Semua Jasad Para Tokoh Leluhur Dinasti Mataram Sudah Dipindah ke Astana Pajimatan Imogiri
SURAKARTA, iMNews.id – Perjalanan safari “Nyadran” tombongan Kraton Mataram Surakarta yang dipimpin Gusti Moeng, libur sehari pada Rabu (14/2) hari ini, setelah mengawali agenda ritual ziarah di bulan “Ruwah” di hari pertama di beberapa titik lokasi makam baik di Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten, Selasa (13/2).
Kesempatan “libur” sehari dari kegiatan safari “Nyadran” itu, untuk memberi kesempatan melakukan “coblosan” atau pemungutan suara untuk Pemilu serentak yang digelar secara nasional dalam sehari, Rabu (14/2) hari ini. Kamis (15/2) besok, “Bebadan Kabinet 2004” Kraton Mataram Surakarta akan melanjutkan safari “Nyadran” ke Astana Pajimatan Imogiri.
Menurut KPH Bimo Djoyo Adilaga selaku Bupati Juru-Kunci Astana Imogiri dan Kutha Gedhe saat ditanya iMNews.id menjelaskan, Kamis (15/2) rombongan kraton akan melanjutkan safari “Nyadran” ke Astana Pajimatan Imogiri di Bantul (DIY), Kutha Gedhe, kompleks makam Banyu Sumurup serta satu kompleks makam lagi yang semuanya ada di wilayah DIY.
Kompleks Astana Pajimatan Imogiri di Kabupaten Bantul (DIY), adalah makam para raja Mataram mulai dari Raja Mataram pertama Panembahan Senapati, Raja Mataram kedua Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma hingga Mataram Kartasura dan makam Raja Mataram ke-22 (di Surakarta) yaitu Sinuhun PB XII. Di kompleks makam itu, juga ada zona makam raja-raja dari Kraton Jogja.
“Hampir semua makam raja-raja Mataram dan garwa prameswarinya, dijadikan satu di Astana Pajimatan Imogiri. Termasuk jasad eyang prameswari Kangjeng Ratu Beruk (istri Sinuhun PB III-Red). Jadi, yang ada di sini hanya petilasannya saja. Banyak yang begitu. Termasuk jasad Kebo Kenanga, yang dijadikan satu di Astana Pajimatan Butuh, Sragen,” ujar Gusti Moeng.
Penjelasan singkat Gusti Moeng itu diberikan saat iMNews.id mengikuti safari “Nyadran” rombongannya di Astana Pajimatan Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Selasa sore (13/2). Di sebuah cungkup makam makam yang di dalamnya ada makam keluarga Pangeran Djungut itu, ada sebuah bekas kijing atau nisan yang sudah dibongkar.
Di satu petak pusara yang sudah tidak ada kijing atau nisannya itu, tinggal papan nama yang bertuliskan “Kanjeng Ratu Beruk”. KPP Hernowo Wijoyo Adiningrat yang duduk di dekat papan nama istri permaisuri Sinuhun PB III itu menyebut, di dalamnya sudah kosong karena jasadnya disatukan di Astana Pajimatan Imogiri, berdampingan dengan makam Sinuhun PB III.
“Jasadnya sudah lama dipindah berdampingan para nata, yaitu raja-raja Mataram di Imogiri sana. Tetapi, Astana Pajimatan Ngawonggo ini ‘kan menyimpan sejarah. Dulu pernah menjadi tempat peristirahatan prameswari-dalem Sinuhun PB III. Dan yang jelas, makam ini menjadi saksi tokoh-tokoh leluhur yang sudah berjasa bagi masyarakat Ceper ini”.
“Itu yang saya maksudkan. Kalau tidak ada warga dekat yang mau merawat makamnya, tetapi harus diakui bahwa industri cor logam Ceper sampai dikenal luas, karena jasa-jasa para tokoh Dinasti Mataram yang dimakamkan di Astana Pajimatan Ngawonggo. Itu yang perlu dipahami dan patut diketahui masyarakat Kecamatan Ceper dan Kabupaten Klaten,” ungkap KPP Hernowo.
Di tempat terpisah, Dr Purwadi selaku peneliti sejarah dari Lokantara Pusat di Jogja yang juga menjadi ketuanya juga membenarkan, bahwa semua raja Mataram dan para garwa prameswarinya sudah dijadikan satu di Astana Pajimatan Imogiri. Kalau di kompleks makam di luar Imogiri masih ada, itu tinggal sebagai “petilasan” saja.
“Kalau ada yang meyakini masih ada dan menjadi perhatian publik terutama peziarah, bisa bikin bingung dan merugikan Astana Pajimatan Imogiri. Tetapi soal masyarakat di lingkungan Astana Pajimatan Ngawonggo kurang ramah (memperhatikan) terhadap keberadaan bekas tempat bersemayam Kangjeng Ratu Beruk itu, itu hal biasa kalau beda sudut pandangnya terhadap makam”.
“Kemudian soal jasa-jasa beberapa tokoh yang dimakamkan di situ telah mengedukasi masyarakat menjadi dikenal sebagai sentra industri cor logam, itu patut menjadi pertimbangan untuk keperluan edukasi. Saya akan ikut melakukan kajian sejarah. Yang intinya, biar ketemu hubungannya yang masuk akal atas fakta-fakta sejarah itu,” ujar Dr Purwadi.
Sementara itu, agenda safari “Nyadran” Kraton Mataram Surakarta yang dilaksanakan “Bebadan Kabinet 2004” yang akan berlanjut di kesempatan kedua, Kamis (15/2) besok ke Astana Pajimatan Imogiri dan beberapa lokasi makam lain di wilayah terdekat, yang diagendakan untuk tahun 2024 ini tidak sebanyak yang dilakukan di tahun 2023 lalu.
Untuk tahun ini, dari agenda yang sudah disusun, hanya ada enam kali perjalanan yaitu Selasa (13/2), Kamis (15/2), Minggu (18/2), Kamis (22/2), Minggu (25/2) dan terakhir Kamis (7/3). Namun, tiap hari perjalanan safari, ada dua atau tiga rombongan utusan kraton yang melakukan “Nyadran” di dua atau tiga lokasi secara bersamaan di hari yang sama.
Di antara yang sudah disebut dalam agenda, yaitu safari “Nyadran” pada Minggu (18/2) dilakukan dua rombongan terpisah. Yaitu yang menuju beberapa titik makam di Kabupaten Grobogan yang jarak lokasinya berjauhan, misalnya dari makam Kyai Ageng Selo. Di Kabupaten Ponorogo (Jatim) juga demikian, ada beberapa lokasi yang jaraknya berjauhan dari makam Bathara Katong. (won-i1).