Keluarga Besar Pakasa Jepara “Kecelik”, KRA Surojo Sudah Keluar dari Rumah Sakit
JEPARA, iMNews.id – Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat ada sebanyak 782 prajurit bertombak sebagai kali pertama pencatatan rekor terbanyak di bidang itu, karena sebelumnya tidak pernah ada pencatatan rekornya. Jumlah itu dianggap melebihi ekspektasi pihak penyelenggara yang sebenarnya hanya ingin mendapatkan angka 491, sesuai usia Kabupaten Jepara sesuai kalender Jawa pada Tahun Dal 1959 ini.
“Alhamdulillah, malah bisa mencapai 782 prajurit bertombak. Kami sudah mencatatkan rekor baru di bidang ini kepada MURI. Rekor jumlah prajurit bertombak. Kalau peserta kirab budayanya secara keseluruhan, lebih dari seribu orang. Mudah-mudahan di waktu mendatang, rekor itu bisa diperbaiki lagi dengan persiapan yang lebih baik,” pinta KP Bambang S Adiningrat yang dihubungi iMNews.id, siang tadi.

Ketua Pakasa Cabang Jepara itu juga menuturkan, keluarga besar Pakasa cabang menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mewujudkan agenda ini beserta seluruh rangkaian acara “Grebeg Mulud Njeporonan”. Karena, semua berjalan lancar, aman dan sukses. Meski begitu, pihaknya memohon maaf kepada Pakasa Cabang Boyolali, karena sesampai di RS PKU Aisyiyah Jepara, KRA Surojo sudah pulang.
“Jadi, Minggu pagi kami pengurus cabang dan unsur panitia lain yang ingin menengok Kanjeng Surojo di RS Aisyiyah Jepara, sudah tidak bisa bertemu beliau. Rupanya, beliau lebih dulu diizinkan pulang Minggu pagi (31/8) kemarin. Sekali lagi kami minta maaf. Tapi kami pasti akan melakukan komunikasi untuk menyampaikan rasa simpati kami atas semangat beliau ikut kirab,” ujar KP Bambang.

Secara terpisah, KRA Surojo yang dihubungi iMNews.id menyebutkan, kondisi kesehatannya sudah membaik. Setelah keluarga diberi kabar dan mengurus ke rumah sakit, bisa membawa pulang dirinya untuk melakukan obat jalan di kediamannya, Boyolali. KRA Surojo adalah “Plt” Ketua Pakasa Cabang Boyolali yang sangat bersemangat membawa 50-an prajurit, untuk ikut kirab budaya “Grebeg Mulud Njeporonan”, Sabtu (30/8).
Kalau keluarga besar Pakasa Cabang Jepara belum sempat sampai di rumah sakit yang akan ditengok sudah lebih dulu pulang ke Boyolali, masih beruntung KRRA Panembahan Didik Singonagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus). Karena, dia bersama istrinya yang mendengar kabar lebih awal tentang KRA Surojo masuk rumah sakit, begitu kirab selesai dirinya langsung menuju RS PKU Aisyiyah Jepara, Sabtu (30/8) sore itu.

Sementara itu, kalangan warga Pakasa cabang ganti bersiap-siap untuk hadir di “pisowanan” yang diagendakan Kraton Mataram Surakarta dalam 4 hari berturut-turut. Yaitu Jumat (5/9) berupa “pisowanan” di “Kraton Kulon”, karena ada donga wilujengan untuk mengeluarkan “dandang” Kiai Dhudha yang akan digunakan untuk ritual ‘adang” di Pawon Gandarasan. Pisowanan ini, juga untuk puncak Garebeg Mulud.
Untuk persiapan upacara adat puncak acara prosesi Gunungan hajad-dalem Garebeg Mulud, menurut KPP Haryo Sinawung juga sudah dibahas dalam rapat Bebadan Kabinet 2004, akhir minggu lalu. Seperti kesepakatan yang diminta Gusti Moeng selaku Pangarsa LDA/Pengageng Sasana Wilapa, ritual prosesi gunungan akan dilaksanakan dengan tatacara sesuai paugeran adat secara penuh, Jumat (5/9).

KPP Haryo Sinawung (Wakil Pengageng Karti Praja) juga menambahkan, meski pada pelaksanaan tatacara menandai “ungeling gangsa Sekaten ungkang sepisanan”, Jumat seminggu lalu sudah sesuai paugeran adat dan harapan, tetapi pihaknya harus tetap waspada. Penyelenggara akan berkoordinasi dengan aparat keamanan gabungan lintas lembaga untuk menjaga ritual puncak Garebeg Mulud berjalan lancar dan aman.
Setelah Jumat (5/9), dilanjutkan Senin Legi (6/9) digelar pisowanan di Kraton Kulon, untuk mengeluarkan “dandang” Kiai Dhudha. Sedangkan Minggu (7/9), semua elemen masyarakat adat termasuk Pakasa cabang diharapkan hadir pada “pisowanan” di Pawon Gandarasan, untuk mengikuti ritual “adang” Tahun Dal (1959). Sedangkan Senin (8/9), pisowanan di Sasana Parasedya masih berkait dengan ritual “adang” Tahun Dal.(won-i1)