“Pangeran Puger”, Semacam Nama “Jabatan”, Banyak Mengundang Beda Tafsir

  • Post author:
  • Post published:April 15, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:8 mins read
You are currently viewing “Pangeran Puger”, Semacam Nama “Jabatan”, Banyak Mengundang Beda Tafsir
JURU KUNCI I : ML Saenal Arifin Hadi Puspoko (80) sejak 2016 sudah mendapat tetepan sebagai juru-kunci I makam Pangeran Puger sekaligus mendapat kekancingan gelar sesebutan, dan KRRA Panembahan Didik Singonagoro sebagai juru-kunci II, saat bertemu Gusti Moeng, Minggu (13/4). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Gusti Moeng Tegaskan, Pangeran Puger di Kudus Pejabat Bupati Kudus Pertama

SURAKARTA, iMNews.id – Walau warga Pakasa Cabang Kudus dan para pamong makam Pangeran Puger di Desa Demaan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus sudah mulai lega dan berkurang bebannya karena mendapat dukungan Kraton Mataram Surakarta, tetapi masih ada “PR” yang tidak gampang untuk dikerjakan. Adanya dua versi nama Pangeran Puger, menjadi “PR” berikutnya.

Seperti diketahui, rombongan Pakasa Cabang Kudus yang dipimpin ketuanya, KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonagoro telah bertemu Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA. Pertemuan dalam suasana perayaan ultah sewindu “Istana Mataram” (iMNews.id, 13/4), mengajak 11 pamong makam Pangeran Puger, untuk berdialog dengan Gusti Moeng.

Hasil pelaporan dan dialog itu, intinya Gusti Moeng menegaskan sangat mendukung Yayasan Pamong Makam Pangeran Puger dan Pakasa Cabang Kudus yang bersama-sama akan “memuliakan” makam salah satu tokoh leluhur Dinasti Mataram itu. Di antaranya, mendukung perjuangan dua entitas warga yang bersatu untuk menyelamatkan lahan makam Pangeran Puger yang tersisa itu.

“Iya, kemarin sudah saya jelaskan kepada rombongan Kanjeng Panembahan Didik yang bersama para pamong makam. Intinya, sisa lahan makam harus diselamatkan dan dijaga dengan baik. Karena itu aset milik kraton sejak sebelum NKRI ada. Yang masih tersisa diselamatkan dengan tetepan dari kraton tahun 2016 itu. Sisanya, sedang diteliti tim hukum dari kraton”.

DI DEPAN PANGGUNG : Laporan, diskusi dan dialog antara KRRA Panembahan Didik Singonagoro dan rombongan Pakasa Cabang Kudus bersama pamong makam Pangeran Puger, memanfaatkan waktu bertemu di depan panggung peryaan ultah “Istana Mataram” di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, Minggu (`13/4). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Jadi, dengan surat tetapan yang diterbitkan dari kraton untuk pamong makam tahun 2016 itu, sudah cukup. Tanah itu tidak bisa disertifikatkan atas nama Banda Desa atau pamong makam. Itu aset milik kraton. Saya sudah mendengar dan melihat surat tetepan KRRA Panembahan Didik sebagai juru-kunci II. Tunggu hasil penelitian tim hukum,” ujar Gusti Moeng.

GKR Wandansari Koes Moertiyah yang dimintai konfirmasi iMNews.id di teras Nguntarasana, Kraton Mataram Surakarta, siang tadi tak banyak waktu menjelaskan, karena sudah ditunggu rombongan tamu. Di akhir wawancara singkat diucapkan, dirinya belum punya rencana berziarah ke makam Sinuhun Amangkurat III di Setono, Gedong, Kediri (Jatim) ketika ditanya soal itu.

Sementara itu, di tempat terpisah KRRA Panembahan Didik Singonagoro yang dihubungi iMNews.id menyatakan akan menggunakan patokan penegasan dari kraton sebagai pegangan mengenai identitas tokoh yang bersemayam di makam Desa Demaan, Kecamatan Kota itu. Karena, dirinya dipercaya sebagai juru-kunci kedua yang antara lain membidangi “Humas” atau juru penerang.

“Jadi, kalau Gusti Moeng ngendika atau memberi penjelasan seperti itu, ya itu dulu yang saya gunakan sebagai pegangan utama. Meskipun, saya tidak menutup mata adanya versi lain soal identitas Pangeran Puger lainnya. Sambil menunggu perkembangan dari kraton, mana yang paling diyakini sebagai tokoh itu, kami akan ikuti,” ujar KRRA Panembahan Didik, tadi siang.

SEMPAT BERBINCANG : KRRA Panembahan Didik Singonagoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus) sempat bertemu KP MN Gendut Wreskodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Ponorogo) dan KRAT Ananda Viola Reksobudoyo (Ketua Pakasa Cabang Trenggalek). Mereka berbincang santai saat perayaan sewindu “Istana Mataram” berlangsing, Minggu (13/4). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Masalah identitas tokoh Pangeran Puger yang makamnya di Desa Demaan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus itu, sejak lama menjadi perbincangan. Karena, fakta sejarah yang tertulis di berbagai dokumen termasuk buku karya Dr HJ De Graaf (Belanda) yang dikutip KRT Darpa Arwantodipuro dan Buku “Asalsilah Para Nata” yang disusun GRAy Bratadiningrat (putri PB X).

