Bebadan Kabinet 2004 Akan Mewisuda 25 Sentana dan 150-an Abdi-dalem

  • Post author:
  • Post published:June 16, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Bebadan Kabinet 2004 Akan Mewisuda 25 Sentana dan 150-an Abdi-dalem
INGIN BERTAHAP : Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus) saat diwisuda KGPH Hangabehi menjadi "KRRA". Dia ingin secara bertahap menjalani "pasuwitan" dan menghindarkan ajakan untuk "melompat" tinggi yang dianggap bisa menyesatkannya. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Permohonan Perlu Diseleksi Ketat, yang Melangggar Etika dan Estetika Perlu Dievaluasi

SURAKARTA, iMNews.id – Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta akan mewisuda sekitar 25 sentana dan 150-an abdi-dalem yang akan digelar selama sehari, Sabtu (21/6) di dua tempat terpisah. Pagi, para calon wisudawan sentana akan diwisuda Wakil Pengageng Kusuma Wandawa di Bangsal Kasentanan, siangnya para abdi-dalem diwisuda di Bangsal Smarakata.

Wakil Pengageng Sasana Wilapa, KP Siswanto Adiningrat saat dimintai konfirmasi iMNews.id kemarin menyatakan, sementara  permohonan yang sudah masuk dan disetujui sejumlah itu. Dari yang sudah “di-acc” (disetujui), calon wisudawan banyak yang dari kerabat trah darah-dalem dan Pakasa, sedangkan abdi-dalem banyak dari Pakasa cabang dan dari luar berbagai elemen.

Informasi yang diperoleh dari panitia wisudan menyebutkan, hingga saat ini terkumpul ada 700-an permohonan yang terdiri gelar kekerabatan baru dan kenaikan gelar, baik dari kelompok sentana-dalem maupun abdi-dalem. Namun, yang “di-acc” seperti disebut KP Siswanto Adiningrat, total hanya sekitar 175 orang yang berasal dari berbagai elemen dan di luar itu.

Pelaksanaan wisuda itu disebutkan KP Siswanto, pagi mulai pukul 08.30 WIB wisuda sentana-dalem di Bangsal Kasentanan oleh Wakil Pegangeng Kusuma Wandawa, KGPH Hangabehi. Pelaksanaan wisuda itu melibatkan semua sentana darah-dalem yang bekerja di berbagai “Bebadan”, termasuk sejumlah wayah-dalem dan Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa dan Pangarsa LDA.

PEMBAGIAN PARTISARA : Di masa pandemi Corona, upacara wisuda masih sering dilakukan Bebadan Kabinet 2004 di luar kraton terutama di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa. Pembagian partisara kepada tiap abdi-dalem, diharapkan bisa sesuai dengan “gawa-gawe” yang menjadi konsekuensinya. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sejak dulu, kantor Pengageng Sasana Wilapa memiliki sebuah tim seleksi yang dulu pernah dipimpin GKR Galuh Kencana, yang di dalamnya melibatkan beberapa tokoh dari sejumlah “bebadan”. Tim seleksi itu terdiri dari dari tokoh-tokoh yang duduk di kantor Pengageng Kusuma Wandawa, kantor Pengageng Karti Praja dan Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA.

KRT Darpo Arwantodipuro selaku staf Kantor Pengageng Sasana Wilapa menyebutkan, tim itu yang menyeleksi setiap permohonan yang masuk. Ada banyak pertimbangan untuk menyeleksi kelayakan/kepantasan seseorang mendapatkan gelar kekerabatan yang dimohon, seperti disebut dalam “gawa-gawe” dan “labuh-labet” secara individu maupun kelompok kepada kraton dan peradaban.

Berkait dengan pertimbangan kelayakan dan kepantasan itu, belakangan banyak sekali persoalan muncul di sekitar proses penataan ulang organisasi Pakasa di tingkat cabang. Karena dari lingkungan itu, banyak permohonan yang masuk ke kraton dari figur anggota dan pengurus Pakasa, tetapi ada yang menempuh cara kurang terpuji untuk menuju proses “permohonan”.

Beberapa organ pengurus Pakasa Cabang Pati yang dihubungi iMNews.id secara terpisah misalnya mengungkapkan, banyak warga Pakasa yang selama ini diajukan “top leader” setempat, tetapi tidak konsisten. Karena setelah mendapat gelar, tak satupun mau hadir mengikuti pisowanan di kraton. Bahkan di antara mereka, tidak memulai pasuwitan dari awal berpangkat “Lurah”.

KARTI PRAJA : Pengageng Karti Praja (KPH A Sangkoyo Mangunkusumo) dan timnya di antaranya KPP Haryo Sinawung Waluyoputro, menjadi ujung tombak pelaksanaan upacara wisuda abdi-dalem baik di Bangsal Smarakata maupun ketika Bebadan Kabinet 2004 berkeliling di berbagai daerah. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Persoalan tidak konsisten atau ingkar “gawa-gawe”, menjadi hal yang biasa di kraton, karena selain seleksi ada kelemahan di bidang evaluasi. Dari “Forum Pangarsa” Pakasa yang telah bertemu di grup WA maupun bertemu langsung sangat berharap, figur-figur warga apalagi oknum pengurus Pakasa yang “mencederai” etika dan estetika, perlu dievaluasi gelarnya.

