Pakasa “Reborn” Menjadi Pelopor Pelestari Budaya di Manapun Berada (seri 1 – bersambung)

  • Post author:
  • Post published:October 10, 2025
  • Post category:Budaya
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Pakasa “Reborn” Menjadi Pelopor Pelestari Budaya di Manapun Berada (seri 1 – bersambung)
BARU SATU-SATUNYA : Dwi Fajar Nirwana (Wakil Bupati Boyolali) adalah perempuan pertama dari Kabupaten Boyolali yang menjabat Ketua Pakasa Cabang di wilayahnya. Ia menjadi pimpinan pengurus baru Pakasa cabang yang fenomenal di antara sejumlah elemen Pakasa milik Kraton Mataram Surakarta itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sinyal Penting yang Membuka Peluang Terbentuknya “Pluralitas” dalam “Identitas”

IMNEWS.ID – KAMIS Wage, 9 Oktober 2025 kemarin, di Kabupaten Boyolali “menciptakan” sebuah peristiwa penetapan (tetepan-Red) dan pelantikan susunan pengurus baru Pakasa Cabang Boyolali periode 2025-2030. Pelantikan dilakukan KPH Edy Wirabhumi (Pangarsa Pakasa Punjer) yang menandai dengan pengucapan “sumpah prasetya”, dan penyerahan tombak pusaka “kadipaten” dari Gusti Moeng kepada Bupati Boyolali Agus Irawan.

Peristiwa yang tercipta bersama antara figur dan komunitas “sutresna budaya” dengan jajaran Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta itu, kali pertama terjadi sepanjang ada organisasi Pakasa cabang di Kabupaten Boyolali. Karena, pengurus dan beberapa figur “pimpinan” yang ada di dalamnya selama ini, tercipta di luar suasana berbeda seperti Kamis (9/10) itu, jalannya organisasipun tak “mulus lurus”.

Dalam peristiwa penetapan dan pelantikan susunan pengurus baru Pakasa Cabang Boyolali itu, Wakil Bupati (Wabup) Dwi Fajar Nirwana dipercaya memimpin sebagai Ketua Umum. Sementara, Bupati Agus Irawan SH duduk sebagai “Pengayom”, GKR Wandansari Koes Moertiyah (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) bersama KPH Edy Wirabhumi (Pangarsa Pakasa Punjer), KP Siswantodiningrat dan KRA Surojo Adiningrat sebagai “Paranpara”.

MENJADI “PARAN-PARA” : Di antara pengurus baru Pakasa Cabang Boyolali yang ditetapkan dan dilantik Panbgarsa Pakasa Punjer, Kamis (9/10), salah satunya adalah KP Siswantodiningrat yang berada di posisi “Paranpara” (Penasihat) Pakasa Boyolali bersama KRA Surojo Adinaningrat. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Susunan pengurus cabang Boyolali juga dilengkapi Ketua Harian yang dijabat Sugihartanto dan Wakil Ketua I Dr KRRA Haryanto Budayaningrat dan Wakil Ketua II KRT Yusuf Riyadi Hadinagoro. Sekretaris (Panyitra) dijabat (I) KRT Sri Rohadi Hadinagoro dan (II) RR Samuel Gigih Prakoso dan Bendahara (Hartaka) dijabat (I) KRRA Madyo Adiningrat dan (II) Arif Sulistiono serta dibantu 13 koordinator bidang (Korbid).

Tak hanya itu, selain pengurus cabang juga dilengkapi dengan pengurus Anak Babang (Ancab) di 14 dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Para ketua Ancab yang ikut ditetapkan dan dilantik di rumah dinas bupati atau kantor “Kadipaten” (Kabupaten lama-Red) adalah, KRT Joko Wardoyo (Kecamatan/Ancab Banyudono), KRT Eko Suripto Hadipuro (Ancab Sawit) dan KRT Aryono Adinagoro (Ancab Mojosongo).

Kemudian, KRT Sarlan Adinagoro (Ancab Cepogo), KRT Arjo Adinagoro (Ancab Selo), KRT Yoto Adinagoro (Ancab Musuk), KRT Drs Samudi Adinagoro (Ancab Sambi), KRT Sofyan Adinagoro (Ancab Susukan), KRT Harnowo Notoprojo (Ancab Ampel), Harmoko (Ancab Gladagsari), KRT Agus Jumadi Notonagoro (Ancab Teras), KRT Ribut Lebdocarito (Ancab Klego), KRA Surojo/Sunarto (Ancab Simo) dan Sigit Harmoko (Ancab Wonosamudro).

TOMBAK PUSAKA : Dalam upacara pelantikan pengurus baru Pakasa Cabang Boyolali, Kamis (9/10), tombak peninggalan Sinuhun PB X dikeluarkan untuk disertakan dalam upacara. KP Puspitodiningrat (pambiwara) memberi aba-aba dikeluarkannya tombak untuk diserahkan kepada Bupati Agus Irawan SH selaku “Pengayom”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Formasi pengurus di tingkat Ancab yang ditetapkan dan dilantik secara bersamaan, diketahui kebanyakan memang baru ada figur ketua karena “tradisi” yang pernah berjalan dalam kepengurusan di tingkat kecamatan, diharapkan bisa berkembang dan melengkapi diri sambil berjalan. Meski begitu, kepengurusan yang sudah terbentuk di Boyolali sudah jauh lebih baik dibanding sejumlah banyak cabang yang “stagnasi”.

