Setelah Nihil di Tahun Lalu, Tahun Ini LDA Kembali Gelar Malem Selikuran

  • Post author:
  • Post published:May 3, 2021
  • Post category:Budaya
  • Reading time:6 mins read

Tanpa Kirab Ting Keliling Baluwarti, Karena Masih di Masa Pandemi

SOLO, iMNews.id – Setelah nihil alias libur tidak menyelenggarakan di masa pandemi tahun pertama tahun 2020, masa pandemi tahun kedua 2021 ini Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta kembali menggelar upacara adat ”Malem Selikuran” atau lailathul qadar, untuk menyambut turunnya wahyu Illahi atau ”Malam Seribu Bintang” yang selama ini digelar rutin tiap tanggal 20 atau malam tanggal 21 Pasa/Ramadhan tahun Jawa/Hijriyah. Namun, pelaksanaan ritual yang digelar Minggu malam (2/5) mulai pukul 20.15 WIB itu, hanya dalam bentuk donga wilujengan, tahlil dan dzikir Sultanagungan di kagungandalem Masjid Agung Keraton Surakarta.

Perjalanan sejarah ritual ”Malem Selikuran” telah mengalami pasang-surut termasuk sejumlah upacara adat lain yang sejak lama digelar keraton, seiring dengan dinamika sosial budaya dan politik. Di masa rezim pemerintahan Orde Baru, ritual ”Malem Selikuran” dikreasi dengan kirab ting (lentera) simbol ”Seribu Bintang” itu, melibatkan hampir semua bregada prajurit, iring-iringan prosesi jalan kaki, dengan kereta kuda dan dengan kuda tunggang, dari kagungandalem Masjid Agung menuju ”kupel segaran” (pulau danau) yang ada di Taman Sriwedari atau Kebon Raja.

Prosesi ritual ”Malem Selikuran” itu dikreasi dalam bentuk kirab panjang ke Kebon Raja, karena kegiatan spiritual religi khas Keraton Mataram Surakarta itu, dimaksudkan sebagai atraksi wisata yang selalu diagendakan Dinas Pariwisata Pemkot Surakarta, untuk menyemarakkan berlangsungnya pasar malam menyambut puasa yang bernama ”Maleman Sriwedari”. Karena dinamika sosial, politik, ekonomi dan budaya, menu ritual ”Malem Selikuran”pun berubah, dan cukup lama berlangsung hanya di Pendapa Joglo Taman Sriwedari, yang perjalanannya menuju Taman Sriwedari tetap melawan arus sampai era rezim Reformasi.

PIMPIN DONGA WILUJENGAN : Abdidalem juru suranata RT Pujo Diyantodipuro kini yang mendapat giliran memimpin donga wilujengan, tahlil dan dzikir saat ritual ”Malem Selikuran” menyambut turunnya wahyu Illahi atau lailathul qadar digelar LDA Keraton Mataram Surakarta, di kagungandalem Masjid Agung, Minggu malam (2/5). (foto : iMNews.id/dok)

Karena dinamika beberapa hal itu pula, akhirnya ritual ”Malem Selikuran” dikembalikan ke bentuk aslinya, hanya digelar di kagungandalem Masjid Agung, terlebih karena Taman Sriwedari sudah tidak menggelar pasar malam menyambut puasa ”Maleman Sriwedari”. Sebagai pemeriah, GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta Hadiningrat, memberi sentuhan ekspresi kegembiraan menyambut ”turunnya wahyu Illahi” itu dengan kirab ting.

Kirab itu dilengkapi kelompok musik hadrah, santiswaran, semua bregada prajurit, abdialem pengiringnya termasuk Pakasa, untuk mengikuti pembawa hajaddalem tumpeng sewu, berkeliling jalan lingkar dalam Baluwarti, baru menuju Masjid Agung untuk berdoa, tahlil dan dzikir. Namun, suasana tidak selalu konstan (ajeg-Red) dan dinamika juga tidak bisa dijaga aman dan nyaman, begitu datang pandemi Corona, semua seakan menjadi berhenti, dan baru di tahun kedua selama Covid 19 melanda Nusantara ini, digelar kembali ritual ”Malem Selikuran”, Minggu malam (2/5), 2021.

Dan ritual ”Malem Selikuran” yang digelar LDA Keraton Mataram Surakarta kali ini, tanpa diawali dengan kirab ting dan hajaddalem tumpeng sewu serta kesempatan berbuka puasa bersama, karena protokol kesehatan harus dipatuhi sebagai syarat atas izin yang diberikan Satgas Penanganan Covid 19 Kota Surakarta. Tinggal acara utama yaitu donga wilujengan, tahlil dan dzikir sultanagungan untuk menyambut datangnya ”Malam Seribu Bintang” atau lailathul qadar itu, yang berlangsung kurang lebih 90 menit dikagungandalem Masjid Agung.

BEGITU MERIAH : Ritual ”Malem Selikuran” menyambut turunnya wahyu Illahi atau lailathul qadar yang  digelar LDA Keraton Mataram Surakarta, Minggu malam (2/5), tak semeriah sebelum Nusantara dilanda pandemi Corona. Tak sekadar donga wilujengan, tahlil dan dzikir yang yang digelar, tetapi juga dilengkapi kirab ting (lentera) warna-warni begitu meriah seperti yang tampak di halaman masjid, 2019. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Seperti biasa, ritual ”Malem Selikuran” yang dipimpin GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng selaku Ketua LDA itu, menyampaikan pesan-pesan moral dan dorongan semangatnya kepada semua yang ada di berbagai elemen yang bernaung di dalam LDA. Mengingat, perjuangan untuk terus menegakkan tata nilai paugeran adat, masih diperlukan bahkan terus dipupuk, untuk satu tujuan demi eksistensi Keraton Mataram Surakarta yang berwibawa, punya harkat dan martabat serta pelestarian produk-produk peradabannya.

Doa, tahlil dan dzikir dipimpin abdidalem juru suranata RT Pujo Diyantodipuro, setelah ujubnya disampaikan calon putra mahkota KGPH Mangkubumi. Malam itu, di samping Gusti Moeng ada beberapa tokoh generasi muda yang mendampingi KGPH Mangkubumi. Di antaranya tampak KRMH Kusumo Adilogo, KRMH Boby Parikesit, BRM Yudhistira dan beberapa yang lain, yang mengisyaratkan proses transisi regenerasi terus berjalan dari generasi putra/putri Sinuhun PB XII kepada pasangan GKR Tiomer Rumbai dan KGPH Mangkubumi serta para wayahdalem lainnya. (won).