Partisipasi Pakasa Jepara Terwujud dalam Barisan Bregada Prajurit Pemandu Kirab
PACITAN, iMNews.id – Di tahun 2024 ini muncul fenomena baru di beberapa desa, setidaknya di Desa Gondosari, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan (Jatim) dan Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara (Jateng). Selain ada ritual “Sedekah Bumi”, “Bersih Desa” atau sejenisnya yang sudah lama ada, kini muncul acara perayaan HUT Desa di kedua desa itu.
Fenomena baru kegiatan peringatan hari ulang tahun (HUT) desa yang mungkin dibiayai dengan dana desa itu, sudah mulai muncul di Desa Gondosari, Kabupaten Pacitan (Jatim) yang berlangsung di lapangan desa, Minggu siang (9/6) dan di Desa Kecapi, Kabupaten Jepara (Jateng) yang berupa kirab budaya keliling desa setempat, Selasa siang (4/6).
Kegiatan peringatan HUT Desa yang di Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, dalam catatan iMNews.id baru muncul di tahun ini sebagai fenomena baru. Tetapi, di desa itu sudah beberapa kali menggelar hajad ritual “Sedekah Bumi” yang didukung penuh Pakasa Cabang Jepara, karena organisasi tangan panjang kraton ini yang ikut menginisiasi kegiatan itu.
Catatan iMNews.id yang mendapat konfirmasi dari KRA Bambang S Adiningrat selaku Ketua Pakasa Jepara menyebutkan, kegiatan ritual “Sedekah Bumi” atau “Merti Desa” atau “Bersih Desa” yang sudah menjadi event tahunan di sejumlah desa lintas beberapa kecamatan di Kabupaten Jepara, semakin berkembang positif dalam dukungan Pakasa cabang.
Partisipasi Pakasa cabang setidaknya di 10 desa di kecamatan yang berbeda itu, rata-rata diwujudkan dalam dukungan personel Bregada Prajurit Nguntara Praja dan Korsik Drumband Sura Praja yang jumlahnya antara 50 hingga 150-an orang untuk tiap event di masing-masing desa. Warga dan pengurus Pakasa, sering bergabung dalam barisan kirab untuk memperkuat.
Seperti yang terjadi di Desa Kecapi, Selasa (4/6), kirab dimulai dari halaman “Petinggi Desa” (Kades) menuju balai desa yang jaraknya sekitar 2 KM. Sayang, kirab yang menampilkan warna-warni simbol khas seni budaya lokal itu, diguyur hujan deras sepanjang perjalanan. Namun, laju kirab terus berjalan hingga sampai finish di balai desa.
Dalam kesempatan ritual “Sedekah Bumi” yang juga disebut “HUT Desa” itu, KRA Bambang S Adiningrat (Ketua Pakasa Cabang Jepara) tidak bisa hadir, karena berdinas aktif sebagai karyawan di sebuah perusahaan di Jakarta. Kehadirannya yang sering tampil sebagai “Manggala” (komandan) kirab, digantikan MNg Nurkhan Diprojo.
Dalam barisan kirab yang didukung prajurit beserta warga Pakasa cabang sekitar 90-an orang itu, tampak “Petinggi Desa” Kecapi, Khambali beserta istri ikut bergabung dalam kirab. Saat barisan kirab dilepas sebelum hujan tiba, warga yang menyaksikan tumpah-ruah di sepanjang rute, sedangkan barisan kirab didukung lebih dari 300 orang dari berbagai elemen.
Sementara itu, peringatan HUT Desa Gondosari, Kecamapatan Punung, Kabupaten Pacitan yang dipusatkan di lapangan desa setempat, Minggu siang (9/6), juga berlangsung sangat meriah. Segala potensi seni budaya setempat dikerahkan untuk tampil di ajang perayaan yang “dibiayai” dengan “dana desa” dan partisipasi berbagai pihak, misalnya Pakasa “Bhumi Wengker”.
KRAT Heru Arif Pianto Widyonagoro (Ketua Pakasa Cabang Pacitan-Jatim) yang dimintai konfirmasi, kemarin, menyebutkan, Pakasa Cabang “Bhumi Wengker” selain terlibat dalam kepanitian, juga “diundang” di acara yang digelar pamong Desa Gondosari, Kecamatan Punung. Karena, Kades Gondosari yaitu Nyi MT F Indah Wahyuningtyas, adalah pengurus Pakasa cabang.
Dalam peringatan Hari Desa yang didasarkan temuan sejarah pendirinya di tahun 1807 itu, hadir para pejabat Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda/Olah Raga, Dinas Perpustakaan, pimpinan Muspika Pacitan dan berbagai elemen masyarakat Kabupaten Pacitan, disuguhkan berbagai acara kesenian dan tatacara “membagi-bagikan” gunungan berisi hasil bumi.
Yang menarik dari event peringatan HUT Desa ini, ada sajian “flashmob” menari bersama Tari “Gambyong” yang diikuti para tamu penting yang hadir siang itu, termasuk Kades dan pengurus Pakasa. Menurut KRAT Heru Arif, tarian massal “Gambyong” yang mirip tari “Tayub” itu, sudah menjadi tradisi selalu disajikan massal di berbagai hajadan di wilayah Pacitan. (won-i1).