Nanti Malam Gelar Ringgit Wacucal Tradisi 10 Sura, Mengambil Lakon “Cakranagara”

  • Post author:
  • Post published:July 28, 2023
  • Post category:Regional
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing Nanti Malam Gelar Ringgit Wacucal Tradisi 10 Sura, Mengambil Lakon “Cakranagara”
WAYANGAN KLASIK : Kraton Mataram Surakarta akan kembali meneruskan pentas pakeliran gaya klasik konvensional khas Surakarta yang kurang lebih seperti yang dilakukan KGPH Puger, beberapa waktu lalu. Melalui momentum 10 Sura Tahun Jimawal 1957, Jumat (28/7) nanti malam tradisi upacara adat wayangan itu digelar di Bangsal Smarakata. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Sabtu Siang Besok, Penandatanganan MoU Antara MAKN dengan Universitas Trisakti

SURAKARTA, iMNews.id – Nanti malam mulai pukul 20.00 WIB, Jumat (28/7/2023) hari ini, Kraton Mataram Surakarta akan menggelar kesenian ringgit wacucal purwa sedalu natas dengan mengambil lakon “Cakranagara” di Bangsal Smarakata, yang berada di dalam wilayah sakral kedhaton. Pementasan wayang kulit semalam suntuk dari repertoar Serat Pustaka Raja Purwa itu, akan disajikan dalang Ki RT Nata Adipura SSn MA, menggunakan sekotak wayang koleksi kraton Kiai Mangu dan gamelan Kiai Pamedharsih. Pentas wayang tradisi kraton tiap datang tanggal 10 Sura, untuk memperingati “gugurnya” Sayyidina Husein, cucu Nabi Muhammad SAW.

Pentas wayang kulit sebagai tradisi di Kraton Mataram Surakarta yang digelar saat menginjak waktu tanggal 10 Sura Tahun Baru Jimawal 1957 yang tepat pada Jumat (28/7) nanti malam, mulai dihidupkan kembali sejak tahun 2010 setelah lama sekali vakum. Setelah kerja Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat terhenti sejak 2017 ditambah pandemi Corona hingga 2022, begitu ada peristiwa “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton” di tanggal 17 Desember 2022, tradisi wayang rutin yang sebenarnya untuk memperingati wafat cucu Nabi Muhammad SAW itu, di tahun 2023 ini mulai diadakan kembali, bahkan didahului dengan doa, dzikir dan tahlil.

WAYANG KIAI MANGU : Sekotak wayang pusaka Kiai Mangu akan dikeluarkan untuk upacara adat wayangan 10 Sura yang akan digelar secara terbatas di Bangsal Smarakata, Jumat (28/7) nanti malam. Sekotak wayang itu, belum lama dikeluarkan Gusti Moeng dalam ritual “ngisis wayang”, karena sudah lama sekali tersimpan dalam ruang tertutup. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Karena pentas wayang kulit itu merupakan tradisi kraton di bulan Sura atau Muharam, maka suasananya lebih kental nuansa spiritual religinya. Abdi-dalem karawitan Dr Joko Daryanto yang dimintai konfirmasi iMNews.id pagi tadi membenarkan, Sekotak anak wayang yang akan digunakannyapun adalah wayang pusaka Kiai Mangu, iringannya adalah seperangkat gamelan Kiai Pamedharsih yang “laras”nya “Slendro”. Biasanya pentas seperti ini paling sering digelar di Pendapa Sitinggil Lor, Pendapa pagelaran Sasana Sumewa atau di Pendapa Sasana Mulya, tetapi Gusti Moeng menghendaki malam nanti digelar di Bangsal Smarakata, yang didahului tahlilan.

