Panitia Bertahan, Khol Tetap “Malem 17 Sura”, Pakasa Memilih Sowan ke Kraton
KUDUS, iMNews.id – Pengurus Pakasa Cabang Kudus menghadiri undangan pertemuan rutin “Malam Jumat Pon”, yang digelar Yayasan Pamong Makam Pangeran Puger di kompleks makam Desa Demaan (Demakan-Red), Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Kamis (15/5). Pertemuan lanjutan dari kesepakatan sebelumnya, membahas berbagai hal terutama rencana ritual khol medio Sura.
Pertemuan yang diikuti sekitar 50-an orang baik dari unsur pengurus Pakasa maupun pengurus yayasan, semalam, masih berdialog soal lembaga pengelola makam yang dijelaskan Yuli Setiawan (Ketua Yayasan Pamong Makam Pangeran Puger) dan penjelasan soal Pakasa yang disampaikan KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus).
“Jadi, sejak pertama bertemu lalu bisa bersama-sama sowan ke kraton saat ada ultah sewindu Istana Mataram itu (iMNews.id, 13/4) itu, baru tadi malam pengurus Pakasa bisa bertemu dan berdialog dengan pak Yuli (Yuli Setiawan, Ketua Yayasan-Red). Karena, pak Yuli baru belakangan longgar, karena kesibukan merawat ibunya yang sakit,” ujar KRRA Panembahan mengisahkan.

KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro yang dimintai konfirmasi iMNews.id semalam lebih lanjut menjelaskan, karena baru bisa bertemu pimpinan pemangku urusan makam, tahapnya baru sampai memperkenalkan profil lembaga masing-masing. Sebenarnya termasuk lambat karena waktunya terbuang dua bulan, tetapi Pakasa bisa memahami kerepotan yayasan.
Waktu yang terbuang itu, menurutnya sangat penting untuk melanjutkan diskusi dan proses persesuaian antara yayasan dengan Pakasa. Mengingat, dirinya sudah ditetapkan yayasan sebagai Juru Kunci 2 untuk membantu ML Zaenal Arifin Hadi Puspoko selaku Juru Kunci 1 makam Pangeran Puger. Karena, program kerja ritual khol tokoh itu sudah sangat dekat, yaitu 17 Sura.
Namun karena komunikasi sulit dilakukan akibat pimpinan yayasan sedang repot tetapi tak ada wakil pengganti yang bisa diajak bicara, ada beberapa perkembangan yang terlewatkan pengurus Pakasa. KRRA Panembahan Didik baru semalam mendengar dari penjelasan Yuli Setiawan, bahwa panitia khol Pangeran Puger sudah terbentuk dan ternyata ada lembaga pengurus makam.

“Ya, karena saya selaku Ketua Pakasa Kudus kesulitan berkomunikasi dengan tokoh-tokoh yang bisa mewakili yayasan di saat pak Yuli repot, sampai baru tahu ada hal-hal yang sebelumnya belum pernah dengar. Yaitu, panitia khol sudah terbentuk. Yang membentuk pengurus dan (atau-Red) pengurus yayasan pamong makam. Saya juga baru dengar, ternyata ada pengurus makam”.
“Jadi, pengurus makam itu terpisah, mandiri. Karena ceritanya sudah ada sebelum yayasan didirikan. Selain itu, soal khol, tetap malam 17 Sura, tidak boleh maju dan tidak boleh mundur. Karena para pengurus beralasan, sejak dulu selalu mengambil tanggal itu. Kalau bersamaan dengan pengetan adeging Mataram Surakarta 17 Sura, saya jelas pilih sowan ke kraton”.
“Karena, kami berhimpun dalam Pakasa Cabang Kudus ini ‘kan menjalankan tugas Pakasa Punjer sebagai ‘petugas” dan tangan panjang Kraton Mataram Surakarta untuk menjalankan tugas pelestarian di bidang budaya. La, kalau ada pisowanan upacara adat, ya jelas kami harus sowan ke kraton. Hal-hal penting seperti ini, akan kami edukasi kepada mereka,” ujarnya lagi.

Menurutnya, kalau hingga kini masih ada pemahaman yang kurang pas dan belum bisa disepakati antara pengurus Pakasa dengan pengurus yayasan dan makam dianggap wajar. Karena, pertemuan antara dua organisasi atau lembaga/elemen berlatar-belakang berbeda itu, perlu proses persesuaian yang tidak bisa seketika terjadi, tetapi pelan-pelan dan butuh waktu yang cukup.
Di bagian lain, Ketua Pakasa Cabang Kudus itu juga menjelaskan, bahwa kerja adat berupa merawat makam dan memuliakan dalam wujud ritual khol, sebenarnya merupakan bagian dari pelestarian Budaya Jawa yang bersumber dari kraton. Karena, tatacara dan kelengkapan uba-rampe serta properti adat yang ditentukan, menjadi bagian penting dan baku dalam kerja pelestariannya.
Karena kerja adat pelestarian itu menjadi bagian visi dan misi Pakasa dan lembaga kraton, sudah sewajarnya keluarga besar yayasan dan pengurus makam Pangeran Puger menjadi bagian masyarakat adat Kraton Mataram Surakarta melalui Pakasa Cabang Kudus. Edukasi tentang itu yang akan disosialisasikan, karena Pakasa menjadi daya dukung legitimatif Mataram Surakarta.

Selanjutnya, pertemuan “Malem Jumat Pon” semalam juga melahirkan kesepakatan bersama untuk selalu bertemu pada forum-forum pertemuan rutin tiap hari weton itu berikutnya di kompleks makam. Sebaliknya, kedua pihak juga bersepakat untuk bertemu di jadwal pertemuan Majlis Taklim yang diasuh KRRA Panembahan Didik Singonagoro yang digelar di kediamannya tiap Senin malam.
“La, karena masih butuh proses dialog dan persesuaian panjang dan mendesak dilakukan, kami bersepakat untuk bertemu Senin malam (19/5). Seterusnya, keluarga besar yayasan dan pengurus makam sepakat untuk hadir di pertemuan Majlis Taklim yang kami gelar rutin tiap Senin malam itu. Soal tempatnya, ditentukan kemudian, pilih rumah saya yang mudah dijangkau”.
“Pertemuan-pertemuan berikut penting sekali, misalnya membahas pelaksanaan khol yang mungkin hanya perwakilan, karena Pakasa cabang harus sowan ke kraton, kalau tetap malem 17 Sura. Soal kirabnya, bisa dilakukan sebelum atau sesudahnya, bisa diputuskan bersama berdasar situasi dan kondisinya. Pokoknya, diputuskan mana yang terbaik,” tandas KRRA Panembahan. (won-i1)