Pohon Kepoh di Makam Handayaningrat Roboh, Bikin Ringsek Mobil

  • Post author:
  • Post published:June 21, 2021
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read

Korban Meninggal, Adi Cahyono, Peziarah Asal Cepiring, Kendal

BOYOLALI, iMNews.id – Sebuah pohon yang oleh warga setempat dikenal dengan nama pohon ”Kepoh”, ambruk dan menimpa beberapa rumah di sekitarnya, termasuk menindih sebuah mobil mini bus hingga ringsek dan membuat penumpangnya meninggal. Robohnya pohon langka setinggi lebih dari 15 meter bergaris tengah sekitar 2 meter di makam leluhur Mataram, Sri Makurung Handayaningrat di Kelurahan Dukuh, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Minggu (20/6) sore kemarin sekitar pukul 15.45 WIB, tadi sore sekitar pukul 15.00 WIB didatangi Ketua LDA Gusti Moeng dan rombongan dari Keraton Mataram Surakarta.

Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta yang mendapat kabar adanya musibah tersebut Minggu petang, baru tadi sore menyempatkan diri datang bersama sekitar 15 orang rombongannya. Sesampai di kompleks makam tempat robohynya pohon ”Kepoh”, Gusti Moeng melihat situasi kompleks makam lalu berziarah dan berdoa di makam leluhur Sri Makurung Handayaningrat yang berdampingan dengan makam sang istri dan salah seorang anaknya, Kebo Amiluhur.

Ziarah dan doa Gusti Moeng beserta rombongan cukup singkat, karena hujan deras langsung turun yang membuat rombongan dan warga sekitar yang mulai berdatangan, segerta berlarian untuk mencari tempat berteduh. Di ruang pendapa makam, Gusti Moeng dan KPH Edy Wirabhumi bersama rombongan sempat berdialog dengan juru kunci makam Suripto, pengurus Pakasa Cabang Boyolali dan anak cabang, beberapa petugas Satgas Covid yang ikut berjaga, pamong wilayah. Bahkan, sempat berkoordinasi dengan Camat Banyudono, Boyolali untuk membuat agenda pertemuan membicarakan evakuasi batang pohon dan renovasi kerusakan yang ditimbulkan akibat tertimpa robohan pohon tersebut.

Dalam pembicaraan lewat telepon, KPH Edy Wirabhumi sudah bersepakat dengan Camat Banyudono untuk menentukan waktu bertemu guna membicarakan pasca robohnya pohon dan nasib semua yang rusak, rumah warga dan kompleks makam tersebut. Di komleks makam itu, bersamayam Sri Makurung Handayaningrat yang tak lain adalah kakek dari Jaka Tingkir atau Mas Karebet, sebelum bergelar Sultan Hadiwijaya, sebagai Raja Keraton Pajang (1550-1582).

JADI TONTONAN : Mobil minibus yang ringsek atapnya karena tertimpa pohon  ”kepoh” yang roboh dan menewaskan pemiliknya, Adi Cahyono (44), MInggu sore, masih berada di lokasi parkir kompleks makam Sri Makurung Handayaningrat dan menjadi tontonan warga saat dikunjungi Gusti Moeng dan tombongan, tadi sore sekitar pukul 15.00 WIB.  
(foto : iMNews.id/Won Poerwono)

”Makam ini kami ziarahi saat sadranan menjelang pasa (Ramadan-Red) kemarin. Beberapa waktu lalu, kami bersama Pemkab Boyolali sudah rasan-rasan ingin memugar kompleks makam, agar lebih representatif untuk diziarahi banyak orang. Mudah-mudahan, adanya peristiwa ini bisa segera mewujudkan rencana tersebut. Tetapi yang penting, kita bicara untuk mencari solusi soal evakuasi dan rumah warga yang rusak ini,” jelas Gusti Moeng dan KPH Edy Wirabhumi bersahutan saat berlangsung dialog di kompleks makam, tadi sore.

