Tiga Event Berturut-turut Digelar Pakasa Ponorogo, Melengkapi Kegiatan Sura di Kraton

  • Post author:
  • Post published:July 30, 2024
  • Post category:Regional
  • Reading time:8 mins read
You are currently viewing Tiga Event Berturut-turut Digelar Pakasa Ponorogo, Melengkapi Kegiatan Sura di Kraton
BARISAN REOG : Barisan sebelas dhadhak-merak seni Reog Ponorogo dan penari jathilan cantik dari habitat asalnya, Kabupaten Ponorogo, sedang memulai kirab dari kantor Desa Pulung (lama) menuju makam Eyang Djajengrana (Jayengrono-Red), yang menjadi pusat ritual haul tokoh tersebut, Sabtu siang (27/7). (foto : iMNews.id/Dok)

Pakasa Cabang Kudus, Pati dan Cabang Pacitan Juga Punya Acara Ritual

PONOROGO, iMNews.id – Tiga event berturut-turut yang digelar Pakasa Cabang Ponorogo (Jatim) dalam rangka peringatan datangnya bulan Sura Tahun Je 1958 atau Muharam Tahun 1446 Hijriyah, seakan melengkapi agenda kegiatan adat Kraton Mataram Surakarta. Dibuka dengan kirab Grebeg Suro 5 Juli, berlanjut dengan haul dan event “Tutup Sura”, 31 Juli besok.

Kirab budaya “Bedhol Pusaka” dan “Nyanggar Pusaka” yang melibatkan ribuan orang dari berbagai elemen, termasuk prajurit dari kraton, 5-6 Juli, merupakan pembukaan event yang digelar rutin tiap tahun untuk merayakan Hari Jadi Ponorogo. Pakasa Cabang “Gebang Tinatar”, mendukung penuh dan memandu jalannya berbagai acara adat, mulai “Bedhol Pusaka”.  

“Haul Eyang Djajengrana kemarin itu, keluar 11 dhadhak-merak. Lebih rammai dibanding tahun kemarin. Kebetulan dirawuhi Gusti Wandan (GKR Wandansari Koes Moertiyah), KPH Edy Wirabhumi dan rombongan. Tanggal 31 Juli masih ada lagi acara Tutup Sura. Kami juga mengundang prajurit kraton,” ujar KRAT Sunarso Suro Agul-agul menjawab iMNews.id, kemarin.

Wakil Ketua Pakasa Ponorogo yang juga Ketua Paguyuban Reog “Katon Sumirat” itu sempat berbincang dengan iMNews.id saat ikut menghadiri wisuda penyerahan kekancingan gelar sesebutan kepada 60-an abdi-dalem Pakasa Pangeran Timur, Kota Madiun, Sabtu (27/7). Dalam kesempatan itu, KRRA MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Ponorogo) juga hadir.

GERBANG KHAS : Pintu gerbang yang khas kompleks makam Euang Djajengrana, di Astana pajimatan Desa Pulung, Kecamatan Pulung Merdika, Kabupaten Ponorogo, yang kemarin diziarahi Gusti Moeng dan rombongan dari Kraton Mataram Surakarta dalam ritual haul tokoh tersebut yang didukung para prajurit kraton. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa LDA, saat itu hadir untuk mewisuda para abdi-dalem baru warga Pakasa Cabang Pangeran Timur itu. Sedangkan KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Pakasa Punjer melakukan penetapan dan pelantikan pengurus Pakasa Cabang Kota Madiun yang diketuai KRAT Haryana Adi Joyonagoro itu (iMNews, 29/7).

Menurut KRAT Sunarso, setelah haul Eyang Djajengrana yang makamnya berada di Desa Pulung, Kecamatan Pulung Merdika, Sabtu siang (27/7), agenda acara di bulan Sura berlanjut Rabu (31/7) besok. Tema acaranya adalah ritual “Tutup Sura” yang akan dimeriahkan dengan kirab budaya dan didukung para beberapa bregada prajurit Kraton Mataram Surakarta.

“Acara ‘Tutup Sura’ (kraton) Bantarangin besok berupa kirab budaya. Para prajurit kraton kembali kami undang untuk ikut mendukung memeriahkan. Ritual Tutup Sura rutin diadakan di Desa Kauman, Kecamatan Sumoroto, Kabupaten Ponorogo. Setelah ritual, dilanjutkan kesenian menampilkan potensi tiap desa. Reognya lebih banyak lagi,” ujar KRAT Sunarso.

Sementara itu, kegiatan agenda lanjutan ritual di bulan Sura yang masih tersisa, akan dilakukan kraton dengan jamasan makam Sinuhun Amangkurat Agung di Astana Pajimatan Tegalarum yang ada di Desa Paseban, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Slawi/Tegal. Ritual yang akan digelar Kamis (1/8), diawali dengan kirab yang didukung prajurit kraton di kompleks makam.

