Ritual “Ngisis Wayang” di Dalam, di Luar Ada 200-an Personel TNI AU Resik-resik Kraton

  • Post author:
  • Post published:August 10, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:5 mins read
You are currently viewing Ritual “Ngisis Wayang” di Dalam, di Luar Ada 200-an Personel TNI AU Resik-resik Kraton
NGISIS WAYANG : Gusti Moeng bergeser ke gedhong Sasana Handrawina untuk memimpin ritual "ngisis wayang" Kiai Mangu, siang tadi, setelah menerima 200-an personel TNI AU yang hendak kerja-bhakti resik-resik kraton. (foto : iMNews.id/dok)

Minggu (13/8), Agenda Ziarah ke Makam Sinuhun Amangkurat Agung di Tegal

SURAKARTA, iMNews.id – Walau satu demi satu sudah terlaksana, agenda kegiatan Kraton Mataram Surakarta yang tersisa di bulan Sura Tahun Jawa Jimawal 1957 ini masih padat. Tadi pagi mulai pukul 07.00 WIB, sekitar 200-an personel TNI AU dari pangkalan Adi Sumarmo, Boyolali melakukan bhakti sosial dengan resik-resik lingkungan kraton hingga pukul 10.00 WIB. Hampir bersamaan dengan berakhirnya kerja-bhakti, langsung disusul pelaksanaan upacara adat “ngisis wayang” sekaligus “jamasan” wayang dari kotak Kiai Mangu, yang diketahui mengalami kerusakan cukup banyak.

“Ini tadi yang dimioskan kotak Kiai Mangu. Beberapa waktu lalu sudah dimioskan saat ngisis wayang. Saat itu diketahui banyak sekali anak wayang yang rusak, tetapi belum bisa direparasi. Saat 10 Sura kemarin (iMNews.id, 28/g/2023) kotak kiai Mangu dimioskan lagi untuk pergelaran wayang kulit. Upacara adat ngisis Kamis ini kami keluarkan lagi. Karena, reparasi hanya bisa dilakukan saat kotak wayang mios dalam upacara adat. Pembetulannya juga harus di tempat, waktu itu. Sebelum ngisis wayang tadi, ada 200-an personel TNI AU Adi Sumarmo kerja-bhakti di sini,” ujar Gusti Moeng menjawab pertanyaan iMNews.id, siang tadi.

BHAKTI SOSIAL : Sekitar 200 personel TNI AU pangkalan udara Adi Sumarmo, Boyolali, melakukan bahakti sosial berupa kerja-bhakti resik-resik lingkungan Kraton Mataram Surakarta. Kedatangan para prajurit TNI itu, diterima Gusti Moeng dan KPH Edy Wirabhumi di Bangsal Smarakata, Kamis pagi tadi. (foto : iMNews.id/dok)

Diakui Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat yang punya nama lengkap GKR Wandansari Koes Moertiyah itu, agenda acara dan kegiatan selama bulan Sura tahun Jimawal 1957 sejak tanggal 1 benar-benar padat, hingga harus berbagai dengan para pejabat “Bebadan Kabinet 2004”, termasuk para “keponakan” yang sudah masuk di jajaran Bebadan mendapat tugas sebagai utusan Kraton Mataram Surakarta. Selain kegiatan rutin di internal kraton yang berupa upacara adat, sejak sebelum 2017, selama 2107-2022 dan di tahun 2023 ini merupakan waktu yang terus meningkat kepadatan agenda acara di luar kraton yang harus dilayani.

Seperti Minggu (6/8), kraton mengirim rombongan utusan-dalem yang dipimpin putra mahkota KGPH Hangabehi untuk berziarah sekaligus ritual mengganti selubung atau “larab langse” di makam Kyai Lembah Manah, termasuk di dalamnya beberapa bregada prajurit yang diperlukan untuk mengarak uba-rampe dalam prosesi kirab menuju makam. Selasa (8/8), Gusti Moeng dan rombongan kecil menghadiri dua acara di dua tempat terpisah beda kabupaten, di antaranya peresmian dan syukuran berakhirnya pemugaran lingkungan kompleks makam Kyai Ageng Butuh di Astana Pajimatan Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.

