Minggu Pagi Tadi, “Keren” Bekas Untuk “Adang” Tahun Dal 1959 Dibongkar

  • Post author:
  • Post published:September 14, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:3 mins read
You are currently viewing Minggu Pagi Tadi, “Keren” Bekas Untuk “Adang” Tahun Dal 1959 Dibongkar
SELALU MENGAWALI : Gusti Moeng selalu mengawali dengan donga wilujengan saat melakukan kegiatan apapun yang berkaitdan dengan adat dan tradisi di Kraton Mataram Surakarta. Terlebih ketika hendak menjalani proses tahapan "adang" di Tahun Dal yang didahului membuat "keren" di Pawon Gandarasan. (foto : iMNews.id/Dok)

Seluruh Rangkaian Ritual “Adang” Selesai, Tinggal “Dilabuh” di Parangkusuma  

SURAKARTA, iMNews.id – “Keren” bekas digunakan ritual “adang sekul” di Tahun Dal 1959, Minggu malam (7/9) lalu, dibongkar oleh belasan “abdi-dalem”, Minggu Wage (14/9) mulai pukul 09.00 WIB pagi tadi.

Penggempuran pasangan batu-bata berlangsung tungku berlubang 4 itu berlangsung singkat, karena selepas pukul 12.00 WIB sudah rata-rata dan tinggal menyingkirkan sisa gempuran dari ruang Pawon Gandarasan.

MENCERMATI CONTOH : Foto-foto dokumentasi pembuatan “keren” untuk keperluan ritual “adang” di Tahun Dal pada tahun 2009 yang diperlihatkan KRMH Suryo Kusumowibowo, dicermati Gusti Moeng karena menjadi contoh untuk membuat tungku pada keperluan ritual yang sama di tahun Dal 1959 ini, belum lama ini. (foto : iMNews.id/Dok)

Diawali dengan donga wilujengan, lalu dilanjutkan penggempuran “keren” atau tungku di dalam Pawon Gandarasan oleh belasan abdi-dalem, menggunakan palu besar, cangkul, sekop dan sebagainya.

Bongkaran berupa “krakal” lalu mulai disingkirkan dan diwadahi karung, dan seterusnya lantai dapur akan dikembalikan rata seperti sebelum digunakan ritual “mbethak” (adang) atau menanak nasi.

“PASANG BATU” : “Keren” untuk ritual “adang” di Tahun Dal di Pawon Gandarasan, ketika sedang proses pembuatannya oleh sejumlah abdi-dalem. “Pasangan batu” bata di atas lantai dapur (pawon), Minggu pagi (14/9) dibongkar kembali setelah selesai digunakan untuk ritual “adang”, Minggu malam (7/9). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Kalau brangkal bekas bongkaran keren, harus disingkirkan dari situ. Tetapi sisa-sisa peralatan bekas dipakai ‘adang’, akan dilabuh ke segara kidul Pantai Prangkusuma. Saya tidak tahu upacara adat Labuhan kapan akan dilakukan”.

“Pasti menunggu hari baik. Karena, mungkin saja Labuhan yang akan dilakukan kraton, bersamaan dengan langse yang dilarap dari beberapa makam leluhur Dinasti Mataram,” ujar KRMH Suryo, Minggu pagi tadi.

DIGUNAKAN “ADANG” : “Keren” di Pawon Gandarasan, saat digunakan untuk menumpangkan “Dandang” Kiai Dhudha saat untuk ritual “adang”, Minggu malam (7/9). “Dandang” diisi air yang dikumpulkan dari berbagai lokasi oleh Gusti Moeng dan KGPH Puger, untuk “ngukus” beras “Raja Lele” yang ditampung di “kukusan”. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

KRMH Suryo Kusumowibowo (Wakil Pangageng Sasana Prabu) saat dimintai konfirmasi iMNews.id, tadi pagi menambahkan, pembongkaran “keren” yang habid dipakai untuk “mbethak” harus selesai dalam sehari ini.

Sedangkan sisa-sisa bahan dan peralatan yang digunakan untuk ritual “adang”, harus dilabuh. Termasuk, arang sisa pembakaran, kayu bakar dan merang sisa hasil “nutu” atau padi yang ditumbuk dan sebagainya.

MENUNGGU DIJAMASI : Dua “dandang” pusaka Kiai Tambur dan Nyai Rejeki masih tampak berada di atas “keren” Pawon Gandarasan, menunggu giliran dijamasi dalam prosesi ritual yang dipimpin Gusti Moeng, Selasa (9/9). Keduanya juga digunakan untuk ritual “adang” tahun Dal 1959, Minggu malam (7/9). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Mengenai Labuhan ke “segara kidul” melalui pantai Parangkusuma untuk “mengembalikan” sisa-sisa yang digunakan untuk “adang”, juga dibenarkan Gusti Moeng menjawab pertanyaan iMNews.id, Selasa (9/9).

Saat itu, dia bergegas untuk berganti busana yang basah karena memimpin langsung “isah-isah” atau jamasan semua “dandang” yang habis digunakan untuk “adang”, termasuk, beberapa “kukusan” berukuran jumbo.

GEMPUR KEREN : Beberapa abdi-dalem tampak bertugas menggempur “pasangan batu keren” dan mengumpulkan brangkal sisanya, sementara yang lain mewadahi dengan kantong plastik dan menyingkirkannya. “Keren” bekas digunakan ritual “adang” di Tahun Dal 1959, Minggu (7/9), Minggu pagi (14/9) dbongkar habis. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Kukusan” bekas “adang”, termasuk yang akan dilabuh di Parangkusuma nanti. Soal waktunya, harus dicari waktu yang tepat,” ujar singkat Gusti Moeng saat selesai memimpin ritual jamasan semua “dandang”, siang itu.

Mengenai pembongkaran “keren”, juga sudah didapat “dhawuh” dari Kantor Sasana Wilapa, lalu disampaikan KRMH Suryo Kusumowibowo kepada para abdi-dalem yang bertugas. Ritual “adang” akan berulang lagi di tahun 2033. (won-i1)