Kirab Haul Eyang Jayengrono, “Harus” Jadi Event Budaya-Religi Rutin Tiap Tahun

  • Post author:
  • Post published:August 9, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:7 mins read
You are currently viewing Kirab Haul Eyang Jayengrono, “Harus” Jadi Event Budaya-Religi Rutin Tiap Tahun
PIDATO PELEPASAN : Wabup Ponorogo Listyarita didampingi KRAA MN Gendut Wreksodiningrat (Ketua Pakasa cabang) dan istri serta beberapa sentana-dalem utusan dari Kraton Mataram Surakarta, saat menyampaikan pidato pelepasan prosesi korab di depan kantor Desa Pulung Merdika, Selasa (8/8) siang kemarin. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Gusti Moeng Hadiri Peresmian Renovasi Makam Kyai Ageng Butuh

PONOROGO, iMNews.id – Prosesi kirab mengarak uba-rampe ritual haul Raden Tumengggung (RT) Djayengrono “harus” menjadi event budaya-religi yang digelar rutin tiap tahun, sebagai ungkapan rasa terima kasih warga Kabupaten Ponorogo khususnya di Kecamatan Pulung, atas jasa dan ketokohan dalah seorang leluhur Dinasti Mataram itu. Ritual haul untuk kali pertama disertai prosesi kirab dan kali pertama melibatkan prajurit Kraton Mataram Surakarta itu, digelar di Desa Pulung Merdika, Selasa (8/8/2023) siang dan dihadiri Wakil Bupati Ponorogo, Listyarita yang melepas kirab seusai berpidato.

Dalam ritual peringatan wafat ke-245 tahun tokoh yang berjasa di masa Sinuhun PB II jumeneng nata (1727-1749) itu, Bupati Ponorogo Sugiri Sancaka tidak hadir dan diwakili Wabup Listyarita, sedangkan GKR Wanwansari Koes Moertiyah diwakili beberapa sentana-dalem di antaranya KPP Bambang Kartiko dan KP Siswanto Adiningrat. Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat Kraton Mataram Surakarta yang semula dikabarkan akan hadir di ritual haul RT Djayengrono itu, pada saat yang sama Selasa siang kemarin, memenuhi undangan panitia peresmian pemugaran makam Kyai Ageng Butuh di Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Sragen.

TIBA DI LOKASI : Prosesi kirab mengarak uba-rampe ritual haul dan ziarah yang dipimpin para prajurit Kraton Mataram Surakarta, tiba di depan gerbang kompleks makam Eyang Djayengrono di Astana Pajimatan Desa Pulung Merdika, Selasa (8/8) siang kemarin. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Saat akan dimulai pemugaran dan penambahan fasilitas pendukung, beberapa waktu lalu, panitianya sudah datang ke kraton bertemu saya minta izin dan doa restu untuk keperluan itu. Tetapi, waktu peresmiannya baru diberitahukan mendadak. Itu saja saya harus datang di acara yang digelar di Kabupaten Ngawi. Ya, terpaksa mewakilkan kanjeng-kanjeng sentana-dalem. Maaf. Lain waktu pasti kami akan datang. Yang di makam Kyai Butuh itu, pembukaan segaligus peresmian oleh Bupati Sragen. Saya mendapat tugas berbicara di pembukaan Festival Bengawan Sore dan mbedhol gunungan untuk disertakan dalam kirab menuju bengawan,” jelas Gusti Moeng yang dimintai konfirmasi iMNews.id, pagi tadi.

Sementara itu, jalannya prosesi kirab kali pertama untuk memeriahkan haul ke-245 Eyang RT Djayengrono, Selasa siang kemarin, mengundang antusiasme warga Kabupaten Ponorogo khususnya Kecamatan Pulung, berbondong-bondong datang di rute kirab dan tempat pelepasan kirab di kantor Kelurahan Pulung Merdika dan kompleks makam yang jaraknya sekitar 500 meter di belakang kantor kelurahan. Prosesi kirab yang diikuti berbagai elemen masyarakat setempat dan tentu saja, 7 unit “Dhadhak-Merak” berbunga-bunga khas seni reog Ponorogo itu, membuat barisan lumayan panjang walau rute kirab jauhnya hanya sekitar 2 KM.

MENGENAKAN KOSTUM : KRAT Sunaro Suro Agul-agul, punya kesibukan di belakang layar saat berlangsungnya kirab ritual haul Eyang Djayengrono, Selasa (8/8) siang kemarin. Selaku Ketua II Pakasa cabang, ia menunggui para prajurit dari Kraton Mataram Surakarta yang sedang berdandan mengenakan kostum beberapa bregada yang disertakan. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Wakil Bupati (Wabup) Listyarita dalam sambutannya juga berharap, agar kemasan budaya dalam kegiatan ritual religi ini bisa memberi manfaat banyak bagi masyarakat setempat dan juga Pemkab, terutama upaya pelestarian budaya. Dia menyampaikan ucapan terimakasih atas antusias masyarakat yang begitu besar untuk melestarian seni budaya sekaligus menghargai nilai-nilai peninggalan para leluhur, partisipasi semua elemen masyarakat dan juga dari Kraton Mataram Surakarta yang telah mendukung kegiatan itu dengan hadirnya prajurit untuk memimpin prosesi kirab.

