SP MN X Juga “Sowan” untuk Memenuhi Kewajiban Secara Adat
SURAKARTA, iMNews.id – Upacara adat tingalan jumenengandalem ke-19 SISKS Paku Buwana (PB) XIII berlangsung lancar dan melegakan siang tadi mulai pukul 08.00 – 12.30 WIB, setelah peristiwa “perdamaian” dicapai 3 Januari (iMNews.id, 3/1/2023). Meskipun, ada suasana sukacita di satu sisi, tetapi di sisi lain juga terlihat raut wajah agak “kecewa” di sisi lain dan kurang memuaskan sesuai harapan, yang menjadi bagian dari proses “perdamaian” itu.
Perbedaan antara berbagai suasana itu tampak sekali saat mencermati di sesi paling akhir setelah seluruh rangkaian upacara tingalan jumeneng itu berakhir, yaitu sesi penyampaian ucapan selamat yang diteruskan dengan foto bersama di Bangsal Parasedya, tempat Sinuhun PB XIII duduk di kursi bersandar saat upacara berlangsung hingga berakhir. Di situ, suasana sukacita sangat kelihatan bagi tokoh-tokoh yang merasa mendapatkan kesempatan untuk diperhatikan, sementara tampak sekali wajah kurang bersemangat bercampur dengan kecewa di antara tokoh-tokoh yang selama ini diupayakan untuk tampil dan mendapatkan perhatian.
Tokoh-tokoh yang tampak bersukacita, adalah mereka yang selama ini merasa mendapat kesempatan dekat dengan Sinuhun PB XIII dan punya “misi pribadi” jauh ke depan, tampak saat berfoto bersama Sinuhun dan KGPAA Mangkunagoro (MN) X serta beberapa pihak yang memanfaatkan kegembiraan di ujung upacara adat, siang itu. Sementara, kesempatan seperti itu tak kunjung diperoleh putra mahkota tertua, KGPH Hangabehi yang tampak ikut antre menunggu giliran menyampaikan ucapan selamat dan berfoto bersama.
Sesi berfoto dengan Sinuhun di Bangsal Parasedya, menjadi sesi yang memakan waktu lumayan panjang karena begitu banyaknya pihak yang ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk sekadar tampil atau kelihatan berfoto dengan Sinuhun. Di kerumunan yang semakin besar di lokasi sakral itu, tidak tampak Gusti Moeng, Gusti Timoer, Gusti Ayu dan sejumlah pimpinan bebadan yang sebelumnya mengikuti Gusti Moeng berjuang di luar kraton selama 5 tahun lebih hingga datang momentum 17 Desember 2022, dalam “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton” (iMNews.id, 18/12/2022).
Suasana yang tampak dari wajah-wajah kurang bahagia karena jalannya upacara adat ini tak sesuai dengan harapan, tentu tampak pada tokoh-tokoh para pengageng bebadan yang bertugas menjadi panitia di bagian pengaturan tempat duduk dan menjaga tata-tertib semua yang sowan, di berbagai sudut wilayah kedhaton dan wilayah sakral kedhaton di sekitar Pendapa Sasana Sewaka yang digunakan untuk mendukung upacara adat tingalan. Meskipun tidak semua tempat itu terpenuhi oleh masyarakat adat yang sowan, tetapi masih terlihat berbagai jenis pelanggaran, mulai dari suarana HP berdering di teras Paningrat, suara balita merengek dan busana yang tidak sesuai dengan gelar kepangkatannya.
Namun, persentasi pelanggaran tata-tertib ini mungkin hanya berkisar di bawah 15 persen. Yang terasa kurang menyenangkan adalah soal pengaturan waktu, yang sudah disepakati para abdidalem termasuk para prajurit yang berproses bersama di antara yang sowan, antara pukul 08.00 hingga 09.00 WIB. Tetapi masih ada tamu yang datang di atas pukul 09.00 WIB, bahkan Sinuhun PB XIII dan pengiringnya baru tiba menjelang pukul 10.00 WIB.
“Kami bersama rombongan Pakasa Cabang Pati, sangat senang bisa ikut sowan dalam upacara tingalan jumenengan. Ini yang pertama bagi kami, jauh sebelum Pakasa cabang terbentuk, dan setelah 21 tahun saya pernah ikut sowan bersama para leluhur generasi ketiga dari Sinuhun PB X. Mudah-mudahan, ini akan menjadi awal yang baik bagi kraton, bagi Pakasa dan bagi masyarakat luas bangsa Indonesia, serta lebih luas lagi,” harap KRAT Mulyadi Puspopustoko selaku Ketua Pakasa Cabang Pati, saat bertemu iMNews.id bergegas masuk bus yang membawa rombongan pulang ke Kabupaten Pati, siang tadi.
Seluruh rangkaian upacara adat tingalan, selesai sekitar pukul 12.20 WIB, setelah sajian tunggal tari Bedaya Ketawang yang menampilkan semuruh penari Sanggar Pawiyatan Beksa asuhan Gusti Moeng tampil selama 120 menit. Peristiwa langka dan kali pertama dilihat ini menjadikan Ketua Pakasa Cabang Jepara, KRA Bambang Setiawan Adiningrat dan rombongan merasa takjub. Demikian pula bagi KRT Bagiyono Rumeksanagoro selaku Ketua Pakasa Cabang Magelang, yang hadir bersama sejumlah rombongannya, untuk merasakan upacara dengan sajian tunggal tarian sakral itu.
Ketua Pakasa cabang Klaten, KP Probonagoro yang membawa 200-an warganya baru kelihatan setelah upacara bubaran. Begitu juga KRAT Sukoco selaku Ketua Pakasa Cabang Nganjuk (Jatim) bersama rombongan yang sudah bersiap bersama rombongan di mobilnya untuk pulang ke daerahnya. iMNews.id tidak sempat berjumpa KRRA MN Gendut Wreksodiningrat selaku Ketua Pakasa Cabang Ponorogo (Jatim), tetapi menjumpai beberapa pengurus cabang yang berdandan prajurit Bregada Tamtama, yaitu KRAT Sunarso Suro Agul-agul ikut menyemarakkan apel penghormatan menyambut kehadiran Sinuhun PB XIII di halaman Pendapa Sasana Sewaka.
“Kami bersama 16 orang rombongan dari Pakasa Cabang Magelang, merasa bersyukur mendapat timbalan untuk sowan mengikuti upacara adat yang sakral ini. Ini suatu kebanggaan bagi kami, yang pertama kali bisa ikut sowan, merasakan langsung. Sebelumnya hanya bisa melihat dari Youtube,” ujar KRT Bagiyono Rumeksanagoro, Ketua Pakasa Magelang. “Alhamdulillah. Luar biasa. Kami bisa menyaksikan tari Bedaya Ketawang. Apalagi, kami sudah sangat rindu untuk sowan dalam upacara adat ini. Ini kami bersama rombongan meneruskan berziarah ke Astana Pajimatan Imogiri (Bantul-DIY),” tutur KRA Bambang Setiawan (Ketua Pakasa Jepara) yang mengaku habis bertemu Ketua Pakasa Nganjuk, Kediri dan Malang Raya sehabis mengikuti upacara adat. (won-i1)