Dalam catatan iMNews.id, banyak sekali Pakasa cabang yang tak pernah terbentuk pengurus anak cabang dan tidak tampak adanya daftar susunan kepengurusan di tingkat kecamatan itu, walau riwayatnya disebut pernah dibentuk. Rupanya, nilai-nilai demokratisasi belum bisa diakomodasi di kalangan para pengurus dan warga Pakasa di tingkat cabang, kecamatan hingga di desa-desa, padahal ada nilai-nilai manfaatnya.

Peristiwa penetapan dan pelantikan pengurus Pakasa Cabang Boyolali ini bisa menjadi contoh bagaimana sebuah paguyuban warga “sutresna budaya” berkembang melalui jurus-jurus pengembangan yang selama ini dikenal di wilayah politik praktis. Dan melalui peristiwa itu, Pangarsa Pakasa Punjer (KPH Edy Wirabhumi), menyebut perkembangan Pakasa bisa berjalan paralel dengan pengembangan organisasi MAKN.

MENYALAMI PENGURUS : Gusti Moeng (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA) menyalami para tokoh pengurus baru Pakasa Cabang Boyolali seusai ditetapkan dan dilantik KPH Edy Wirabhumi (Pangarsa Pakasa Punjer), di antaranya KRRA Hariyanto Budayaningrat (Wakil Ketua I), di rumah dinas Bupati, Kamis (9/10). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Seperti disebutkan dalam sambutannya yang juga selaku Ketua DPP Majelis Adat Kraton Nusantara (MAKN), organisasi Pakasa cabang berpotensi tumbuh di mana-mana di luar wilayah sebaran Budaya Jawa. bahkan bisa sampai ke luar Jawa, karena Budaya Jawa juga berkembang sampai jauh ke luar Jawa, bahkan jauh ke luar RI. Maka ditegaskan, Pakasa akan menjadi agen pelestari “budaya setempat” yang analoginya bisa plural.

Kemajemukan budaya yang akan menjadi objek pelestarian oleh Pakasa terutama di luar Jawa atau di luar negeri, sangat bisa dimaklumi karena faktanya sudah banyak warga etnik Jawa yang menjadi bagian warga  di berbagai wilayah lain di Tanah Air. Ini sangat rasional bisa terjadi atau dilakukan, mengingat bangsa di Nusantara ini sedang butuh penguatan katahanan budaya, akibat krisis identitas yang terjadi saat ini.

Ketika dianalisis lebih lanjut, konteks upaya pelestarian budaya yang kelak akan dihadapi Pakasa cabang terutama di luar Jawa, akan melukiskan konfigurasi sebagai organisasi “sutresna budaya” pelestari “pluralitas” (kemajemukan) dalam “identitas” aslinya. Tujuan pencapaian “level” ini, bisa dilukiskan bahwa warga Pakasa sudah memiliki basis fundamental Budaya Jawa kuat, sebelum mengurusi “pluralitas”.

BERFOTO BERSAMA : Para pengurus baru Pakasa Cabang Boyolali yang dipimpin berfoto bersama Dwi Fajar Nirwana (Wakil Bupati Boyolali) Gusti Moeng (Paranpara) dan KPH Edy Wirabhumi (Paranpara) selaku Pangarsa Pakasa Punjer, dalam sebuah upacara di rumah dinas Bupati Boyolali, Kamis (9/10). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Tetapi, ada risiko dari mulai kecil, sedang hingga besar yang bisa terjadi ketika Pakasa cabang di luar Jawa, jauh di luar negeri, atau bahkan di wilayah etnik Jawa sekalipun. Karena, faktanya banyak Pakasa cabang yang sudah terbentuk kepengurusannya dalam satu atau dua periode pengabdian, masih sangat lemah basis fundamentalnya tentang Budaya Jawa. Bahkan, banyak yang berada di tengah “krisis identitas” hebat.

Apa yang diungkapkan KPH Edy Wirabhumi dalam sambutan pelantikannya, bahwa organisasi Pakasa kini adalah wajah baru Pakasa atau “new Pakasa” atau “Pakasa Reborn”, memang benar adanya. Meskipun dalam satu sisi tugas dan tanggung-jawabnya ikut menjaga keutuhan NKRI, itu memang sudah menjadi keniscayaan Pakasa saat dilahirkan Sinuhun PB X di tahun 1931, tetapi saat paradigma berubah, Pakasa perlu menyesuaikan diri.

Inilah sinyal penting yang dilempar Pakasa Punjer melalui peristiwa pelantikan Pakasa Cabang Boyolali, kepada keluarga besar Pakasa khususnya, juga kepada publik secara luas. Sinyal tentang keniscayaan bahwa organisasi Pakasa cabang sangat relevan dan rasional terbentuk di luar wilayah etnik Jawa, bahkan di luar wilayah negara sekalipun. Karena faktanya, budaya dan warga etnik Jawa juga tersebar luas sekali. (Won Poerwono – bersambung/i1)