Selain dua sumber penulisan sejarah itu, juga sangat dimungkinkan ada versi lain dari sumber lain. Karena, nama “Puger” dan “Pangeran Puger” yang pernah muncul ke permukaan hingga kini, jumlahnya lebih dari tiga tokoh berbeda zaman. Menurut KRT Darpo, versi-versi itu memang banyak dan harus diakui keberadaannya, karena nama “Pangeran Puger” itu semacam jabatan.

“Nanti biar kraton (Gusti Moeng-Red) yang mengkaji dan memutuskan mana yang paling mendekati kebenaran. Mungkin ini belum final. Karena bisa saja besok atau dikemudian hari, ada temuan baru yang memberi penjelasan lengkap dan paling mendekati kebenaran identitas dan ciri-ciri siapa Pangeran Puger yang dimakamkan di Kudus itu?,” ujar KRT Darpo secara terpisah.

Dari penelusuran iMNews.id, nama “Pangeran Puger” yang muncul ke permukaan hingga kini, setidaknya ada 4 tokoh, dua nama yang bersangkut-paut dengan makam di Desa Demaan, Kecamatan Kota dan dua lagi di dua lokasi terpisah. Dua nama yang berkit dengan Kudus ada pada zaman Sinuhun Prabu Hanyakrawati dan zaman Sinuhun Amangkurat IV Mataram Islam di Kartasura.

MOMENTUM YANG DITUNGGU : Berfoto bersama Gusti Moeng dan KPH Edy Wirabhumi di akhir acara ultah sewindu “Istana Mataram” yang digelar di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa, adalah momentum yang ditunggu rombongan Pakasa Cabang Kudus bersama pamong makam Pangeran Puger, Minggu siang (13/4) itu. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Pangeran Puger sesuai catatan yang didapat KRRA Panembahan Didik dari Dr Purwadi dan kemudian dibenarkan Gusti Moeng menyebutkan, identitasnya adalah bernama kecil GPH Pamot. Dia adalah adik Sinuhun PB II yang lahir dari Sinuhun Amangkurat IV dengan Kanjeng Ratu Kencana Kudus. Dia pernah menjabat Bupati Kudus tahun 1724-1736 sesudah di Demak.

“(Sementara) Saya condong GPH Pamot adalah Pangeran Puger yang di Kudus itu. Selain pernah jadi Bupati Kudus, juga pernah jadi Bupati Demak. Makanya, nama Desa Demaan (Demakan-Red) diabadikan dari nama Demak. Kalau Pangeran Puger di zaman Panembahan Senapati, pemerintahan belum dilembagakan sampai ke wilayah utara,” ujar Gusti Moeng menambahkan.

Sementara itu, Pangeran Puger yang disebut KRT Darpo Arwantodipuro dari buku “Puncak Kekuasaan Mataram” (Dr HJ De Graaf) yang makamnya di Kabupaten Kudus adalah Pangeran Puger yang lahir dari garwa ampil Sinuhun Nyai Adisara dengan nama RM Kentol Kejuron. Dia kakak RM Jolang yang kemudian jadi Sinuhun Prabu Hanyakrawati yang lahir dari ibu berbeda.

“La, kenapa kok makamnya di Kudus? Penjelasan dari catatan carik-dalem Panembahan Senapati yang dikuti beberapa penulis dokumen setelah itu, karena Pangeran Puger yang ditempatkan sebagai Adipati (Bupati) di Demak berniat mengambilalih kraton, maka ditangkap dan dihukum. Hukumannya diasingkan ke Kudus sampai meninggal dan dimakamkan di sana,” ujarnya.

DI CUNGKUP MAKAM : Yuli Setiawan (Ketua Yayasan Pamong Makam) dan pusara Pangeran Puger yang lebih besar di dalam cungkup makam, menjadi saksi dan latar-belakang saat SK penetapan KRRA Panembahan Didik Singonagoro sebagai juru-kunci II diserahkan juru-kunci I ML Zaenal Arifin Hadi Puspoko, Jumat (12/4) itu. (foto : iMNews.id/Dok)

Sementara itu, KRRA Panembahan Didik Singonagoro untuk sementara berpegang pada penegasan dari kraton. Kalau kemudian ada perkembangan baru dan ada keputusan baru, tentu akan diikuti dan dijadikan pedoman. Sambil menunggu perkembangan baru, dirinya bersama pengurus Pakasa dan pamong makam akan terus berkomunikasi dan berdialog untuk memikirkan perbaikan makam.

Karena sudah ditetapkan sebagai juru-kunci kedua di antara 6 juru-kunci makam Pangeran Puger, KRRA Panembahan Didik Singonagoro akan segera minta pengesahan dan penetapan sebagai abdi-dalem juru-kunci dari kraton. Menurutnya ada banyak “PR” yang harus dijadikan program kerja, untuk segera dilaksakanan dalam waktu dekat, menengah dan jangka panjang. (won-i1)