“Ini kirab yang pertama di acara haul Eyang Djayengrono, sekaligus yang pertama menghadirkan prajurit dari Kraton Surakarta. Ini wujud kecintaan masyarakat Ponorogo, khususnya masyarakat Desa Pulung Merdika terhadap Kraton Mataram Surakarta. Karena antusiasme warga sangat tinggi dan nilai keindahannya sangat tinggi, maka kami berharap event ini harus digelar rutin tiap tahun dan selalu menyertakan prjaurit kraton. Kami yakin, ini akan memberi manfaat sangat banyak bagi warga desa, kecamatan dan Kabupaten Ponorogo. Di antaranya, manfaat secara ekonomi,” tandas KRAT Sunarso Suro Agul-agul, menjawab pertanyaan iMNews.id.

SYUKURAN PEMUGARAN : Gusti Moeng hadir dalam acara syukuran peresmian pemugaran kompleks makam Kyai Ageng Butuh di Astana Pajimatan Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kebupaten Sragen, Selasa (8/8) siang kemarin. Teras cungkup makam tampak baru, menjadi peneduh semua yang akan berziarah di situ. (foto : iMNews.id/dok)

Pernyataan Ketua II Pakasa Cabang Ponorogo yang juga Ketua Paguyuban Reog “Katon Sumirat” yang diwawancarai di sela-sela prosesi kirab itu, juga dibenarkan Kepala Desa (Kades) Pulung Merdika, KRT Suroso Hadinagoro yang ikut menunggui sekitar 50-an prajurit yang sedang berdandan mengenakan kostumnya di halaman masjid di dekat kantor desa, sebelum kirab, siang kemarin. Menurut Kades KRT Suroso, haul sudah lama diadakan dan rutin tiap tahun, tetapi baru kemarin itu disertai prosesi kirab yang tidak hanya diikuti sejumnlah elemen masyarakat setempat, tetapi diperkuat prajurit dari Kraton Mataram Surakarta.

Kirab yang dilepas Wabup Listyarita dengan kibasan bendera start di depan kantor desa pukul 14.00 WIB, hanya butuh waktu sekitar 40 menit untuk sampai di kompleks makam Eyang RT Djayengrono yang jaraknya hanya sekitar 2 KM. Sebelum prosesi kirab tiba di depan gapura kompleks makam, 7 unit reog dan Jathilan beraksi di situ menyambutnya. Sebuah prosesi yang meriah karena karakter musik iringan reog yang heboh, tetapi tetap indah dan menarik untuk prosesi ritual yang kemudian membutuhkan keheningan dan kekhidmatan dalam doa, dzikir dan tahlil yang dilakukan saat Wabup dan rombongan melakukan tabur bunga.

MENGARAK UBA-RAMPE : Setelah “mbedhol gunungan”, Gusti Moeng membawanya sambil mengarak uba-rampe gunungan dari kompleks makam ke lapangan Desa Gedongan, lalu diteruskan menuju ke Bengawan Sala dalam “Festival Bengawan Sore” yang digelar kali pertama menandai selesainya pemugaran makam Kyai Ageng Butuh, Selasa (8/8) siang kemarin. (foto : iMNews.id/dok)

Pakasa Cabang Ponorogo yang dikenal dengan Cabang “Gebang Tinatar”, menjadi elemen baku dalam penyelenggaraan event ritual yang dimeriahkan dengan kirab budaya itu. Ketua pakasa cabang, KRAA MN Gendut Wreksodiningrat dan istri, tentu mengawal tokoh-tokoh penting yang hadir sejak upacara pembukaan dimulai di lokasi start prosesi kirab, hingga doa, dzikir dan tahlil berlangsung di cungkup depan pusara Eyang RT Djayengrono. Menurut KRAT Sunarso, acara haul Eyang Djayengrono dan ulang tahun Pakasa Ponorogo akan menjadi bagian dari event Grebeg Suro, tahun 2024.

Seusai prosesi kirab haul Eyang Djayengrono, Selasa kemarin, KRAT Sunarso menyebutkan Rabu (9/8) hari ini berlanjut dengan rangkaian acara berikut, yaitu kenduri dengan “Seribu Ingkung” ayam dan Kamis (10/8) besok, gelar 300 unit “Dhadhak-Merak” reog Ponorogo untuk memerihkan ulang tahun ke-7 Pakasa Cabang “Gebang Tinatar” (Kabupaten Ponorogo) yang jatuh tanggal 13 Agustus. Sementara itu, nanti malam Kraton Mataram Surakarta menggelar khataman Alqur’an di Bangsal Smarakata yang antara lain akan dihadiri rombongan 35 warga Pakasa Cabang Magelang yang dipimpin ketuanya, KRT Bagiyono Rumeksonagoro. (won-i1)