HADIR DI MADIUN : Walau siangnya mendampingi Gusti Moeng dan rombongan dari kraton di acara haul Eyang Djajengrana di kompleks makam tokoh tersebut di Desa Pulung, Kecamatan Pulung Merdika, KRRA MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa Cabang Ponorogo) masih bisa hadir di acara wisudan abdi-dalem di Kota Madiun, Sabtu malam (27/7). (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sementara itu, KRT Nurqusaini selaku Sekretaris Pakasa Cabang Pati menyebutkan, Sabtu (3/8) pengurus Pakasa akan menggelar ritual haul (Mbah) Buyut Sriyah di Astana Pajimatan Desa Wotan, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Panitia haul juga mengundang Gusti Moeng dan rombongan dari kraton untuk hadir dalam acara ritual religi itu.

Di tempat terpisah, KP Siswanto Adiningrat selaku Wakil Pengageng Sasana Wilapa yang dimintai konfirmasi iMNews.id secara terpisah siang tadi menyebutkan, Gusti Moeng belum memberi “dhawuh” akan hadir memenuhi undangan tersebut. Belum ada kepastian kehadiran ke Pati tersebut, karena kemungkinan masih dipertimbangkan karena berbagai alasan.

Sementara itu, KRA Panembahan Didik Gilingwesi selaku Ketua Pakasa Cabang Kudus menyatakan tidak mengagendakan untuk ikut bergabung dengan rombongan kraton yang dipimpin Gusti Moeng yang akan menggelar ritual jamasan makam Sinuhun Amangkurat Agung, Kamis (1/8). Namun pengurus akan memenuhi undangan panitia haul (Mbah) Buyut Sriyah di Sukolilo, Pati.

“Kami tidak mengagendakan ikut Gusti Moeng ke makam Tegalarum. Karena, hari Kamis (1/8) sebagian besar pengurus dan anggota Pakasa masuk kerja. Mungkin masih bisa mengirim utusan dalam jumlah kecil, Sabtu (3/8) itu di Desa Wotan, Kecamatan Sukolilo atau di Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus,” ujarnya.

PRAKTIK EDUKASI : RT Nurul Hidayat selaku nara sumber semninar budaya yang digelar di aula kampus STKIP PGRI Pacitan, Senin (29/7) kemarin memberi contoh raracara pemakaian busana adat Jawa dalam praktik langsung di depan peserta seminar yang diinisiasi program studi sejarah kampus tersebut. (foto : iMNews.id/Dok)

Undangan yang datang kepadanya, menurut KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro ada dua nama tokoh yang akan menjadi tema haul di dua tempat berbeda, tetapi waktunya sama, yaitu Sabtu (3/8). Yang satu ritual “Buka Luwur” Mbah Buyut Sripah R Ronggojoyo ke-23 yang ada di Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, yang masih satu wilayah di Kabupaten Kudus.

Sedangkan undangan satunya lagim lanjutnya, datang dari panitia haul (Mbah) Buyut Sriyah di Desa Wotan Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Kedua acara di tempat erbeda dan untuk tokoh berbeda tetapi di dua kabupaten terpisah ini, semuanya dilakukan para warga Pakasa Cabang Pati yang ada di kecamatan atau anak cabang.

Selain kedua Pakasa cabang itu, sebuah cabang Pakasa di Jatim yaitu Pakasa Cabang “Bumi Wengker” di Kabupaten Pacitan juga habis menggelar kegiatan seminar budaya di kampus STKIP PGRI Pacitan di aula kampus setempat, Senin (20/7) kemarin.  Seminar tentang Ngadi Salira Ngedi Busana Gagrag Surakarta Hadiningrat itu, diikuti sejumlah mahasiswa jurusan sejarah.

Hadir sebagai nara sumber adalah RT Nurul Hidayat Dwijodipuro SPd yang berlatarbelakang abdi-dalem kraton, banyak memberikan edukasi soal tatacara berbusana adat Jawa. Tak disebutkan dalam penyampaian materi dan praktik itu, juga menyangkut tatacara adatnya dikenakan untuk keperluan apa saja dan jenis apa yang tepat untuk masing-masing keperluan.

MAHASISWA PESERTA : Para mahasiswa program studi sejarah STKIP PGRI dan unsur-unsur elemen kampus itu, menjadi peserta forum seminar budaya yang digelar di aula kampus setempat. Materi edukasi dan praktik tata busana yang menjadi bagian Budaya Jawa itu, diberikan RT Nurul Hidayat, Senin (29/7) kemarin. (foto : iMNews.id/Dok)

Kegiatan seminar yang diinisiasi Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Pacitan yang juga Ketua Pakasa Cabang Bumi Wengker itu, digelar dalam rangka Dies Natalis sekolah tinggi tersebut. Dalam pembukaan seminar itu, selain ketua program studi, Ketua STKIP PGRI Dr Mukodi juga memberikan sambutan yang mengapresiasi penuh inisiasi tersebut.

Menurutnya, proram studi yang menginisiasi acara itu senantiasa menjunjung tinggi tradisi Jawa. Dia menyebut, kegiatan itu merupakan bentuk kepedulian lingkungan akademik terhadap berkembangnya Budaya Jawa di tengah modernisasi. Seminar juga dihadiri pengurus Pakasa cabang, para ketua program studi, kepala biro, lembaga dan UPT dan elemen kampus lainnya. (won-i1)