Jam 08.00 WIB Semua yang Sowan Sudah Masuk Kraton
SURAKARTA, iMNews.id – Rabu malam (15/2) ini, para penari Bedaya Ketawang dipingit di sebuah tempat khusus bagi para penari dan abdidalem wanita yang bertugas yaitu Lurah Bedaya, yang bernama Panti Siaga yang letaknya di belakang Pendapa Sasana Sewaka. Esoknya mulai jam 06.00 WIB harus sudah mulai berdandan yang dibantu para abdidalem, untuk kemudian tampil di tengah upacara adat tingalan jumenengandalem SISKS Paku Buwana XIII.
Seperti sudah menjadi tradisi yang berjalan sejak lama, setiap menjelang pelaksanaan ritual tingalan jumenengan, selalu ada pertemuan para pengelola upacara yang disebut panitia, termasuk untuk persiapan ritual tingalan jumenengan besok itu, juga ada sebuah panitia yang mengadakan rapat terakhir, Senin sore (13/2). Dalam rapat kepanitiaan ini, semua unsur pimpinan “bebadan” hadir, yang kemudian memberitahukan rencana tatacara dan persyaratan upacara adat kepada para abdidalem, termasuk untuk ritual tingalan besok pagi memberitahukan kepada semua warga masyarakat adat untuk datang tepat pukul 08.00 WIB.
“Sejak dulu, yang namanya upacara tingalan jumenengan atau semua upacara adat di kraton, tidak pernah menyebar undangan kepada siapan sebagai pemberitahuan untuk hadir. Melainkan hanya diberitahu lisan melalui masing-masing pimpinan bebadan. Untuk para pejabat atau tokoh di luar masyarakat adatpun, juga tidak ada undangan dalam berbagai bentuk seperti yang kita kenal di luar kraton, misalnya undangan pernikahan. Semua upacara adat di kraton tidak ada undangan seperti itu. Semua cukup diberitahu dan semua pasti sudah tahu kewajibannya untuk hadir,” ujar Gusti Moeng dan semua pejabat “bebadan” di kraton yang pernah ditemui iMNews.id ketika ditanya soal itu.
Oleh sebab itu, ketika panitia melalui Gusti Moeng selaku Pengageng Sasana Wilapa memberikan “dhawuh” bahwa Kamis (16/2) besok semua anggota keluarga dan masyarakat adat harus sowan pukul 08.00 WIB, diharapkan semuanya hadir sesuai ketentuan itu, termasuk kalangan pengurus Pakasa Cabang yang akan berdatangan dari berbagai daerah dari yang terdekat sampai yang cukup jauh dari Surakarta. Karena, Pakasa cabang sudah terbentuk di berbagai daerah di wilayah Provinsi Jateng dan Jatim serta DIY, bahkan ada yang dari luar wilayah provinsi itu.
Tak hanya warga Pakasa cabang yang sudah mendaftar kepada panitia melalui pengurus Pakasa Punjer (Pusat), para warga masyarakat adat di luar Pakasa yang ingin sowan juga diwajibkan sudah masuk kraton pukul 08.00 WIB. Bahkan para prajurit yang akan bertugas menjalankan protokol penghormatan terhadap kehadiran Sinuhun PB XIII di tempat upacara, harus sudah mulai berdandan di kompleks Pendapa Magangan mulai pukul 06.00 WIB.
Karena semua yang sowan diwajibkan pukul 08.00 WIB sudah masuk kraton, diharapkan upacara adat tingalan jumenengan bisa dimulai pukul 08.30 WIB yang ditandai dengan ditabuhnya gamelan “pakurmatan” Monggang Ageng. Setelah itu, tepat pukul 09.00 WIB diharapkan Sinuhun PB XIII sudah tiba di tempat upacara, baik di tengah ruang Pendapa Sasana Sewaka dengan duduk di singgasana seperti ketika masih sehat sebelum 2017, atau di teras Prabasuyasa dengan duduk di kursi bersandaran seperti yang terjadi pada beberapa tahun terakhir.
Gending Ladrang Wilujeng yang diperdengarkan sepasang gamelan Selndro-Pelog, Kiai Mangunharja dan Kiai Harjabinangun, akan menjadi pertanda kedatangan Sinuhun PB XIII di tempat upacara. Beberapa saat setelah itu, akan datang para penari Bedaya Ketawang ke tengah ruang pendapa yang akan menyajikan tarian sakral Bedayang Ketawang, dengan durasi sekitar 120 menit. Ketika sudah berada di tempat masing-masing, semua yang hadir dalam pisowanan agung tingalan sudah tidak diperkenankan melakukan aktivitas apa saja.
Tidak diperkenankan berdiri dan mondar-mandir, bercakap-cakap, bersanda-gurau, tidak boleh makan/minum atau merokok dan tidak diperkenankan berfoto diri atau memotret sekitarnya, karena HP harus dimatikan. Dalam rapat koordinasi dengan para pengurus Pakasa cabang di Bangsal Smarakata, beberapa waktu lalu, Gusti Moeng menegaskan, semua larangan itu, termasuk tidak diizinkan mengajak anak balita.
Sementara itu, siang tadi mulai sekitar pukul 15.00 WIB, para raja atau perwakilan dari kraton/kesultanan/kedatuan dan pelingsir adat anggota Majlis Adat Kraton Nusantara (MAKN) dijamu Wali Kota Surakarta di Bangsal Pracimaharja, Pura Mangkunegaran. Sedangkan semua persiapan upacara itu sudah tinggal menunggu pelaksanaan saja, besok pagi, termasuk para penari Bedaya Ketawang yang mengakhiri latihan Selasa malam (14/2) dan memasuki masa “pingitan” atau dikarantina di Panti Siaga, semalam.
“Tradisi pingitan bagi para penari Bedaya Ketawang, yang kurang lebih seperti pingitan yang diberlakukan bagi pengantin putri yang di kalangan masyarakat Jawa. Saat pingitan, dahinya dipaes atau dirias. Dikerik sedikit rambutnya, hingga membentuk seperti pengantin wanita yang biasanya tampak di pelaminan itu. Intinya, pingitan dan rias yang menjadi tradisi pengantin wanita sekarang ini, meniru pingitan dan rias yang dijalani penari Bedaya Ketawang. Hampir semuanya ditiru. Termasuk busananya yang dodotan itu,” papar Lurah Bedaya, Ika Puspawinahyu yang dihubungi iMNews.id, sore tadi. (won-i1)