Dukungan Pakasa Cabang dan “Kanca-Kajinya”, Sangat Terasa Membantu
IMNEWS.ID – SUASANA umum khususnya kondisi ekonomi yang lesu sejak masa transisi pemerintahan Presiden Jokowi ke Presiden Prabowo Subiyanto, memang masih dirasakan bangsa dan negara ini secara keseluruhan. Ekses pandemi Corona yang sudah disambut upaya-upaya “recovery”, ternyata dihadang krisis akibat perang Rusia vs Ukraina dan perang Israel vs Palestina.
Dua peristiwa perang itu seakan menjadi rentetan berkelanjutan, silih-berganti, susul-menyusul atau apapun istilahnya, yang kini mulai reda. Tetapi, pengaruh krisis ekonomi Eropa yang juga berpengaruh secara timbal-balik dengan dua judul perang itu, tentu ikut menambah beban, baik bagi mereka yang berperang, negara-negara di Eropa, dan tentu juga Asia.
Belum lama, setelah rezim pemerintahan Prabowo-Gibran mengumumkan dusunan kabinetnya, segera disusul pengumuman untuk berhemat dalam APBN hingga pemotongan anggaran di berbagai departemen sampai rata-rata 50 persen. Situasi ini tak hanya dirasakan rakyat paling bawah, yang nyaris tidak bisa “njenggelek” karena harus “tetap tiarap” sejak awal pandemi 2020.
Kalau di kalangan tertentu yang “responsif” terhadap kebijakan “prihatin” pemerintah itu, cepat menyikapi dengan ekspresi “#Kabur Duluan”. “Solusi” seperti itu mungkin sangat sulit dilakukan pihak yang berbentuk lembaga, seperti Kraton Mataram Surakarta. Lembaga masyarakat adat ini adalah bagian dari rakyat yang harus “tetap tiarap”, bahkan sudah jauh lebih dulu.

Kalau disebut “harus tetap tiarap”, kraton sudah melakukan sejak lama dan sudah berlangsung sangat lama. Karena bukan hanya suasana krisis ekonomi global akibat berbagai sebab, melainkan “hantaman” berbagai sebab lain. Di antaranya, karena sikap negara melalui pemerintahannya yang tidak peduli nasib kraton dan juga berbagi yang selalu sinis terhadap kraton.
Namun, akibat dari berbagai sebab dan sikap itu, ternyata tidak membuat kraton benar-benar “tetap tiarap” dan terkesan tidak berkutik secara total. Karena, kondisinya masih setingkat lebih baik, yaitu dalam level “prihatin”. Dan dalam keprihatinannya itu, kraton masih bisa bergerak leluasa untuk memperlihatkan eksistensi, kerja adat dan karya-karnya.
Memang, Gusti Moeng belum lama ini mengisyaratkan sedang “prihatin berat” sehabis dikuras energinya untuk mengurusi ritual tingalan jumenengan. Itu berakibat, porsi ritual Nyadran “tour de Ruwah”, terpaksa dikurangi. Tetapi, kata “prihatin berat” itu bukan berati ritual Nyadran dan lainnya macet, tidak berjalan. Faktanya malah berkebalikan.
Tahun 2025, bulan Ruwah Tahun Je 1958 atah Sya’ban 1446 Hijriyah ini, kraton sudah menjalankan agenda Nyadran Tour de Ruwah” sebanyak 7 “trip” (perjalanan) selama 2 hingga 17 Februari ini. Bahkan, di minggu Nyadran atau hari Minggu terakhir 23 Februari hari ini, ada rombongan kraton yang diutus Nyadran ke makam Pucanganom, Kecamatan Srumbung, Magelang.

“Bonus” perjalanan Nyadran itu jelas menandakan bahwa kraton tak gampang “tiarap” berlama-lama seakan-akan “pasrah” dengan keadaan ekonomi nasional maupun global yang menghimpit. Selain semangat tinggi dalam menjalankan kerja adat dan pelestarian budaya, kraton tidak tergantung oleh ekonomi nasional yang semakin terkesan hanya bergerak karena APBN.
Semangat para pejuang adat dan pelestari Budaya Jawa itu, masih punya daya dukung elemen Pakasa di berbagai daerah yang setiap saat “Setya, Saraya dan Rumeksa Budaya” secara total, setiap gerak adat Kraton Mataram Surakarta. Sebut saja Pakasa Cabang Jepara yang yang selalu mengutus abdi-dalem “Kanca-Kaji”, menyertai rombongan kraton ke Grobogan dan Slawi.
Di Pakasa Kabupaten Grobogan yang pengurus cabangnya vakum dalam beberapa waktu terakhir ini, kehadiran rombongan abdi-dalem “Kanca-Kaji” dari Pakasa Cabang Jepara yang dipimpin langsung ketuanya, KP Bambang S Adiningrat, tentu sangat mendukung ritual religinya. Apalagi, di kabupaten itu ada beberapa lokasi makam leluhur Dinasti Mataram yang membutuhkan “dukungannya”.
Tak hanya itu, rombongan “Tour de Ruwah” kraton yang dipimpin KGPH Hangabehi di Astana Pajimatan Tegalarum, Kamis (13/2), juga terasa “terbantu” dengan dukungan abdid-alem “Kanca Kaji” dari Pakasa Jepara. Menguatnya elemen abdi-dalem “Kanca-Kaji” belakangan ini, sangat dirasakan saat Nyadran di makam Sinuhun Amangkurat I itu, di saat Pakasa cabang setempat sedang vakum.

Kehadiran elemen Pakasa cabang juga sangat dirasakan Kraton Mataram Surakarta saat menggelar ritual Nyadran di 4 lokasi makam dan petilasan di Kabupaten Ponorogo, Selasa (12/2). Rombongan “Tour de Ruwah” kraton yang dipimpin putra mahkota KGPH Hangabehi itu, disambut ratusan warga Pakasa yang menyebar di tiap lokasi yang diziarahi, mulai dari makam Bathara Katong.
Tak hanya warganya yang dikerahkan, KP MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Gebang Tinatar) juga tak segan-segan menyiapkan kebutuhan “logistik” untuk menjaga stamina rombongan dari kraton, ziarah ke tiap lokasi yang berjauhan itu. Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko-pun juga mempersilakan KGPH Hangabehi dan rombongan kecilnya, singgah beraudiensi di rumah dinas. (Won Poerwono-bersambung/i1)