Fenomena “Makam Ganda” di Beberapa Lokasi Makam Tokoh Leluhur Dinasti Mataram (Seri 6 – habis)

  • Post author:
  • Post published:March 19, 2024
  • Post category:Budaya
  • Reading time:8 mins read
You are currently viewing Fenomena “Makam Ganda” di Beberapa Lokasi Makam Tokoh Leluhur Dinasti Mataram (Seri 6 – habis)
SANGAT DIHARAPKAN : Gelar event haul/nyadran dengan dihadiri rombongan Kraton Mataram Surakarta seperti saat berlangsung di makam Kyai Ageng Ngerang, Kabupaten Pati, tentu sangat diharapkan Pakasa cabang di manapun, khususnya Pakasa Cabang Pati. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Masih Ada Beberapa Makam dan Petilasan Leluhur yang Perlu Dimuliakan

IMNEWS.ID – JIWA besar masyarakat peradaban Jawa yang nyaris tidak pernah mempersoalkan adanya fenomena “makam ganda” selama ini, karena memang memiliki sifat dasar dan ciri-ciri seperti itu. Sifat permisif dan akomodatif yang terbentuk, bahkan pantang dan tabu mempersoalkan nilai-nilai ketuhanan orang mati.

Perwujudan atau ekspresi dari yang dianggap pantang dan tabu itu, sering disebut “ora-ilok” dan (bisa) “khuwalat” kalau sampai mempersoalkan atau bergunjing tentang orang yang sudah meninggal, dalam kerangka “image” atau anggapan negatif.

Apalagi, lahirnya fenomena “makam ganda”, hanyalah ekses atau akibat (side effect) dari kebijakan pemindahan ke satu tempat paling terhormat, yaitu Astana Pajimatan Imogiri. Seperti yang selama ini dilakukan Kraton Mataram Surakarta, yaitu dalam rangka “memuliakan” tokoh-tokoh dan leluhur keluarga besar Dinasti Mataram.

Oleh sebab itu, kemungkinan lahirnya anggapan negatif dari fenomena “makam ganda”, jelas akan semakin hilang secara alamiah, ketika manusia peradaban Jawa khususnya dan publik secara luas, menyadari asal-usul dirinya lahir ke dunia dan punya kewajiban secara naluriah untuk berbhakti kepada para pepunden dan leluhurnya.

Sebagai manusia berbudaya sekaligus bertaqwa, justru akan semakin mencari asal-usul jatidirinya dan memuliakan para pepunden dan leluhur yang telah mengukir jiwa-raganya. Karena dari situlah, rasa syukur dan terima kasih akan menjadi ungkapan utama kepada yang “telah mengadakan segala-galanya”, yaitu Allh SWT.

Sampai pada titik ini, rasanya manusia yang hidup dalam peradaban dan memahami serta menjiwai budaya Jawa, sangat kecil kemungkinannya “mengada-adakan makam ganda”. Tetapi juga “tidak masuk akal”, kalau tidak boleh disebut “durhaka”, apabila ada yang tega menelantarkan makam pepunden/leluhurnya, bahkan leluhur peradaban.

JADI MONUMEN : Kabupaten Boyolali berhasil mengangkat dirinya sebagai kabupaten yang bermartabat, karena menjunjung tinggi dan memuliakan leluhur peradaban Mataram. Makam leluhur Mataram di berbagai lokasi dirawat baik, memonumentasi jasa-jasa Sinuhun PB VI juga dilakukan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Akhir-akhir ini saya sering memohon dalam doa saya, kalau segera diberi kesembuhan sakit pada kaki saya, pasti akan saya cari makam dan petilasan leluhur Dinasti Mataram yang saya dengar belum sempat diurus. Misalnya makam Pangeran Benawa II di Kabupaten Pemalang dan petilasan Sinuhun Amangkurat Agung di Banyumas”.

“Mungkin juga yang di Kabupaten Batang. Saya akan mengajak masyarakat adat setempat melapor ke kraton, kemudian melaporkan ke pihak Pemkab setempat. Seterusnya, agar ada upaya memugar makam atau petilasan. Bisa dijadikan salah satu kebanggaan masyarakat setempat, seperti halnya Astana Pajimatan Tegalarum”.

“Saya pernah melacak sampai ke Desa Ciroyom, Banyumas. Di sana, ada banyak senjata prajurit Sinuhun Amangkurat Agung. Akhirnya, pamong desa setempat merawat senjata itu dan membangun tempat menyimpan secara khusus. Tetapi, kabarnya kena musibah longsor, beberapa hari lalu,” tutur KRA Subagyo Teguh Wirotaruno.

Dalam beberapa kali percakapan saat iMNews.id mengubungi Ketua Pakasa Cabang Tegal itu, Kanjeng Bagyo mengaku, dirinya masih punya rencana yang belum bisa terwujud, karena terhalang luka di kakinya, akibat kecelakaan di jalan, beberapa tahun lalu. Salah satunya, ingin bersilaturahmi ke Desa Ciroyom.

