Walau Sudah Ada Perubahan, Masih Ada “Pertarungan” Saat Pelepasan Kirab Pusaka

  • Post author:
  • Post published:June 27, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Walau Sudah Ada Perubahan, Masih Ada “Pertarungan” Saat Pelepasan Kirab Pusaka
DISUGUH MAKAN-MINUM : Lima ekor mahesa keturunan Kiai Slamet, dikelilingi potongan ketela rambat dan dua ember air sebagai suguhan makan dan minumnya. "Jamuan" yang disaksikan para pengunjung yang memadati halaman Kamandungan, semalam, dijaga ketat beberapa abdi-dalem "Srati" dan KPH Bimo Djoyo Adilogo sebagai "korlap". (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Warga Pakasa Bisa Bersiap “Teratur”, Antusiasme Warga Tampak Lagi

SURAKARTA, iMNews.id – Pelaksanaan upcara adat kirab pusaka menyambut Tahun Baru Jawa/Islam di malam 1 Sura, Kamis Wage (26/6), semalam, bisa menjadi tanda adanya perubahan positif. Perubahan yang baik setelah adanya putusan MA No.1006/PK/Pdt/2022 yang dieksekusi 8 Agustus 2024. Meskipun, saat pembagian tugas membawa pusaka, masih diwarnai “pertarungan”.

“Riak-riak” kecil seperti yang pernah disebut Sigit Nugroho Sudibyanto SH MH (lawyer LDA dan LHKS), terbukti masih tampak di sela-sela persiapan pemberangkatan barisan kirab, semalam. Sisa-sisa proses pemberlakuan putusan hukum positif itu, terjadi saat MC memanggil nama-nama petugas pembawa pusaka, terdengar teriakan “wanita” bernada “protes” dan berusaha menghalangi.

Tetapi teriakan itu tak berlanjut dengan hal yang mengganggu jalannya pembagian tugas, MC yang memanggil nama-nama yang banyak tak dikenal jajaran Bebadan Kabinet 2004 itu terus berlalu dan berakhir. Sementara, barisan pembawa (ngampi, mbuntar, nyumbul) yang disambung “pangayab” dan “pangombyong”, diapit “urung-urung” dan dilengkap pembawa lampu dan dupa, terus berjalan.

Laju langkah 30 petugas “pembawa” pusaka 1 dan seratusan orang “pangombyong” dan “pangayab” ini, tepat lonceng didentangkan 12 kali ketika barisan sampai di depan Kori Kamandungan. Lima ekor kagungan-dalem mahesa keturunan Kiai Slamet yang semula disuguhi makan (ketela) dan minum di halaman Kamandungan, juga disiapkan MNg Heri S (abdi-dalem srati), untuk menyiapkan “pemandu” itu.

KPP HARYO SINAWUNG : Sentana darah-dalem KPP Haryo Sinawung Waluyoputro (Wakil Pengageng Karti Praja), juga mendapat tugas “ngampil” pusaka tombak pada kirab menyambut Tahun Baru Jawa/Islam, di malam 1 Sura, Kamis (26/6), semalam. Bersama seratusan petugas pendukungnya, pusak 4 yang dibawanya, mulai bergerak dari pintu Kori Kamandungan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Hanya beberapa menit menata barisan satwa jinak piaraan sekaligus pusaka kraton itu, KPH Bimo Djoyo Adilogo (Bupati Juru-Kunci Imogiri) selaku koordinator lapangan (korlap), segera memberi aba-aba pemberangkatan lima ekor mahesa Kiai Slamet untuk memandu sebagai “cucuk lampah” kirab. Begitu “vooraijders” ini berjalan, lalu disambung barisan pusaka 1 , begitu pula barisan pusaka lain di belakangnya.

Namun sebelum ada “insiden” teriakan bernada protes, ada peristiwa yang telah membuat suasana semula hening, sakral dan berwibawa. Yaitu, ketika berlangsung donga wilujengan di topengan Pendapa Sasana Wilapa yang dipimpin KRT Tafsir Anom, setelah mendapat “dhawuh” mengenai “ujub” doa dari GKR Wandansari Koes Moertiyah. Doa, zikir, tahlil Sultan Agungan dan syahadat Qurez dikumandangkan.  

Jalannya “donga wilujengan” yang diperkuat sejumlah abdi-dalem “Kanca-Kaji” dari Pakasa Cabang Jepara, Pati, Pakasa Cabang Kudus yang dipimpin ketuanya (KRRA Panembahan Didik Singonagoro) dan KRT Achmad Fauq Reksobudoyo, benar-benar melukiskan suasana Kraton Mataram Surakarta terkesan berada pada cirikhasnya sebagai Mataram Islam. Tatacara ini berlangsung mulai pukul 22.00-23.30 WIB, semalam.

Suasana doa wilujengan, tahlil dan dzikir bisa diwujudkan, karena ribuan warga berbagai elemen terutama Pakasa cabang yang mengutus wakilnya total seribuan orang itu, sangat mendukung. Mereka duduk “lesehan” di atas pasir halaman depan Sasana Sewaka, bahkan berbaris rapi diperlihatkan kalangan Pakasa cabang yang dimotori kalangan prajurit dan dipandu beberapa figur prajurit.

