Pakasa Cabang Kudus Kembali Kirim Tim Ekspedisi ke Puncak Gunung Muria
JEPARA, iMNews.id – Warga Pakasa Cabang Jepara kembali menghangatkan hubungan silaturahminya dengan Kraton Kacirebonan, Kota Cirebon, Jawa Barat dalam event “Sekar Pandan Art Festival”. Untuk kali kedua setelah di masa pandemi lalu, Pakasa Jepara tampil menyajikan kekayaan seni yang bersumber dari Budaya Jawa di event yang digelar selama 3 hari, 2-5 Mei itu.
Pada event peringatan 33 tahun Sekar Pandan itu, Kraton Kacirebonan menggelar festival keberagaman seni dan kembali dihadiri Pakasa Cabang Jepara sebagai tangan panjang Kraton Mataram Surakarta. Rombongan Pakasa Jepara berisi 20 orang yang dipimpin KP Bambang S Adiningrat (Ketua Cabang), menampilkan fragmen tari “Bambangan-Cakil” dan “Wanara-Yaksa”.

“Kehadiran kami membawa nama Kraton Mataram Surakarta, jelas minta izin Gusti Moeng selaku Pangarsa Lembaga Dewan Adat dan KPH Wirabhumi selaku Pangarsa Pakasa Punjer. Kami mendapat restu kedua beliau. Pada event itu, juga hadir para seniman lokal Cirebon, dan DKI Jakarta, Bali dan Semarang. Kami bekerjasama dengan dua sanggar tari,” ujar KP Bambang.
Dua sanggar dimaksud, adalah Sanggar Tari Mutia Vie dan Sanggar Tari Tadika Mesra. Sebelum pentas, rombongan Pakasa Jepara sempat beraudiensi di Bangsal Prabayaksa Kraton Kacirebonan, dan diterima Sultan Abdul Gani Natadiningrat bersama permaisuri Ratu Beda. Panggung festival yang digelar bersama Disparbud Kota Cirebon di alun-alun, penuh warga yang menyambut.

Di tempat terpisah, KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro selaku Ketua Pakasa Cabang Kudus menyebutkan, pihaknya habis mengirim tim ekspedisi kedua ke puncak Gunung Muria, Sabtu malam (3/4). Tim terdiri RT Sugeng Haryanajati Hadipuro, RT Erik Singamukan Projodipuro dan Cendy Pradana Utomo (polisi) ke puncak Rahtawu untuk mencari makam Mbah Sentono.
“Setelah tim tiga orang itu turun, ada beberapa tim yang ganti naik, hingga sekarang. Karena, makam yang dicari belum ditemukan. Selain itu, saya juga mengirim tim ke makam Ki Ageng Singoprono di Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Antara tahun 1976-1979 saya sering diajak eyang ziarah ke sana,” ujar Ketua Pakasa Cabang Kudus itu, sore tadi.

Menurut Ketua Pamong Makam Kyai Glongsor di Desa Rendeng, Kecamatan Kota itu, banyak makam di puncak Gunung Muria selain Sunan Muria yang kini nyaris hilang identitasnya atau semakin tak dikenali. Padahal, sangat dimungkinkan beberapa makam itu berkait dengan trah keturunan Kraton Mataram Surakarta atau berkait dengan kraton, mungkin sejak zaman Kartasura.
Pada bagian lain, Juru-Kunci II makam Pangeran Pager itu menyatakan, upaya menindaklanjuti rencana event ritual khol pada 17 Sura tahun Je 1958 masih terus dilakukan, karena waktunya sudah dekat. Tetapi upaya berkoordinasi dengan yayasan pamong makam masih kesulitan, karena Yuli Setiawan selaku ketua yayasan masih sibuk, belum bisa diajak berunding.

“Karena saya sudah ditetapkan sebagai Juru-Kunci 2, sebenarnya mempermudah pengurus Pakasa cabang untuk mengembangkan organisasi. Setidaknya, akan ada warga perkumpulan trah dan pamong makam yang akan saya ajak memperkuat Pakasa Cabang Kudus. Tetapi, mbah (ML) Zaenal Hadi Puspoko (Juru-Kunci 1) tidak setuju kalau ada orang lain mendapat kekancingan”.
“Itu jelas menghlang-halangi tugas pengurus mengembangkan Pakasa. Padahal, kami juga perlu berunding dengan pamong makam soal penyelenggaraan khol. Karena kami ingin menghadirkan Gusti Behi (KGPH Hangabehi) di acara khol itu. Kami bahkan sudah bersepakat dengan WA Grup pangarsa (Forum Pangarsa) untuk setiap saat mengundang Gusti Behi,” ujarnya lagi.

KRRA Panembahan Didik menambahkan, 17 anggota “Forum Pangarsa Cabang” yang berdiskusi di grup WA pangarsa menyatakan setuju mengundang KGPH Hangabehi, hadir pada event pelestarian Budaya Jawa yang menjadi agenda masing-masing cabang. Pakasa Cabang Kudus sudah mengawali menghadirkan Gusti Behi pada ritual “Mapag Wulan Siyam” menjelang puasa, belum lama ini.
Sementara itu, penngurus Pakasa Cabang Pacitan (Jatim) juga baru saja menggelar kegiatan dalam rangka pelestarian Budaya Jawa yang bersumber dari Kraton Mataram Surakarta. Kegiatan sosialisasi berbusana adat Jawa secara benar sesuai adat Mataram Surakarta, ditampilkan dengan peragaan oleh seorang tutor dan peraga yang digelar di suatu forum, Sabtu (3/5). (won-i1)