Sementara itu, menurut juru kunci kompleks makam, Suripto, dirinya dan sang istri sedang bersih-bersih kompleks makam sebagai tugas rutin, Minggu (20/6) sore sekitar pukul 15.00 WIb. Tetapi, sekitar 15 menit kemudian turun gerimis yang menjadi agak deras dan disertai angin yang menurutnya tidak sehebat lesus atau angin kencang.

Karena hujan makin deras, dirinya mengajak sang istri keluar dari makam dan pulang. Hanya berselang tidak sampai 5 menit, kira-kira pukul 15.45, pohon ”Kepoh” setingi lebih 15 meter dan satu-satunya yang diperkirkan berusia ratusan tahun itu, terdengar roboh ke arah selatan. Suara yang ditimbulkan saat batang kayu bergaris tengah sekitar 2 meter itu patah di dekat ”bonggol” dan roboh, tak begitu mengeluarkan suara keras, tetapi bersamaan itu banyak yang tertimpa dahan dan ranting hingga rusak.

”Nggih alhamdulillah, kula kalih mbok wedok (istr) slamet. Tasih diparingi umur panjang, ngoten mawon. Amargi, kula ngajak mbok wedok medal saking makam, paling nembe 5 menit. Ning kula enggih kaget, amargi griya ingkang kebrukan suantenipun seru,” ujar Suripto.

NYARIS TERBELAH  : Meski tidak tampak dari luar, dinding tembok di kamar paling barat rumah Ngadiyo nyaris terbelah dua. Rusaknya beberapa rumah warga di sekitar makam Sri Makurung Handayaningrat itu, akibat pohon ”Kepoh” tua bergaris tengah sekitar 2 meter di makam itu roboh terkena angin, Minggu sore (20/6) sekitar pukul 15.45 WIB. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Suara roboh pohon sebesar itu, memang juga tak begitu mengagetkan Widodo yang tinggal sekitar 200 meter dari makam itu. Suaranya lebih didominasi oleh atap galvalum warung dan rumah Ngadiyo yang jaraknya hanya belasan meter dari makam, tetapi tertimpa batang dan dahan pohon tersebut, hingga nyaris terbelah temboknya dan atap galvalum warung di sebelahnya nyaris rata dengan tanah.

”Sing radi apes niku pak Adi Cahyono. Mobilipun nembe parkir wonten kilen kompleks makam. Pak Adi dereng sempat medal saking mobil amargi ningali HP. Mboten ngantos langkung saking 5 menit, ngertos-ngertos sampun ketindihan pang ngantos ringsiek, mlenet mandhap. Penumpang setunggalipun slamet, amargi sampun medal saking mobil. Ingkang ngedalaken saking mobil, nggih ngangge alat sakwontenipun. Sareng saget medal dipun bekta dateng nggriya sakit, mboten ketulungan. Tilar wonten margi,” ujar Widodo (50).

Adi Cahyono (44), adalah warga Cepiring, Kendal, yang sudah dikenal warga sekitar makam khususnya juru kunci makam, karena sering datang berziarah. Korban yang beristrikan warga Solo itu, berencana membangun mushola di dekat makam, dan saat musibah yang menewaskannya, sedang mengumpulkan beberapa jenis material calon bangunan mushola, misalnya paving block yang tampak tertindih batang pohon yang roboh.

Hujan yang deras menghentikan aktivitas Gusti Moeng melihat musibah yang menimpa makam dan warga di sekitarnya segera reda, dan rombongan dari LDA Keraton Mataram Surakarta itupun berpamitan kepada juru kunci dan warga yang berdatangan di makam. Setelah dipersilahkan seseorang singgah di masjid di dekat kompleks makam sejenak, rombongan bergerak pindah ke Desa Gathak, Kecamatan Banyudono, untuk menziarahi makam seorang tokoh yang dikenal bernama Raden Panji, cicit atau buyut Sinuhun PB IV yang menjadi senapati (panglima)nya Sinuhun PB VI, memimpin prajurit laskar Bolqiyah. (won)