PIMPIN TAHLIL DAN DZIKIR : Gusti Moeng sebagai penanggungjawab upacara adat kirab di malam 1 Sura, kamis (26/6) semalam, menyerahkan kepada KRT Tafsir Anom untuk memimpin donga wilujengan di Topengan Pendapa Sasana Sewaka, untuk memohon keselamatan jalannya kirab, kraton dan seisinya serta seluruh bangsa dan negara RI. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Kerja pengaturan zona barisan persiapan kirab dalam kelompok masing-masing, memang tugas berat yang selama ini selalu diupayakan dengan ideal di tengah keterbatasan jumlah SDM-nya. Kalangan sentana-dalem, sentana-garap, abdi-dalem jajaran Bebadan, elemen Pasipamarta dan elemen prajurit sangat berperan dalam persiapan itu, meskipun hingga kini baru tampak nyaris ideal.

Melihat kerja KP Budayaningrat, KP Siswanto Adiningrat dan KRT Pramudijanto dan tim di satu bidang di Bangsal Smarakata, juga KRMH Suryo Kusumo Wibowo, KRMH Suryo Manikmoyo dan KPH Bimo Djoyo Adilogo yang secara berantai menata gerak pelepasan kirab, menjadi tanda ada perubahan sistem penataan yang ideal. Meskipun, ada saja hambatannya, karena peserta kirab ada yang “sulit diprediksi”

Sementara itu, iMNews.id yang menyaksikan pelepasan kirab dari “topengan” Kori Kamandungan melaporkan, ada perubahan suasana persiapan di luar atau di halaman Kamandungan. Parkir beberapa jenis kendaraan kecil lebih ditertibkan, dan ruang halaman menjadi lebih banyak bisa menampung semua petugas kirab dan masyarakat pengunjung yang “ngalab berkah”.

Dari pantauan semalam di lokasi itu, tampak antusias masyarakat luas dari berbagai daerah terkesan kembali “normal”, setelah berangsur-angsur “menghilang” dari berbagai upcara adat, terutama kirab pusaka di malam 1 Sura. Selain berganti generasi, kalangan pengamat menilai, kembalinya antusiasme pengunjung, karena “viral” di “medsos” sukses melawan pengaruh “aliran tertentu”.

SALAT KAJAD : KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro (Ketua Pakasa cabang Kudus), tampak memimpin doa setelah salad kajad yang dilakukannya bersama para abdi-dalem “Kanca Kaji” sekitar pukul 02.00 WIB. Ritual religi di Pendapa Magangan, selalu diadakan untuk menggenapi tiap upacara adat kirab pusaka di malam 1 Sura. (foto : iMNews.id/Dok)

Tak hanya di halaman Kamandungan, di setiap pinggir jalan dari rute sepanjang sekitar 8 KM yang dilalui, tampak kembali padat lautan manusia bercampur parkiran berbagai jenis kendaraan. Meskipun, dalam soal kepadatan pengunjung belum bisa menyamai antusiasme warga pada 30-an tahun lalu, yang selalau memadati hampir sepanjang Jalan Slamet Riyadi hingga perempatan Gladag dan sekitarnya.

Walau hiasan janur hanya terpasang di beberapa titik karena diduga Pemkot “tidak mendukung” atau tidak ada dana” untuk itu, tetapi antusiasme masyarakat hampir di sepanjang rute kirab, penuh sesak. Sebagian Jalan Slamet Riyadi, sekitar perempatan Gladag, sekitar Sangkrah, sepanjang Jalan Kapten Mulyadi, perempatan Baturono, Gading, Gemblegan hingga perempatan Nonongan, kembali “terisi” penuh.

Laju langkah kirab pusaka di malam 1 Sura Tahun Dal 1959 atau 1 Muharam Tahun 1447 H termasuk lancar. Karena, dilepas dari halaman Kamandungan pukul 00.00 WIB, barusan kirab bisa kembali masuk kraton pukul 03.00 WIB lebih, Jumat dini hari tadi. Sementara, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, sejumlah abdid-alem “Kanca Kaji” yang dipimpin KRRA Panembahan Didik Singonagoro, menggelar “salat kajad” di Pendapa Magangan.

Kecepatan jalannya kirab, selain pengaturan pelepasannya semakin barik, pengaturan di sepanjang rute juga lebih baik. Ada sejumlah elemen yang dilibatkan selain petugas kepolisian, TNI dan Dishub, yaitu kalangan anggota Pramuka dan ratusan anggota PSHT dari berbagai cabang ikut berperan “mengamankan” dan melancarkan. Meski begitu, tetap ada kejadian di luar dugaan.

MASIH DIRAWAT : Sampai Jumat (27/6) siang tadi, Nyi Ng Hastamiyah Budayaningtyas masih dirawat di RS PKU Muahammadiyah Surakarta. Santri warga Pakasa Cabang Kudus itu adalah satu di antara 3 peserta kirab di malam 1 Sura, dari rombongan Pakasa Kudus, semalam, yang kelelahan. (foto : iMNews.id/Dok)

Kejadian itu adalah ada peserta yang kelelahan dan pingsan atau kehabisan tenaga saat ikut berjalan. Tetapi, panitia sudah sigap di sepanjang rute, termasuk ketersediaan mobil ambulan yang cepat membawanya ke pusat layanan kesehatan atau rumah sakit terdekat. Maklum, selain peserta kirab dan petugas pengamanan 2.500-an orang, bertemu lautan pengunjung di sepanjang rute, jelas menjadi “pengab”.

KRRA Panembahan Didik Singonagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus) melaporkan, ada tiga santrinya yang kelelahan diangkut mobil ambulan, lalu masuk RS PKU Muhammadiyah. Dua orang langsung kembali sehat, tetapi Nyi Ng Hastamiyah Budayaningtyas masih tertinggal dan dirawat hingga siang ini. Rombongan Pakasa Cabang Sragen juga dilaporkan ada 2 abdi-dalem yang diangkut ambulan, tetapi sudah kembali fit. (won-i1)