Ilegal, Bil Ada Kegiatan di Luar Kendali Pengageng Sasana Wilapa
SURAKARTA, iMNews.id – Rabu (19/4) siang tadi mulai pukul 10.00 WIB, Kraton Mataram Surakarta membagikan “kekucah” setiap menyambut datangnya Hari raya Idhul Fitri, berupa bingkisan Lebaran yang berbagai kebutuhan dapur, termasuk zakat dan fitrah. Ada 335 paket bingkisan lebaran yang sudah dibagikan sesuai jumlah abdi-dalem garap dan sentana-garap yang terdaftar, yang hadir pada pisowanan kecil yang digelar Pengageng Sasana Wilapa di Bangsal Smarakata.
Meski pisowanan kecil baru dimulai pukul 10.15 WIB, tetapi pembagian “fitrah” sudah dilayani para staf kantor Pengageng Sasana Wilapa sebelum pukul 10.00 WIB, yang membuka meja layanan di bawah lantai Bangsal Smarakata. Abdidalem Ebit Pramudijanto, Lucky Arwanto dan Solichin yang melayani pembagian fitrah atau “kekucah”, terutama kepada sekitar 80-an abdidalem prajurit, karawitan, Kebon Darat, sanggar-sanggar dan pejabat “Bebadan Kabinet 2004”.
Begitu semua sudah berkumpul di Bangsal Smarakata, pisowanan kecil dibuka langsung Gusti Moeng dan dilanjutkan dengan sambutan pengantar singkat. Di kesempatan itu ditegaskan, bahwa kembalinya Pengageng Sasana Wilapa memegang pimpinan otoritas di Kraton Mataram Surakarta, sekaligus diberitahukan bahwa yang bekerja di kraton secara resmi kembali pada “Bebadan Kabinet 2004”.
“Apabila ada yang nekat melakukan aktivitas di sini diluar kendali atau tidak sepengatahuan/tak seizin Pengageng Sasana Wilapa, itu berarti ilagal. Saya tegaskan sekali lagi, itu ilegal!. Biar saja saya sebut demikian. Karena, mereka pernah menyebarkan berita lewat medsos, bahwa Lembaga Dewan Adat (LDA) itu ilegal. Terus, banyak peristiwa yang diviralkan, menuduh LDA ilegal”, tandas Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa/Ketua Lembaga Dewan Adat.
“Tadi malam (Rabu malam, 18/4), ada seorang kerabat yang ndhawuhke ngirim zakat di sini. Ya itu yang saya sebut ilegal. Karena itu bukan agenda resmi Kraton Mataram Surakarta. Jadi saya tegaskan lagi, mulai 17 Desember 2022, Bebadan Kabinet 2004 kembali menjadi otoritas resmi yang dilindungi aturan hukum yang sah. Semua kewenangan resmi dan legal kembali ke Pengageng Sasana Wilapa,” tambah Gusti Moeng.
Dalam kesempatan itu juga ditegaskan, bahwa penyelenggaraan dan pelaksanaan ritual hajad-dalem Garebeg Syawal, sepenuhnya berada di bawah otoritas Pengageng Sasana Wilapa. Termasuk pelibatan semua abdidalem prajurit. Seperti yang terjadi saat tingalan jumenengan, ada satu kesatuan prajurit yang ikut beraktivitas di luar kendali Pengageng Sasana Wilapa, apabila terjadi lagi saat pelaksanaan upacara adat Garebeg Syawal nanti, ditandaskan sebagai aktivitas ilegal.
Peraih penghargaan “The Fukuoka Culture Prize Award” dari Jepang di tahun 2012 atas ketokohannya dalam pelestarian seni budaya peninggalan peradaban Mataram/Jawa itu juga menegaskan, sejak Bebadan Kabinet 2004 terbentuk, kraton berupaya melahirkan sebuah lembaga resmi dan legal secara hukum nasional. Tetapi, pemerintah RI melalui Kemendagri mengeluarkan SK kepada Sinuhun PB XIII dan Maha Menterinya kepada Sinuhun dan KGPH Tedjowulan.
“Kami menggugat melalui pengadilan (PTTUN), karena dua figir itu bukan aparat (ASN) atau pegawainya. Keduanya tidak berada di dalam struktur pemerintahan di tingkat apapun, kenapa diberi SK Kemendagri? Yang bener aja?. Maka, kami (LDA) menggugat. Dan putusan Mahkamah Agung menegaskan, SK Kemendagri itu dinyatakan tidak berlaku. Dan LDA tidak bisa dibubarkan. Pengadilan Negeri Surakarta malah mngeluarkan surat penetapan keputusan MA, khususnya tentang status LDA. Jadi, LDA sangat legal,” tunjuk Gusti Moeng menegaskan.
Dalam kesempatan itu, Gusti Moeng menyerahkan secara simbolis bingkisan Lebaran berisi zakat plus dan fitrah kepada dua abdi-dalem wanita tertua dari bidang tugas “Pecaosan”. Berturut-turut, secara simbolis bingkisan juga diberikan oleh sentana-dalem KPP Wijoyo Adiningrat (Wakil Pengageng Mandra Budaya) kepada abdi-dalem karawitan dan prajurit, GRAy Devi kepada abdi-dalem penari bedaya yang antara lain diterima Ika Prasetyaningrum (Lurah Bedaya) dan sebagainya.
Menjawab pertanyaan iMNews.id, Gusti Moeng menyebutkan, bingkisan Lebaran untuk para abdidalem juru kunci makam Astana Pajimatan Imogiri, Bantul dan Kutha Gedhe, Jogja (DIY), sudah dikirimkan via ekspedisi untuk 80-an paket. Sedangkan yang diserahkan ke Masjid Agung, Rabu malam tadi, adalah dari pribadi Sinuhun PB XIII, sebagai kewajiban menggenapi sebutan gelarnya sebagai seorang pemimpin agama atau “Khalifatullah Sayidin Panatagama”.
Menurutnya, Kamis malam (20/4) besok masih ada bingkisan yang akan dibagikan di Bangsal Smarakata. Untuk upacara adat Garebeg Syawal, Kraton Mataram Surakarta akan mengeluarkan sepasang hajad-dalem Gunungan untuk didoadakan di Masjid Agung, Minggu pagi (23/4). Sepasang Gunungan itu, siang tadi masih dirangkai di teras Koken Gandarasan. Sementara, pekerjaan teknis memperbaiki sayap utara Bangsal Magangan, juga masih berlangsung.
“Suasana seperti ini sangat membahagiakan bagi semuanya, khususnya para abdidalem. Karena, mereka ini para pelaku pelestari seni budaya. Dan, itu semua bagian dari kehidupan masyarakat adat dan upaya pelestarian secara adat. Sinuhun PB III, telah memberi teladan itu semua. Karena, beliau punya kelompok-kelompok seniman di berbagai daerah,” sebut Dr Purwadi, peneliti sejarah dari Lokantara (Jogja) yang sedang berbincang dengan KPH Raditya Lintang Sasangka (Ketua Sanggar Pasinaon Pambiwara). (won-i1)