“Kegiatan Pemanis” Wisuda Kerabat Sudah Lewat, Kini Bersiap Menggelar Kirab Pusaka

  • Post author:
  • Post published:June 22, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing “Kegiatan Pemanis” Wisuda Kerabat Sudah Lewat, Kini Bersiap Menggelar Kirab Pusaka
ABDI-DALEM SRATI : Abdi-dalem "srati" kagungan-dalem mahesa pusaka Kiai Slamet, MNg Heri S, habis memberi makam satwa piaraan yang menjadi tugasnya di kandang Alun-alun Kidul (Alkid), Sabtu (21/6) kemarin. Di kandang itu, disiapkan lima ekor dari 15 ekor untuk memandu kirab pusaka di malam 1 Sura, 26 Juni. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Warga Elemen Pakasa, Sanggar-sanggar Pasinaon dan Pasipamarta Juga Siap Mendukung

SURAKARTA, iMNews.id – Upacara wisuda kalangan warga kerabat besar masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta sudah lewat, karena digelar di kraton, Sabtu (21/6). Kegiatan “pemanis” sekaligus “warming-up” untuk menjalankan tugas kirab pusaka di malam 1 Sura (26/6), sudah berakhir walau ada 300-an pemohon belum dikabulkan dan hanya 326 yang diwisuda (iMNews.id, 21/6).

Walau kegiatan “pemanis” atau “pemanasan” menyambut upacara adat kirab pusaka di malam 1 Sura sudah lewat, bukan berarti seluruh proses pekerjaan dalam rangka produksi dan pencatatan secara administrasi juga selesai. Tetapi justru sebaliknya, para petugas di “belakang layar” masih bekerja ekstra keras sampai lembur, karena berkas-berkas pemohon masuk belakangan.

Sudah menjadi kebiasaan, masyarakat adat yang mengajukan permohonan gelar kekerabatan selalu tidak mempersiapkan segala perlengkapan persyaratan terutama secara adiminstratif. Tetapi itu bisa dimaklumi karena peristiwa wisuda ini tidak disiapkan dan diumumkan secara sistematis seperti misalnya proses pengisian “lowongan pekerjaan”, tetapi masih konvensional.

Perlengkapan yang diperlukan untuk mengajukan permohonan itu di antaranya data diri atau data kependudukan termasuk foto diri, dan mungkin “pikukuh” bagi pemohon dari golongan trah darah-dalem. Bagi kalangan kerabat sentana-dalem, biasanya lebih selektif dan lebih sederahan prosesnya, karena jumlahnya sedikit dan rata-rata punya “pikukuh” sebagai syarat utama.

MENGGANTIKAN TUGAS : Wakil Pengageng Karti Praja, KPP Haryo Sinawung, menggantikan tugas KPH Adipati Sangkoyo Mangunkusumo (Pengageng Karti Praja) yang sedang sakit, memimpin wisuda penyerahan berbagai atribut gelar kekerabatan di Bangsal Smarakata, Sabtu (21/6) kemarin. (foto : iMNews.id/Dok)

Tetapi bagi kerabat abdi-dalem, baik yang melalui elemen Pakasa maupun mandiri, proses seleksinya sangat longgar, karena nyaris tidak ada pembekalan yang ideal untuk tiap individu maupun secara kolektif. Hal ini diakui KP Budayaningrat, seorang “dwija” Sanggar Pasinaon Pambiwara yang selama ini ditugasi memberi pembekalan “10 menit” menjelang wisuda (iMNews.id, 21/6).

Menurutnya, masih mending kalangan siswa atau justru lulusan Sanggar Pasinaon Pambiwara yang banyak bergabung ke elemen Pasipamarta, kalau memohon gelar kekerabatan. Karena, rata-rata mereka lebih siap yaitu bisa memenuhi segala persyaratan baku dan standar sebagai abdi-dalem dan memahami soal “bagaimana” dan “untuk apa” suwita di kraton dilakukan.

Tetapi karena proses terbukanya kesempatan menerima permohonan gelar kekerabatan dan peristiwa wisuda yang dilakukan Bebadan Kabinet 2004 belum disertai proses-proses kelengkapan yang dibutuhkan untuk kesiapan seorang pemohon, ini yang diduga menjadi penyebab kerja tim “di belakang layar” harus ekstra keras, menjelang wisuda hingga beberapa waktu setelah wisuda berlalu.

Dari kalangan tim di bawah Kantor Pengageng Sasana Wilapa yang memadukan kerja Kantor Kusuma Wandawa dan Kantor Karti Ptraja dalam peristiwa wisuda gelar kekerabatan itu, menyatakan proses kerja ekstra keras selalu terjadi pada momentum sekitar wisuda. Karena tahapan seleksi nyaris tidak ada, membuat proses masuknya semua berkas permohonan datang mendadak bersamaan.

KALUNGAN SAMIR : KRMP Bambang Sudarsono (Kantor Pengageng Pasiten) mendapat tugas menggantikan mengalungkan samir kepara KMT Emmy Susilowati di Bangsal Smarakata, Sabtu (21/6) kemarin. Dia menggantikan tugas yang biasanya dilakukan KPP Haryo Sinawung. (foto : iMNews.id/Dok)

Menurut salah seorang anggota tim itu, sejak dirinya bekerja di jajaran Bebadan Kabinet 2004 dan banyak menangani bidang “produksi”, yang dihadapi volumen pekerjaan yang makin meningkat, tetapi belum begitu terasa solusi yang terjadi pada prosesnya. Padahal, ada proses pemberkasan secara manual dan elektrik (digital) dan pencatatan administratif yang tertib.

