Besok Upacara Adat Ulang Tahun Tahta Digelar, Bebadan Kabinet 2004 tak Mengundang Siapapun
SURAKARTA, iMNews.id – Sabtu, (25/1) besok tepat tanggal 25 Rejeb/Rajab Tahun Je 1958, Kraton Mataram Surakarta akan menggelar upacara adat tingalan jumenengan, yang tatacaranya dimulai pukul 09.00 WIB sampai selesai. Ritual merefleksi perjanjian antara Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kencanasari itu, disajikan tarian sakral Bedhaya Ketawang.
Sajian tunggal tarian sakral yang hanya dimiliki Kraton Mataram Surakarta itu, akan diperagakan sembilan orang penari abdi-dalem “bedhayan” yang juga anggota Sanggar Pawiyatan Beksa, milik kraton. Tarian yang aslinya berdurasi 3 jam dan sudah diadaptasi Gusti Moeng selaku koreografernya, menjadi sekitar 90 menit untuk menyesuaikan perubahan saman.
Koreografer khusus tarian khas kraton yang bernama lengkap GKR Wandansari Koes Moertiyah itu, dalam beberapa kesempatan telah menegaskan bahwa upacara adat tingalan jumenengan, pada esensinya adalah “njumenengaken” Bedhaya Ketawang. Karena, tarian sakral itu adalah simbol lembaga Kraton Mataram Surakarta dan simbol Raja yang sedang jumeneng nata atau bertahta.
“Jadi, seandainya Sinuhun tidak bisa lenggah siniwaka di tengah pisowanan agung tingalan jumenengan, tari Bedhaya Ketawang yang digelar sudah sah mewakili atau menjadi representasi upacara adat, kelembagaan kraton dan figur Sinuhun. Karena, tarian itu adalah inti dari isi perjanjian antara Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kencanasari”.
“Oleh sebab itu, ketika upacara adat tingalan jumenengan digelar, sajian tari Bedhaya Ketawang menjadi pusat perhatian utamanya. Karena, esensi upacara dan kelangsungan Kraton Mataram Surakarta sampai eksis menempuh ratusan tahun hingga sekarang, ada dalam tarian itu. Lirik gendhing iringannya bisa dicermati, isinya menceritakan itu,” ujar Gusti Moeng.
Maka, lanjutnya dalam beberapa kali perbincangan dengan iMNews.id sebelumnya, hadir di “pisowanan” ritual tingalan jumenengan tidak diizinkan berulah seperti seolah-olah menyaksikan pertunjukan seni tari atau lainnya yang digelar di luar kraton. Dan untuk menjaga khidmat dan sakralnya upacara, Bebadan Kabinet 2004 tidak mengundang tamu khusus.
Hal tidak mengundang tamu secara khusus itu, membenarkan pernyataan yang disampaikan Wakil Pengageng Karti Praja, KPP Haryo Sinawung Waluyoputro, kemarin (iMNews.id, 23/1). “Bebadan Kabinet 2004” sengaja tidak mengundang berbagai pihak dari luar kraton, untuk menjaga jalannya upacara khidmat dan sakral, karena biasanya tamu undangan tak patuh aturan adat.
Sementara itu, berbagai persiapan untuk pelaksaan upacara adat itu sampai siang tadi sudah hampir seluruhnya selesai. Tenda peneduh tambahan di depan topengan Maligi dan teras Paningrat Lor, sudah terpasang. Gamelan Kiai Kancil Belik untuk sajian gedhing Manguyu-uyu, sudah disiapkan di Bangsal Pradangga Kidul, begitu pula gamelan iringan Bedhaya Ketawang.
Sepasang gamelan KK Kaduk Manis dan KK Manis Rengga, setelah dijamasi bersama sejumlah gamelan pakurmatan sekitar seminggu lalu, sudah terpasang di teras Paningrat Kidul Pendapa Sasana Sewaka. Gamelan itu yang akan mengiringi tarian sakral Bedhaya Ketawang dan memandu semua yang sowan untuk mengikuti tatacara pisowanan, dari awal hingga akhir, tanpa MC.
Di tempat terpisah, panitia mencatat sudah ada sedikitnya 25 cabang Pakasa akan mengirim utusannya hadir dalam pisowanan besok. Dari catatan itu, ada yang mengirim 4 orang, tetapi ada yang 93 orang, hingga total berjumlah 600-an orang. KRRA Panembahan Didik menyebutkan, 11 orang yang diajak akan berangkat dari Kudus nanti malam, agar pukul 09.00 WIB siap di kraton. (won-i1)