Datang ke Kraton Mataram Surakarta, Khusus untuk Melihat Ruang Menara Tempat Meditasi Raja
SURAKARTA, iMNews.id – Menteri Kebudayaan Fadli Zon sangat mengagumi teknologi yang digunakan dalam membangun Panggung Sangga Buwana, setelah melihatnya ruang demi ruang dari 6 lantai, dalam kunjungannya ke Kraton Mataram Surakarta khusus untuk naik ke menara itu, Kamis (23/1) siang kemarin. Ia diantar putra mahkota KGPH Hangabehi naik sampai paling atas.
Ada beberapa orang rombongan dari staf Kementerian Kebudayaan yang mendampinginya untuk melihat kondisi ruang dari lantai paling bawah sampai paling atas atau lantai 6. Termasuk abdid-alem yang bertugas di bidang teknik arsitektur bangunan kraton, Ir Suwadi. Tetapi, ada pula beberapa abdi-dalem pecaosan dan dari Keparak Mandra Budaya juga ikut mendampingi.
Ketika sampai di lantai paling atas, baik Menteri Fadli Zon maupun KGPH Hangabehi sempat keluar ke teras dan menyapa dengan semua yang menunggu di bawah, yaitu halaman kompleks Pendapa Sasana Sewaka. Selain rombongan abdi-dalem, ada sejumlah sentana-garap jajaran “Bebadan Kabinet 2004” yang menunggu di bawah, yang sebelumnya menyambut di depan kraton.
Di bawah sudah menunggu GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng, GKR Timoer Rumbai, KPH Bimo Djoyo Adilogo, KRMH Suryo Manikmoyo, BRM Judistira, KRMH Suryo Kusumo Wibowo dan KPH Edy Wirabhumi. Kedatangan menteri, disambut semua tokoh tuan rumah di atas di topengan Kori Kamandungan dan diantar ke dalam, untuk melakukan doa sebelum menuju menara.
Didampingi putra mahkota KGPH Hangabehi dan para abdi-dalem pecaosan, menteri dan rombongan kecil mengikuti doa di Bangsal Parasedya. Di tempat itu, doa dilakukan karena akan naik menara dan melihat kondisi seluruh ruang Panggung Sangga Buwana. Untuk naik tangga menarapun, para abdi-dalem pecaosan sudah mendahului untuk melakukan doa dan “caos dhahar”.
Sekitar 30 menit Menteri Fadli Zon meneliti setiap ruang lantai menara yang dibangun tahun 1782, yang sesekali berdialog dengan KGPH Hangabehi dan Ir Suwadi. Abdi-dalem yang selama lebih 20 tahun bertugas dalam serangkaian renovasi berbagai jenis bangunan dan lokasi di kawasan kraton itu, memiliki referensi secara teknik arsitektural ciri-ciri bangunan kraton.
“Tadi pak Menteri hanya menanyakan soal tahun pembangunan Panggung Sangga Buwana. Kami menjelaskan struktur bangunan yang ada, lantai demi lantai dan makna filosofi yang melekat pada bangunan secara keseluruhan. Tetapi, beliau tidak menyatakan akan melakukan apa setelah melihat langsung kondisi Panggung Sangga Buwana,” ujar Ir Suwadi menjawab iMNews.id.
Seusai mendampingi Menteri Fadli Zon, siang kemarin, menjawab pertanyaan lebih lanjut dikatakan Ir Suwadi bahwa Panggung Sangga Buwana pernah direnovasi terakhir tahun 2005, di awal “Bebadan Kabinet 2004” dan jumenengnya Sinuhun PB XIII. tetapi, renovasi itu hanya tambal sulam, mengganti lantai dari papan kayu jati yang sudah keropos dimakan usia.
Wakil Pengageng sasana Prabu, KRMH Suryo Kusumo Wibowo yang ikut menerima kunjungan Menteri Kebudayaan menyatakan, mungkin renovasi di tahun 2005 itu sudah kesulitan mencari kayu jati yang memiliki kualitas khususnya usia, sama dengan yang terpasang dan sudah rusak. Itu yang membuat kayu pengganti sudah kelihatan keropos, selain yang lebih tua usianya.
Begitu Menteri Fadli Zon sudah turun bersama rombongan, lalu diajak KGPH Hangabehi bersama GKR wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng, KPH Edy Wirabhumi, GKR Timoer dan lainnya untuk makan siang di “gedhong” Sasana Handrawina. Di sekitar Pendapa Sasana Sewaka, siang kemarin sudah terlihat para pekerja menyiapkan tempat pisowanan ritual tingalan jumenengan.
Kehadiran Menteri Kebudayaan Fadli Zon, kemarin siang, adalah kali kedua sejak yang pertama sekitar sebulan lalu. Waktu itu, menteri hanya bertemu dengan beberapa tokoh terbatas seperti Gusti Moeng, KPH Edy Wirabhumi dan KGPH Hangabehi dalam pembicaraan tertutup dan terbatas di Sasana Handrawina. Sampai kunjungan siang kemarin, belum ada rencana konkret lanjutan.
Khusus soal menara Panggung Sangga Buwana, memang sudah beberapa kali diusulkan kepada pemerintah untuk direnovasi, dari zaman Presiden SBY hingga Presiden Jokowi. Tetapi, bangunan yang diirikan pada zaman Sinuhun PB III (1749-1788) itu hingga kini belum jelas nasibnya, meski kondisinya semakin buruk. Padahal, Jokowi pernah berjanji akan merenovasi 2 kraton pertahunnya. (won-i1)