Proses produksi “partisara kekancingan” itu, lanjutnya, menggunakan huruf latin dan aksara Jawa dengan tata bahasa Jawa pula. Karena dicatat urut dan didokumentasikan dalam berkas secara administratif yang baik, sampai kapanpun “partisara kekancingan” seseorang kerabat abdi-dalem maupun sentana-dalem, akan tercatat di Kraton Mataram Surakarta, kecuali bila ada “peristiwa”.

Peristiwa yang dimaksud, misalnya “insiden mirip operasi militer 2017 atau bencana alam seperti banjir besar yang melanda Kota Surakarta di bulan Maret 1966. Perihal pencatatan secara administratif yang bisa bermakna “resmi” dan “sah” dikeluarkan kraton dan mempunyai kekuatan hukum, menurut GKR Koes Moeriyah Wandansari adalah “partisara kekancingan” yang dikeluarkannya.

Sementara itu, sentana-dalem yang bertugas selaku Wakil Pengageng Karti Praja, KPP Haryo Sinawung Waluyoputro menyatakan, tugas upacara wisuda penyerahan “partisara kekancingan” gelar kekerabatan sudah selesai. Seluruh jajaran Bebadan Kabinet 2004 beserta semua elemen Lembaga Dewan Adat (LDA) segera bersiap-siap menjalankan upacara adat kirab pusaka di malam 1 Sura.

MEMAHAMI PROTOKOL : Salah saeorang peserta wisuda penerima “kekancingan” gelar kekerabatan dari Pakasa Cabang Kudus, termasuk paling memahami “protokol baku” tatacara pisowanan wisuda seperti yang digelar di Bangsal Smarakata, Sabtu (21/6) kemarin. (foto : iMNews.id/Dok)

“Kemarin itu, Kanjeng Adipati Sangkoyo (KPHA Sangkoyo Mangunkusumo/Pengageng Karti Praja) menjelang hari ‘H’ tilpon, saya dititipi tugas mewisuda abdi-dalem di Bangsal Smarakata. Beliau sudah beberapa hari gerah, minta izin. Semoga lekas diberi kesembuhan dan kekuatan. Saya didampingi KRMH Saptonojati dan KRMP Bambang Sudarsono,” ujar KPP Haryo Sinawung.

Di tempat terpisah, abdi-dalem srati kagungan-dalem mahesa keturunan Kiai Slamet, MNg Heri S menyebutkan, dirinya sudah beberapa hari lalu ditugasi menyiapkan lima ekor “mahesa” bule. Kelima satwa jinak “pusaka kraton” itu disiapkan di kandang terpisah, yang akan dilatih menjalani kirab keliling jalan lingkar dalam Baluwarti, Senin dan Selasa (23-24) Juni besok.

Rapat koordinasi lengkap yang melibatkan pihak internal kraton dan eksternal, sudah dilakukan Bebadan Kabinet 2004. Menurut KPP Sinawung, mungkin masih akan ada rapat internal lanjutan. Sementara itu, dari pantauan kesiapan elemen Pakasa cabang dari berbagai daerah, sudah ada 23 pengurus cabang termasuk Ponorogo, siap mengirim utusan mendukung barisan kirab pusaka 26 Juni.

KP MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Ponorogo) menyebut cabangnya minta izin tak bisa berkonsentrasi mendukung kirab pusaka 1 Sura di kraton tahun ini, karena sedang “berjuang” dan mudah-mudahan tahun 2026 tak akan terjadi insiden “tumbuk jadwal”. Sementara itu, KRRA Panembahan Didik Singonagoro (Ketua Pakasa Kudus), menjaga kesehatan untuk ikut kirab.

SIAP BERTAHAP : KRT Bagiyono Rumeksonagoro (Ketua Pakasa Cabang Magelang) dan sebagian dari 51 warga Pakasa cabangnya, mendapat kesempatan bersiap lebih awal untuk diwisuda karena naik gelarnya menjadi “KRAT” pada upacara yang digelar di Bangsal Smarakata, Sabtu (21/6) kemarin. (foto : iMNews.id/Dok)

“Saya kemarin (Sabtu, 21/6) kurang enak badan. Jadi tidak bisa mengantar rombongan yang ikut diwisuda di Bangsal Smarakata. Ini malah saya menjaga kesehatan agar bisa ikut kirab di malam 1 Sura. Dari 7 yang diwisuda ada unsur pengurus cabang. Termasuk istri saya, naik menjadi KMT semua. Ada yang habis menyerahkan pikukuh trah Sinuhun PB IX,” ujar KRRA Panembahan.

Sementara itu, kraton juga punya kegiatan “Jambore Nasional Keris” yang akan digelar pada 26-29 Juni bertempat di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa. Kegiatan yang diinisiasi beberapa komunitas bekerjsama dengan kraton, kepanitiaannya dipimpin KGPH Hangabehi. Kegiatan yang disponsori Harsen Laboratories, berisi lomba karya keris, pameran dan bursa mirip di Ponorogo. (won-i1)