Cucu Empu Keris di Nganjuk (Jatim), Sukses Sebagai Intelektual Kampus UGM
JOGJA, iMNews.id – Banyak intelektual kampus pensiunan dosen dan guru besar UGM (Jogja), ternyata banyak memperhatikan “arah pandang” yang selama ini terkesan tertutup “kabut gelap”. Di balik nilai-nilai “Kejogjakartaan” yang belakangan banyak didengungkan, justru muncul nilai-nilai “Ke-Surakarta-an”. Ini sangat bisa dimaklumi, karena nilai-nilai piwulang luhur banyak berasal dari para Pujangga Surakarta.
Nilai-nilai yang selama ini dijadikan kata bijak dalam Bahasa Jawa (Sastra Jawa), ternyata bersumber dari “Serat Wulangreh” (Sinuhun PB IV), Serat Centhini (Sinuhun PB V), “Serat Wedhatama” (KGPAA MN IV) dan sebagainya. Selain diadopsi sebagai bahan ajar di jurusan Sastra Daerah (Jawa) berbagai universitas, nilai-nilai karya beberapa Pujangga Jawa Surakarta itu juga akan diklaim sebagai produk “peradabannya”.

“Maka, saya setuju dengan gagasan para tokoh mantan guru besar di UGM itu. Intinya, ada ketertarikan untuk menjernihkan cara pandang ke arah yang tepat secara proporsional. Di sini, nilai-nilai kejujuran dan kelugasan para tokoh intelektual kampus itu, sangat kami hormati dan kami junjung tinggi. Karena, memang begitulah adanya. Faktanya memang begitu,” ujar Ki Dr Purwadi (Ketua Lokantara Pusat di Jogja).
Dalang “semi-pro” Ki Dr Purwadi yang dimintai konfirmasi iMNews.id, Selasa (16/9) siang tadi lebih lanjut menyatakan, ketertarikan para tokoh mantan intelektual kampus UGM untuk mencermati nilai-nilai “Kesurakartaan” itu, sudah maju selangkah lagi. Dimulai dari “deklarasi” kesamaan pandangan dan kesepakatan melalui pentas wayang kulit lakon “Ramayana”, berlanjut dengan penyusunan buku biografi.

Dalam suasana peringatan “17-an”, pentas wayang kulit digelar warga Kentungan (Jogja) dan disajikan Ki Dr Purwadi itu, semangat ketiga intelektual kampus itu dideklarasikan. Berikutnya, berlanjut dengan penyusunan buku biografi yang menampung pandangan Prof Dr Soeripto tentang nilai-nilai “Kesurakarataan” itu. Salah satu pandangan yang sama dan disepakati itu, bahwa Majapahit berlanjut sampai Surakarta.
Penulisan buku berjudul “Babad Prof Dr Soeripto”, dilakukan oleh dalang “Semi Pro” untuk wilayah “dagangan pertunjukan wayang kulit”. Tetapi, karya dalang “Pro 100%” untuk sajian pentas wayang klasik penuh etika dan estetika itu, sudah dibedah dalam sebuah diskusi yang digelar di Sleman, Sabtu (13/9). Diskusi bedah buku itu, menghadirkan tiga narasumber, salah satunya tokoh intelektual yang ditulis.

Narasumber yang ditulis biografinya itu, adalah Prof Dr Soeripto, mantan Dosen Fakultas Kedokteran UGM. Dia adalah kelahiran Mojorembun, Kabupaten Nganjuk sekitar 82 tahun lalu. Yang menarik, profesor itu adalah cucu Empu Mayagati, pemilik besalen keris terkenal di Kabupaten Nganjuk. Besalen keris itu masih dilanjutkan trah-keturunan yang mengelola usaha pembuatan keris di Ngadiboyo, Rejoso, Nganjuk.
“Jadi, beliau (Prof Dr Soeripto) itu keturunan Empu Mayagati. Ahli pembuatan keris itu abdi-dalem kraton, seperti yang dituturkan Prof Soeripto. Dan guru besar Fakultas Kedokteran UGM itu menegaskan, bahwa Majapahit, Pengging, Demak, Pajang, Mataram, (Mataram Kartasura) dan Mataram Surakarta itu satu rangkaian urutan yang berkaitan. Rangkaian berkelanjutan itu berhenti di Surakarta,” tutur Dr Purwadi.

Dari pandangan Prof Dr Soeripto dan kajian Dr Purwadi, pada umumnya guru besar UGM punya garis keturunan dengan leluhur Kraton Mataram Surakarta. Seperti Prof Dr Panut Mulyono, mantan rektor UGM itu, adalah trah Hanggawangsa (Honggowongso-Red). Seorang tokoh yang hingga kini hanya dikenal sebagai nama jalan, termasuk di Kota Surakarta, ternyata adalah salah satu arsitek pembangunan Kraton Mataram Surakarta.
Prof Dr Panut Mulyono, menjadi narasumber kedua dalam diskusi “Bedah Buku” biografi Prof Dr Soeripto itu. Dia adalah trah Pangeran Gayam, seorang Pujangga dari Kraton Pajang (abad 16) yang juga leluhur RT Honggowongso. Tokoh ini dipercaya menjadi Bupati Kebumen dengan gelar Adipati Arumbinang. Narasumber berikutnya Prof Dr Hardiyanto, trah Kyai RNg Jasadipura, dan diantar Aditya Jatmiko (UGM) selaku MC. (won-i1)