Sikap Futuristik Demi Kelangsungan Pakasa, Ala KRRA Panembahan Didik

  • Post author:
  • Post published:July 8, 2025
  • Post category:Budaya
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Sikap Futuristik Demi Kelangsungan Pakasa, Ala KRRA Panembahan Didik
BANYAK MAKNA : Setiap kemunculan rombongan keluarga besar Pakasa Cabang Kudus terutama di kraton, selalu ada sesuatu yang punya banyak makna. Banner identitas asal selalu dibawa, agar mudah dikenali publik dan sesama warga masyarakat adat berbagai elemen. Tetapi juga selalu menampilkan cara mempersiapkan generasi penerusnya. (foto : iMNews.id/Dok)

Ikut Kirab di Manapun dan Sowan ke Kraton, “Wajib” Mengajak Anak-Cucu

IMNEWS.ID – BERBICARA soal organisasi Pakasa yang berkaitan dengan eksistensi, fungsi, tugas dan kewajibannya, salah besar kalau ada yang beranggapan bahwa masalah itu adalah hanya menjadi porsi urusan orang dewasa. Oleh sebab itu, menjadi bias dan bisa menyimpang kalau ada di antara pengurus Pakasa cabang yang “kisruh” salah urus akibat “pimpinannya” tak memiliki “kemampuan” memimpin.

Kalau rata-rata Pakasa cabang baru berumur antara 1-5 tahun atau baru menjalani periode pertama masa bhaktinya selama 5 tahun, memang masih bisa dimaklumi ada dinamika di dalamnya untuk mencapai persesuaian di antara figur pengurus untuk menjadi sebuah “tim kerja”. Meskipun, ada pengurus Pakasa cabang yang usianya sudah lebih dari 1 periode kepemimpinan, seperti cabang Ponorogo dan Klaten.

Namun, usia kepengurusan tidak menjadi jaminan terwujudnya sebuah soliditas kepemimpinan pengurus cabang, karena bertemunya para figur pengurus banyak yang berlatarbelakang tidak saling mengenal. Artinya, butuh waktu persesuaian dalam banyak hal, misalnya visi, misi dan tujuan masing-masing pribadi yang berserikat mendirikan pengurus Pakasa cabang. Karena, banyak yang mengira Pakasa sama halnya “partai politik”.

Selain banyak yang salah kira, dalam masa persesuaian dan konsolidasi di periode pertama kepemimpinan itu, juga banyak yang abai pada hal-hal penting dan strategis yang berkait dengan eksistensi organisasi Pakasa. Hal penting dan strategis itu antara lain, langkah-langkah berfikir untuk menyiapkan kelangsungan Pakasa cabang untuk terwujudnya tujuan yang lebih besar yaitu pelestarian budaya dan kelangsungan kraton.

MEMPERSIAPKAN PENGGANTI : Warga Pakasa Cabang Kudus hampir tidak pernah meninggalkan kebiasannya mengajak serta anak-cucu mereka dalam berbagai keperluan adat, seni dan budaya. Apalagi saat mengikuti kirab peringatan HUT Pakasa tahun 2024 lalu, anak-cucu yang akan menjadi generasi penggantinya tidak lupa diajak serta.(foto : iMNews.id/Dok)

Di antara sejumlah cabang Pakasa yang sudah sampai pada pemikiran eksistensi Pakasa untuk masa depan, adalah Pakasa Cabang Kudus. Mungkin ada lagi cabang lain yang memiliki kesadaran pada soal kelangsungan Pakasa cabang, misalnya Pakasa Cabang Jepara. Namun, sikap dan pemikiran futuristik yang dimiliki Pakasa cabang Kudus utamanya figur ketuanya, sudah langsung dalam wujud eksekusi bukan “wacana”.

Pakasa Cabang Kudus bahkan bisa disebut salah satu cabang yang sejak dini memiliki kesadaran untuk memikirkan keberlangsungan pelestarian Budaya Jawa dan terjaganya kelangsungan kraton, jauh ke depan. Oleh sebab itu, untuk mewujudkan keberlangsungan Pakasa cabang, pengurus “mewajibkan” mengajak anak-cucunya saat menghadiri acara-acara adat, terutama saat “sowan” ke Kraton Mataram Surakarta.

“Tetapi, tentu saja ya harus menyesuaikan dengan kesibukan kalangan anak-cucunya. Karena, kalau anak-anak masih di usia sekolah, tentu harus mempertimbangkan itu juga. Setidaknya, kalau acaranya berlangsung menjelang
hari Minggu atau di hari-hari libur sekolah, itu sangat tepat. Dan tentu ada beda pengaturannya, antara anak di atas balita dan yang balita,” ujar KRRA Panembahan Didik Singonagoro.

Ketua Pakasa Cabang Kudus KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro dalam beberapa percakapan dengan iMNews.id hingga semalam, banyak membahas soal upaya menjaga keberlangsungan Pakasa cabang ke depan. Menurutnya, pelestarian Budaya Jawa bukan hanya urusan seumur masa bhakti pengurus cabang, tetapi harus berlanjut dari generasi ke generasi, karena kraton yang menjadi sumbernya, diharapkan berumur panjang.

AJANG STRATEGIS : Event kirab budaya yang digelar di manapun terutama di wilayah Pakasa cabang yang mengundangnya, pasti akan disuguhi pemandangan yang estetik, etik dan edukatif oleh rombongan Pakasa Cabang Kudus. Karena, kirab budaya merupakan ajang starategis untuk proses regenerasi dan banyak tujuan lain. (foto : iMNews.id/Dok)

Oleh karena itu, Pakasa Kudus sejak berdiri sekitar 3 tahun lalu sudah langsung mewujudkan upaya menjaga kelangsungan Pakasa cabang. Salah satu caranya, selalu mengajak anak-cucu dalam berbagai kegiatan Pakasa, khususnya saat “sowan” ke kraton pada upacara adat apa saja. Karena menurutnya, kalau di usia anak sudah dibiasakan di lingkungan adat dan budaya, itu berarti sudah ada modal yang baik.