AGENDA SURA : Khataman Alqur’an pada Rabu malam (9/8), merupakan salah satu agenda kegiatan spiritual religi di bulan Sura yang digelar di Bangsal Smarakata. Rombongan 35 orang warga Pakasa Cabang Magelang yang dipimpin KRT Bagiyono Rumeksonagoro (Ketua Cabang) untuk kali pertama hadir dalam acara yang sudah lama dinanti-nantikan itu. (foto : iMNews.id/dok)

Karena jarak berjauhan, acara haul wafatnya Eyang Djayengrono di Desa Pulung Merdika, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo (Jatim), diwakilkan utusan-dalem yang dipimpin KPP Bambang Kartiko. Ritual haul yang dihadiri Wabup Ponorogo Listyarita SH itu, didukung 50-an prajurit dari beberapa bregada yang dikirim Kraton Mataram Surakarta. Pakasa Cabang Ponorogo memiliki sejumlah agenda di bulan Sura, dan ada beberapa di antaranya yang bersinergi dengan Kraton Surakarta dalam pelaksanaannya. Setelah haul Eyang Djayengrono, Rabu (9/8) digelar wilujengan dengan “Seribu Ingkung” dan Kamis (10/8) gelar “Serenade Reog Obyog” yang melibatkan 320 “Dhadhak-Merak”.

Dalam waktu bersamaan, Kamis (10/8) sejak pukul 07.00 WIB tadi, Kraton Mataram Surakarta punya agenda pelaksanaan kerja-bhakti 200-an personel TNI AU dari pangkalan Adi Soemarmo, Boyolali. Dalam kesempatan itu, Gusti Moeng didampingi KPH Edy Wirabhumi (pimpinan Lembaga Hukum Kraton Surakarta) sempat memberikan sambutan di depan para prajurit TNI AU. Titik lokasi yang dibersihkan dalam kerja-bhakti itu dibagi tiga zona, satu di dalam kraton dan dua di luar kraton yang antara lain halaman Kamandungan dan halaman Pendapa Pagelaran yang ditunggui Gusti Timoer dan Gusti Devi.

SERIBU INGKUNG : Salah satu wujud syukur masyarakat Kabupaten Ponorogo terutama warga Pakasa cabang yang dipimpin KRAA MN Gendut Wreksodiningrat itu, adalah kenduri wilujengan dengan “Seribu Ingkung” yang digelar, Kamis (10/8) siang tadi. (foto : iMNews.id/dok)

Sebelum kerja-bhakti dan ritual “ngisis wayang”, agenda Rabu malam (9/8) adalah khataman Alqur’an yang digelar kraton di awal bulan Sura di Bangsal Smarakata. Acara spiritual religi di bulan Sura yang ditandai dengan makanan khas “Jenang Sungsum” itu, sebagai cirikhas kraton dalam menggelar khataman Alqur’an pada Rabu pertama setelah “wilujengan nagari 17 Sura” yang simbolnya “Jenang Berlauk” atau “Jenang Suran”. Khataman kali ini dihadiri rombongan 35 warga Pakasa Cabang (Kabupaten) Magelang yang dipimpin ketuanya, KRT Bagiyono Rumeksonagoro dan santri warga Pakasa dari Cepogo, Cabang Boyolali.

Agenda berikutnya adalah ritual ganti selubung atau “Larab Langse” makam Sinuhun Amangkurat Agung di Astana Pajimatan Tegalarum, Desa Paseban, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Slawi/Tegal, Minggu (13/8). Upacara adat penggantian selubung pusara ini akan dilaksanakan dengan prosesi kirab yang didukung prajurit dari Kraton Mataram Surakarta. Sebelum ada peristiwa 2017, ritual “Larab Selambu” makam Sinuhun Amangkurat selalu diramaiakan dengan berbagai kegiatan, termasuk pengajian, pentas wayang kulit, pasar malam dan prosesi kirab, tetapi vakum karena ada “gangguan teknis” sejak 2017 apalagi selama ada pandemi Corona. (won-i1)