Disambut KGPH Hangabehi dan Apel Penghormatan Prajurit di Halaman Bangsal Smarakata
SURAKARTA, iMNews.id – Raja Kerajaan Sakalava, Antsiranana, Republik Madagaskar (Afrika Bagian Timur), King George Kanamy, melakukan kunjungan pribadi ke Kraton Mataram Surakarta, Jumat sore (10/10). Kedatangannya bersama rombongan warga Indonesia di Singapura (penerjemah), disambut KGPH Hangabehi di “topengan” Kori Kamandungan dan mendapat apel penghormatan prajurit kraton di halaman Bangsal Smarakata.
Walau secara pribadi, pewaris tahta Kerajaan Sakalava yang berada di utara Ibu Kota Antananarivo itu, mendapat sambutan dan penghormatan secara kebesaran khas Kraton Mataram Surakarta. GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA dan segenap jajaran Bebadan Kabinet 2004, mendampingi tamu kehormatan rombongan, berjalan menuju tempat jamuan di gedhong Sasana Handrawina.

Sebelum menuju Sasana Handrawina, dilaukan pengalungan samir kepada rombongan yang mendampingi King George Kanamy. Musik khas prajurit kraton diperdengarkan untuk penghormatan tamu, bersamaan dengan semua simbol dan panji-anji kebesaran Kraton Mataram Surakarta yang diarahkan kepada tamu. Upacara kebesaran penghormatan dilakukan dalam suasana cerah di halaman yang masih basah, karena hujan baru saja reda.
Jalannya jamuan yang disediakan Bebadan Kabinet 2004 selaku tuan rumah untuk tamu kehormatan King George Kanamy dan rombongan, terasa sekali unsur-unsur tatacara adatnya. Karena, begitu tiba di pintu gedhong Sasana Handrawina, rombongan disambut para pejabat jajaran Bebadan Kabinet 2004. Sesampai di tempat duduk di dalam ruang, lalu disambut ucapan selamat datang dan pembukaan oleh KP Siswantodiningrat.

Sambutan dan ucapan KP Siswantodiningrat (pambiwara) tentu dalam Bahasa Jawa “krama” dan Bahasa Indonesia, karena selain King George Kanamy adalah WNI bernama Sasmiyarsi Sasmoyo yang tinggal di Singapura. Dia salah satu di antara tujuh orang rombongan, yang bisa berbahasa Jawa “krama inggil” sekaligus fasih berBahasa Perancis. Mengingat, Raja dari Sakalava itu hanya bisa berBahasa Perancis.
Tuan rumah menyajikan tari “Srimpi Sangupati” yang diciptakan pada zaman Sinuhun PB IV. Tarian yang memperlihatkan simbol jamuan penyambutan tamu dengan minum bersama, adalah penggambaran siasat Sinuhun PB IV yang ingin menjebak pemimpin Belanda dalam rangka perlawanan. Namun saat menjamu tamu dari Republik Madagaskar, Jumat sore itu, minum teh bersama sambil berdiri dimaksudkan untuk menyambut tamu.

Setelah sajian tari “Srimpi Sangupati”, King George Kanamy sejenak “menghilang” dan muncul kembali sudah berdandan seorang “Pangeran” Kraton Mataram Surakarta. Dia dipanggil ke depan untuk diwisuda menjadi KPA George Kanamy Wiraraja, yaitu menerima “partisara kekancingan” sebagai tanda wisuda yang diserahkan KGPH Hangabehi. Sedangkan “bros” Sri Radya Laksana simbol Kraton Mataram Surakarta, disematkan Gusti Moeng.
KGPH Hangabehi saat mewisuda, sempat membacakan kata pengantar wisuda. Setelah penyerahan “kekancingan”, diikuti dengan penyematan “bros” serupa kepada rombongan, secara bersama-sama dilakukan KGPH Hangabehi, KPH Edy Wirabhumi dan sebagainya. Setelah itu, abdi-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro lalu memimpin donga wilujengan dengan simbol nasi “tumpeng” dalam “tampah”, sebagai simbol adat dan sakral.

Gusti Moeng yang pertama memberi sambutan, banyak menguraikan riwayat sejarah perjaanan Kraton Mataram Surakarta hingga kini berusia 280 tahun sejak 1745. Sambutan itu diterjemahkan Sasmiyarsi Sasmoyo ke dalam Bahasa Perancis, agar King George Kanamy yang telah lama tinggal di Paris (Perancis) itu paham. Setelah itu, ganti Raja dari Kerajaan Sakalava memberi sambutan yang diterjemahkan pula oleh Sasmiyarsi.
King George Kanamy dalam sambutan dan presentasi identitasnya menyebut, GKR Ayu Koes Indriyah mewakili Kraton Mataram Surakarta, diundang ke Sakalava, Madagaskar, beberapa tahun lalu. Di sana, King George Kanamy menggelar upacara penghormatan jenazah kakek “buyutnya” yang 99 persen ber-DNA keturunan Jawa. Tiga presiden selalu berhalangan untuk membalas berkunjung ke Indonesia, tetapi baru dirinya berhasil.

“Tiga Presiden Republik Madagaskar berturut-turut berniat mengajak bersama-sama membalas berkunjung ke Indonesia, tetapi selalu ada halangan dan batal. Tetapi, sekarang saya justru bisa sampai di sini. Berarti diri saya yang dikehendaki Tuhan YME untuk bisa membalas kunjungan (GKR Ayu) ke sini. Begitu saya menginjak tanah di dalam kraton, saya merasa tidak asing. Seperti pulang ke rumah. Apalagi tadi hujan”.
“Hati saya merasa segar tersiram udara yang habis kena hujan. Setelah ini, kami belum punya rencana konkret untuk meneruskan hubungan antara Sakalava dan kraton. Tetapi saya berharap, hubungan yang sudah terjalin ini bisa berlanjut terus. Karena, 99 persen DNA saya adalah orang Indonesia, Jawa. Saya akan mengirim anak saya, untuk belajar menari di sini (kraton)”, ujarnya menjawab pertanyaan para wartawan. (won-i1)