Sikap pandang dan cara berfikir KRRA Panembahan Didik Singonagoro yang jauh ke depan untuk Pakasa, Budaya Jawa dan Kraton Mataram Surakarta itu, ternyata bukan gagasan yang muncul sesaat. Tetapi, ada edukasi yang diterimanya jauh di masa mudanya yang telah mendahului mempersiapkannya. Ia baru sadar, bahwa dirinya secara tidak langsung telah disiapkan sang kakek, yang sering mengajaknya ke kraton di masa kecilnya.

“Jadi, karena di masa remaja saya sampai tahun 1970-an, sering diajak eyang (Marto Darsono-Red) ke kraton, saya jadi ingat dan sadar tentang sesuatu. Bahwa karena sudah dibiasakan mengenal dan memahami lingkungan adat dan budaya di kraton, menyebabkan saya punya naluri yang sama dengan eyang. Kalau sekarang ada Pakasa yang harus dijaga kelangsungannya, maka saya ingin meniru cara eyang untuk mewujudkannya”.

“Salah satu caranya, menyiapkan generasi calon penerus dan pengganti para pengurus dan warga Pakasa. Yaitu, selalu mengajak anak-cucu dalam berbagai kegiatan seni budaya, apalagi berkaitan dengan Pakasa dan kraton. Saya menegaskan kepada warga Pakasa Kudus, saat ada kesempatan libur sekolah, wajib mengajak anak-cucu dalam berbagai kegiatan adat dan budaya. Terutama saat sowan kraton,” harapnya tandas.

EVENT HAUL : Di sejumlah makam tokoh leluhur Dinasti Mataram yang tersebar di sejumlah kabupaten di wilayah Gunung Muria, dalam dekade terakhir ini sangat bersemangat menggelar event-event haul. Pakasa Cabang Kudus selalu tampil mempesona dalam kirab budaya, terlebih ada edukasi tentang perlunya proses regenerasi yang ditunjukkan. (foto : iMNews.id/Dok)

Menurutnya, dalam keperluan itu maka proses regenerasi dalam kepengurusan dan warga Pakasa cabang harus diberi kesempatan seluas-luasnya. Karena, selain menjaga kelangsungan Pakasa dan tujuan ideal lebih besar, satu sisi pengembangan organisasi Pakasa cabang juga bisa dicapai. Selain berusaha merekrut warga anggota baru dari masyarakat luas, termasuk kalangan anak-anak, generasi anak-cucu anggota lebih dulu disiapkan.

Pengembangan organisasi, memang bisa ditempuh dalam beberapa cara, dengan sosialisasi ke arah perekrutan bagi masyarakat luas maupun di internasl sendiri yaitu di lingkungan masing-masing keluarganya, termasuk anak-cucu. Proses regenerasi itu penting, karena kalangan pengurus Pakasa yang sekarang sedang bertugas, rata-rata sudah berusia yang semakin banyak keterbatasannya, terutama kondisi fisik dan usianya.

Karena kesadaran dan pandangan jauh ke depan itu, maka Pakasa Cabang Kudus paling sering sowan ke kraton dalam upacara adat apa saja, selalu disertai sejumlah anak-anak usia sekolah di antara rombongan yang dibawa. Termasuk saat Pakasa Kudus menjadi “pangombyong” pusaka 13 di barisan kirab pusaka di malam 1 Sura (26/6) lalu, ada sejumlah anak-anak mengenakan busana adat dan samir, ikut jalan kaki kirab 8 KM.

Pemandangan seperti itu, sudah bukan hal baru bagi kraton dan daerah-daerah Pakasa cabang yang menggelar kirab budaya dan diikuti utusan Pakasa Cabang Kudus. Di antara rombongan itu, pasti ada sejumlah anak di antara yang dewasa. Bahkan, ibunda Ketua Pakasa Kudus, Nyi MT Hj Tarmini Budayaningtyas yang sudah berusia 85 tahun itu, tak pernah ketinggalan di manapaun Pakasa Kudus ikut kirab.

PELAJARAN BERHARGA : Penampilan rombongan Pakasa Cabang Kudus di berbagai daerah yang menggelar kirab budaya utamanya di Kraton Mataram Surakarta, kehadirannya selalu memberi pelajaran sangat berharga bagi Pakasa cabang dan elemen lain serta masyarakat luas. Pelajaran penting itu adalah proses regenerasi harus dilakukan. (foto : iMNews.id/Dok)

“Khusus kalau pas pisowanan tingalan jumenengan, ‘kan suasana harus hening mendengarkan gamelan iringan Bedhaya Ketawang. Rombongan kami yang membawa anak usia balita, saya minta cari tempat jauh di belakang, agar kalau anaknya rewel tidak mengganggu. Yang anaknya sudah remaja, malah saya sarankan cari tempat duduk lebih dekat. Agar mereka terbiasa merasakan lingkungan adat, seni dan budayanya,” tunjuknya lagi.

Semua yang dibeberkan Ketua Pakasa Kudus itu tepat sekali, sesuai cara pembelajaran membangun karakter dan spiritual generasi sejak dini. Karena, merekalah calon generasi pengganti tugas meneruskan Pakasa, pelestarian budaya dan menjaga kelangsungan kraton. Inilah contoh cerdas yang berpandangan jauh ke depan, bukan kepentingan sesaat “menguasai” Pakasa, padahal dirinya “tak berkemampuan”. (Won Poerwono-i1)