Menurut Ketua Pakasa Cabang tegal yang akrab disapa “Kanjeng Bagyo” itu, dirinya punya agenda perjalanan yang belum bisa terwujud, dan akan diwujudkan seandainya dalam waktu dekat diberi kesembuhan kakinya. Dia berencana ingin ke Kabupaten Batang, untuk menginisiasi memuliakan makam/petilasan leluhur Mataram di situ.

Begitu juga, makam Pangeran Benawa II di Kabupaten Pemalang dan ingin melihat langsung musibah tanah longsor yang ikut merusakan bangunan tempat menyimpan sejumlah senjata peninggalan prajurit Sinuhun Amangkurat Agung. Disebutkan, Sinuhun Amangkurat I itu sempat dirawat di Desa Ciroyom, karena terluka akibat perang.

SUDAH BERHASIL : Kabupaten Kudus sudah berhasil memuliakan jasa-jasa para leluhurnya dengan taman Menara Kudus yang lengkap dengan masjid dan makam Sunan Kudus. Pakasa Cabang Kudus yang dipimpin KRA Panembahan Didik, juga akan memuliakan makam Pangeran Puger dengan event haul. (foto : iMNews.id/dok)

“Saya sudah lega, bisa ikut memuliakan Astana Pajimatan Tegalarum. Apalagi, setelah Gusti Moeng atas nama kraton mau mendengar permintaan warga Kabupaten Tegal. Kraton mengizinkan masyarakat Tegal merawat Astana Tegalarum. Jasad Sinuhun Amangkurat dan seluruh keluarganya tidak dipindah ke Imogiri,” jelas KRA Subagyo.

Dedikasi dan upaya Ketua Pakasa Cabang Tegal ini, mirip dengan perjuangan “Plt” Ketua Pakasa Kudus untuk menginisiasi berbagai kegiatan memuliakan makam Pangeran Puger yang ada di Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Menurut KRA Panembahan Didik Gilingwesi Hadinagoro, Pakasa Cabang Kudus akan punya agenda kegiatan andalan.

Setelah bisa mengetahui lokasi makam Pangeran Puger, menurut KRA Panembahan Didik akan segera diinisiasi berunding dengan pamong makam di Astana Pajimatan yang ada di Desa Demaan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Seterusnya akan dirancang agenda ritual haul dan nyadran sebagai event andalan Pakasa di waktu mendatang.

Semangat memuliakan yang akan memberi manfaat banyak bagi publik secara luas ini, juga sudah diinisiasi Pakasa Cabang Magelang dalam dua tahun berturut-turut hingga bulan “Ruwah” yang baru saja lewat. Bahkan, bisa memuliakan makam/petilasan RAy Kleting Kuning, yang ada dua makam terpisah di Kabupaten Magelang.

Makam/petilasan putri Sinuhun Amangkurat Agung yang ada di Astana Pajimatan Pucanganom, Kecamatan Srumbung dan Astana Pajimatan Paremono, Kecamatan Mungkid ini, yang disadran bersama oleh sejumlah elemen, di antaranya Pakasa Cabang Magelang yang dipimpin KRT Bagiyono Rumeksonagoro selaku ketuanya.

Sementara, “makam” RAy Kleting Kuning yang ada di Astana Pajimatan Tegalarum juga disadran rombongan dari Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin GKR Timoer Rumbai Kusumadewayani di bulan Ruwah ini. Dan makam atau petilasan Ki Penjawi di Desa Pati Lor, Kecamatan Kota, Kabupaten Pati, pasti juga disadran.

BELUM DIKENAL : Wajah kompleks Astana Pajimatan Desa Demaan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, adalah makam Pangeran Puger yang belum banyak dikenal publik secara luas. Pakasa Cabang Kudus, akan memuliakan makam tokoh leluhur Dinasti Mataram ini dengan event haul/nyadran di waktu mendatang. (foto : iMNews.id/dok)

Dari agenda safari nyadran yang dilakukan “Bebadan Kabinet 2004” Kraton Mataram Surakarta, memang banyak lokati makam yang tidak mendapat kunjungan rombongan kraton pada kalender “Ruwahan” tahun Jimawal 1957 tahun 2024 ini. Karena, agenda safari tahun ini hanya 6-7 kali, padahal tahun 2023 lebih dari 12 kali perjalanan.

Termasuk yang ada di wilayah Kabupaten Pati yang memiliki jumlah lokasi makam tokoh leluhur Dinasti Mataram paling banyak, yaitu lebih 11 titik lokasi. Dalam agenda perjalanan nyadran/haul tahun ini hanya dilakukan di makam Syeh Jangkung, Ki Ageng Bagus Kuncung, Sunan Prawoto dan Kyai Ageng Ngerang.

Di Kabupaten Banjarnegara, event “Grebeg Sadran Agung Adisara” di Desa Glempang, Kecamatan Mandiraja, sukses dengan dukungan prajurit Nguntara Praja dan Korsik Sura Praja Pakasa Cabang Jepara. Ketua Pakasa cabang menyebut, di wilayahnya juga punya makam/petilasan Ki Ageng Penjawi di Desa Kebanaran, Kecamatan Mandiraja. (Won Poerwono-habis/i1).