bersama KRT Sulistyo untuk menjami rombongan dari Pakasa Sidoarjo siang itu, tidak disebutkan secara rinci apa kriteria-kriteria yang mendasari penyebutannya bahwa tarian khas keraton lebih halus.

Meski Gusti Moeng sendiri juga tidak menjelaskan definisi antara tarian halus dan kasar itu, namun bagi masyarakat pecinta seni tradisi khususnya kalangan praktisi seni dan lembaga pendidikan seni macam ISI atau SMKI, dengan mudah bisa membedakan antara keduanya. Ciri-ciri tarian khas keraton dikenal halus, karena keraton adalah pusat dan sumbernya peradaban Jawa dengan segala produk keseniannya, sementara ciri-ciri tarian yang lahir dari kalangan rakyat atau bahkan di wilayah pesisir, berada pada tahap ketika peradaban Jawa masih proses dibentuk.

Menurut KMT Rizki, hasil diskusi dan menyimak pola gerak baku tarian Bedaya Kirana Ratih sudah bisa menjelaskan dan memberi bekal dasar untuk merancang karya yang akan dinamakan tari Bedaya Srikandi-Larasati. Tarian ini, disebutkan akan dipentaskan dalam sebuah acara semacam jamboren Pakasa yang direncanakan akan digelar Pakasa Cabang ”Gebang Tinatar”, Kabupaten Ponorogo (Jatim) kira-kira akhir tahun. (won)