“Termasuk yang praktik menjadi makelar gelar itu, perlu ditertibkan. Ada juga yang pengin naik pangkat/gelar melompat tiga tingkatan, tetapi “membebankan” segala konsekuensinya dengan “menekan” pihak lain yang dikooptasi. Itu sangat tidak etis. Membuat jelek nama Pakasa dan kraton. Mudah-mudahan ini bisa menjadi bahan evaluasi,” harap beberapa tokoh di forum itu.

Di tempat terpisah, KRAT Sunarso Sura Agul-agul (Ketua II Pakasa Cabang Ponorogo) yang dimintai konfirmasi iMNews.id menyatakan, untuk upacara wisuda di kraton, Sabtu (21/6) ini, Pakasa Ponorogo hanya ada seorang. Hanya dirinya yang ikut diwisuda di kraton, sementara lebih dari 100 abdi-dalem akan diwisuda di Ponorogo, selepas bulan Sura Tahun Dal 1959.        
“Sabtu (21/6) itu, kebetulan hanya saya yang ikut wisuda. Karena, Pakasa Cabang Ponorogo sudah mengajukan permohonan untuk pelaksanaan wisuda di Ponorogo saja. Yaitu sehabis bulan Sura. Ada lebih dari seratus nama yang kami ajukan. Dan banyak yang baru memohon gelar/pangkat dari bawah,” ujar KRAT Sunarso Suro Agul-agul yang mungkin naik pankat menjadi “KRA”.

KETUA TIM : GKR Galuh Kencana (Almh) selaku Pengageng Keputren, dulu selalu sibuk ketika datang “musim” upacara wisuda penyerahan kekancingan gelar kekerabatan. Karena, posisinya selaku Ketua Tim seleksi setiap permohonan yang masuk dari semua sentana dan abdi-dalem. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Pakasa Cabang Magelang juga mengajukan prmohonan sebanyak 71 nama abdi-dalem, baik yang baru maupun untuk kenaikan yang lama. KRT Bagiyono Rumeksonagoro (Ketua Pakasa Cabang Magelang) menyatakan secara terpisah, dari sejumlah itu dirinya termasuk yang memohon kenaikan dari Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) menjadi Kanjeng Raden Arya Tumenggung (KRAT).

“Kalau kenaikan pangkat/gelar, saya ajukan karena sudah tiga tahun. Tetapi, soal jumlah yang kami ajukan sebanyak itu, saya tidak tahu apakah bisa dikabulkan semua atau tidak. Mudah-mudahan, dikabulkan. Karena ini sebagai bagian dari bentuk pengembangan organisasi Pakasa cabang,” ujar KRT Bagiyono yang kepengurusan cabangnya sudah terdaftar di Pemkab Magelang.

Dari Pakasa Cabang Kudus juga disebutkan, ada 7 nama yang akan ikut diwisuda, Sabtu (21/6). Empat ama di antaranya akan mendapat kenaikan, dari Nyi Mas Tumenggung (MT) menjadi Kanjeng Mas Tumenggung (KMT), termasuk istri KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus). Tiga nama pengurus cabang juga naik dari KRT menjadi KRAT.

“Di antara yang akan diwisuda menjadi KMT itu, adalah istri saya Emmy Susilowati. Belum lama, malah mendapat ‘Pikukuh’ dengan gelar Raden Nganten (RNgt), karena dia trah darah-dalem Sinuhun PB IX. Yang lain ada yang mengajukan dari awal, lainnya naik dari KRT menjadi KRAT seperti pak Agus dan pak Anjar,” ujar KRRA Panembahan Didik menjawab pertanyaan.

PALING MEMALUKAN : Upacara wisuda para abdi-dalem dan pelantikan pengurus Pakasa cabang berlangsung megah di pendapa rumah dinas Bupati Sidoarjo (Jatim), tetapi dalam perjalanan oknum “top leader” sangat mengecewakan. Contoh yang tidak baik untuk tidak ditiru pengurus Pakasa cabang lain. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Ketua Pakasa Cabang Kudus itu juga belum bisa menyebutkan adanya animo dari kalangan Yayasan Pamong Makam Pangeran Puger dan Pengurus Makam Pangeran Puger. Menurutnya, komunikasi pengurus Pakasa dengan pengurus yayasan dan pengurus makam mengalami kesulitan. Terlebih, juru-kunci I MNg Zaenal Arifin disebut selalu menghindar bila diajak berembug soal pasuwitan.

Yuli Setiawan selaku Ketua yayasan yang diharapkan bisa diajak berunding, kini masih sibuk mengurus ibundanya yang keluar-masuk rumah sakit karena sakit di usianya yang sudah sepuh. Dirinya ingin berunding dengan yayasan dan pengurus saat ditanya soal animo pengajuan gelar kekerabatan. Berbeda dengan Pakasa Cabang Ngawi, sudah ada 4 orang siap diwisuda. (won-i1)