Gusti Moeng Ajak Bershalawat Sultanagungan, Karena Tidak Diikuti Abdi-dalem Juru-Suranata
PATI, iMNews.id – Setelah bulan Sura dan Sapar tahun Je 1958 lewat dan memasuki bulan Mulud (Rabiulawal), agenda perjalanan safari “Tour de Makam” kembali dilakukan Gusti Moeng bersama rombongan dari Kraton Mataram Surakarta. Safari dilakukan Minggu (22/9) kemarin, untuk menghadiri haul wafat Ki Ageng Wot Sinom dan Ki Ageng Ngerang di dua desa terpisah.
Dua upacara adat yang dihadiri Gusti Moeng bersama sekitar 40 orang rombongannya kemarin, masing-masing diawali dengan kirab budaya. Yang pertama dimulai pukul 10.00 WIB, kirab budaya yang dipandu Bregada Prajurit Korsik Drumband Tamtama diikuti semua elemen yang diorganisasi panitia haul wafat Ki Ageng Wot Sinom di Desa Sinom Widodo, Kecamatan Tambakromo.
Kirab diawali dari kediaman Kades Sinom Widodo sebagai tempat transit, dan berjalan sekitar 200 meter prosesi kirab dipandu prajurit kraton yang mengawal Gusti Moeng dan rombongan menuju makam Ki Ageng Wot Sinom. Di tempat itu, sudah menunggu Kades Sinom Widodo dan para penitia serta masyarakat yang hendak “ngalab berkah” nasi atau “sega golong”.
Setelah doa dan tahlil dipimpin juru-kunci setempat, Kades Sinom Widodo menyampaikan sambutan dan ucapan selamat datang kepada rombongan dari kraton. Gusti Moeng juga mendapat giliran memberi sambutan yang menguraikan secara singkat bagaimana dirinya mengawali ziarah dan nyadran di makam Ki Ageng Wot Sinom sejak di tahun 1990-an.
“Sampun kaping pinten kula ziarah lan nyadran mriki, ngantos mboten kemutan. Ning ketingalipun wiwit sakderenge tahun reformasi (1998) kula wiwit ziarah mriki. Salajengipun rutin saben tahun, pas nyadran (Ruwah) utawi haul. Eyang Ki Ageng Wot Sinom menika, guru spiritualipun Sinuhun Panembahan Senapati, tasih setunggal zaman,” ujar Gusti Moeng singkat.
Sambutan Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat dalam bahasa Jawa “krama madya” itu sempat menyinggung soal jatidiri tokoh leluhur Dinasti Mataram yang dimakamkan di situ. Ki Ageng Wot Sinom adalah guru spiritual Panembahan Senapati (1588-1601), pendiri “Dinasti Mataram” sekaligus Raja ke-1 Kraton Mataram yang beribu-kota di Kutha Gedhe.
Sekitar pukul 12.00 WIB Gusti Moeng berpamitan untuk meneruskan perjalanan ke makam Ki Ageng Ngerang di Desa Trimulyo, Kecamatan Juwana, yang menempuh perjalanan sekitar 10 KM dari Desa Trimulyo, Kecamatan Tambakromo. Di desa ini, Gusti Moeng dan rombongan singgah di kediaman KRAT Mulyadi Puspopustoko (Ketua Pakasa Cabang Pati) sebagai lokasi start kirab.
Di dekat kediaman itu, sudah menunggu beberapa truk yang penuh peralatan sound-system yang menyuarakan lagu-lagu dangdut campursari yang trend saat ini. Pukul 13.00 WIB, prosesi kirab berangkat dari kediaman itu, dipandu para prajurit kraton. Banyak pula terlihat warga sekitarnya sudah berdandan dengan kostum warna-warni, tetapi untuk berkirab di jalan raya.
Hanya sekitar 15 menit, barisan kirab yang mengawal Gusti Moeng dan rombongan dari kraton sampai di makam Ki Ageng Ngerang. Walau beberapa kendaraan hias seperti jeep dan kontes truk bermuatan sound-system yang benar-benar punya daya tendang dahsyat suaranya sudah tampak di sekitar makam, tetapi kunjungan ziarah Gusti Moeng tetap berjalan di makam.
Sesampai di makam, ritual religi segera dimulai, doa dan tahlil dipimpin juru-kunci yunior anak buah KRAT Mulyadi Purpspopustoko selaku juru-kunci senior yang juga Ketua Pakasa Cabang Pati. Karena, juru-kunci setempat tidak siap, maka khusus untuk shalawat Sultanagungan dan syahadat Quresh yang menjadi cirikhas kraton, Gusti Moeng menginisiasi.
Di antara rombongan dari Kraton Mataram Surakarta yang diajak hadir di ritual haul itu, biasanya ikut serta abdi-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro atau yang lain. Tetapi kali itu tidak ada satupun abdi-dalem dimaksud yang diajak, sehingga untuk memimpin puji-pujian khusus dua hal itu, Gusti Moeng mengajak rombongan langsung melakukan saja.
Saat kunjungan safari gusti Moeng kemarin itu, tidak seheboh saat ritual haul serupa yang dikunungi di tahun-tahun sebelumnya. Juga tidak sedahsyat jumlah pengunjungnya saat putra mahkota KGPH Hangabehi hadir di acara serupa, tahun 2023 lalu. Karena, kemarin di seputar makam hanya sedikit yang berziarah, karena puncak acara haul jatuh Selasa (24/9).
Dalam agenda haul yang dihadiri Gusti Moeng dan rombongan tepat di hari Minggu (22/) kemarin, adalah hari libur yang sangat memungkinkan bisa dihadiri rombongan dari kraton. Bahkan juga rombongan warga Pakasa Cabang Kudus, Cabang Jepara yang diundang secara khusus oleh panitia. Tetapi, Minggu kemarin bukan hari puncak acara haul Ki Ageng Ngerang.
Seperti rombongan dari Pakasa Cabang Kudus, misalnya, KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro (Ketua Pakasa Kudus) hanya bisa mengajak dua rombongan yang datang berbeda sekitar 40-an orang. Rombongan KRA Panembahan Didik yang sudah siapkan atribut payung bersusun gagal ikut kirab, karena datang belakangan akibat dirinya tiba-tiba mengalami vertigo.
Beberapa orang rombongan Pakasa Cabang Jepara yang dipimpin RT Feri Setyopuro yang diutus KP Bambang S Adiningrat (Ketua cabang) masih sempat ikut kirab dan mendukung doa, tahlil dan dzikir di belakang Gusti Moeng dan rombongan. Begitu juga rombongan pertama abdi-dalem “Kanca-Kaji” dari Pakasa Kudus yang dipimpin RT Masrukin, masih bisa bergabung. (won-i1)