“Sebagai salah seorang abdi-dalem yang mendapat dhawuh ikut bertugas nanti malam, saya sangat senang. Apalagi, tugas mengiringi wayangan tiap tanggal 10 Sura yang telah menjadi tradisi di Kraton Mataram Surakarta sejak lama. Tetapi, dari kajian yang saya lakukan, pentas wayang 10 Sura ini pernah berhenti lama. Tetapi karena banyak saran dan masukan kepada kraton (Gusti Moeng-Red), pentas wayang ini digelar kembali rutin. Saya sangat mendukung, karena kraton kembali mempelopori pertunjukan wayang yang klasik dan konvensional dan khas kraton. Dan ini penting ditunjukkan di zaman modern ini,” ujar Dr Joko.

BANGSAL SMARAKATA : Bangsal Smarakata yang akan menjadi ajang pentas wayang ritual 10 Sura Tahun Jimawal 1957, Jumat (28/7) nanti malam, dalam keseharian selalu menjadi berbagai ajang kegiatan internal yang sifatnya terbatas, misalnya “gladen” tari anggota Sanggar Pawiyatan Beksa Kraton mataram Surakarta. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Setelah agenda wayangan “Suran” nanti malam, Sabtu (29/7) besok ada agenda acara makan siang kalangan anggota Majlis Adat Kraton Nusantara (MAKN) dan rombongan pimpinan dari Universitas Trisakti, Jakarta di “gedhong” Sasana Handrawina Kraton Mataram Surakarta. Di acara yang akan digelar siang besok, akan ada penandatanganan MoU antara pengurus DPP MAKN yang dipimpin KPH Edy Wirabhumi selaku ketua umum, dengan Rektor Universitas Trisakti, dalam kerjasama di bidang pendidikan, kebudayaan dan pariwisata.

Ika Poespawinasis selaku staf KPH Edy Wirabhumi yang dihubungi iMNews.id di tempat terpisah pagi tadi menyebutkan, rombongan tamu dari dua lembaga yang akan dijamu makan siang di kraton sekitar 80-an orang. Tetapi diperkirakan akan bertambah karena ada sebuah keluarga dari Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat yang merupakan bagian dari keluarga besar Kraton mataram Surakarta, terutama keluarga putra mahkota KGPH Hangabehi. Pejabat Sekretaris Badan Kesbangpol Kabupaten Kaimana bernama Jafar Werfete bersama rombongan yang di antaranya keluarga besarnya, akan ikut hadir di acara itu.

PASANGAN KERABAT : Pasangan Jafar Werfete dan Ratna Sri Daryanti adalah suami-istri kerabat Kraton Mataram Surakarta, karena istri Sekretaris Badan Kesbangpol Pemkab Kaimana (Papua Barat) itu, adalah kakak ipar putra mahkota KGPH Hangabehi. Tokoh dari Papua yang menjadi bagian dari keluarga besar kraton itu, besok akan diwisuda mendapat gelar kekerabatan.(foto : iMNews.id/dok)

“Saya mengusulkan kakak ipar, mas Jafar Werfete itu untuk mendapatkan gelar kekerabatan. Kenapa saya mengusulkan suami kakak perempuan saya itu, karena dia sudah menjadi keluarga besar Kraton Surakarta. Karena posisinya sebagai menantu kraton atau kakak ipar saya. Apalagi, pengabdiannya terhadap NKRI melalui jabatannya sebagai ASN di Kabupaten Kaimana (Papua Barat), perlu diapresiasi dengan gelar pengikat kekluargaan itu. Saya baru sekarang berani mengusulkan, karena ada yang mendahului dan tidak elok saya sebutkan jati diri dan pintu mana yang dilalui,” tutur KGPH Hangabehi yang dihubungi iMNews.id, kemarin

Putra mahkota yang akrab disapa Gusti Behi itu lebih lanjut menjelaskan, dirinya termasuk yang mengusulkan pejabat Sekretaris Badan Kesbangpol Pemkab Kimana itu untuk mendapatkan gelar kekerabatan terhadap Jafar Werfete, yang tak lain adalah kakak ipar suami Ratna Sri Daryanti yang merupakan kakak kandungnya. Sedangkan upacara penyerahan “kekancingan” berisi gelar kekerabatan itu, diagendakan berlangsung di akhir rangkaian acara makan siang rombongan angggota MAKN dan Universitas Trisakti itu, besok siang. (won-i1)