UNS, ISI dan TBS Ada, Atas Izin “Sang Pahlawan Sinuhun Amardika”
IMNEWS.ID – JASA-JASA Sinuhun Paku Buwana (PB) XII yang tercatat dari berbagai dokumen berupa buku dan rangkuman yang dibacakan GKR Wandansari Koes Moertiyah pada ritual khol ke-15 “Sang Pahlawan Sinuhun Amardika” (iMNews.id, 12/11/2022), dikategorikan yang terjadi selama masa revolusi (pra-NKRI) dan saat hingga pasca NKRI lahir pada 17 Agustus 1945. Disebutkan di situ, selama masa revolusi Kraton Mataram Surakarta memberikan dukungan berupa uang dan barang perlengkapan yang dibutuhkan Komando Staf Divisi II Surakarta.
Sumbangan bahan pangan untuk masyarakat yang menderita akibat revolusi, merawat laskar dan tentara rakyat korban perang, membangun Balai Pengobatan di berbagai daerah, menyediakan sejumlah gedung bangunan milik kraton untuk tempat pengusian para pejuang revolusi, merelakan bangunan Pekapalan di Alun-alun Lor untuk kegiatan instansi pemerintah, memberi izin wilayah Magangan untuk Kantor Kelurahan Baluwarti, meminjamkan kompleks Sasanamulya untuk lembaga PKJT (kini TBS-Red) dan ASKI (kini ISI-Red), meminjamkan kompleks Pendapa Pagelaran Sasanasumewa untuk kantor pusat dan kampus UNS.
“Tasih kathah malih bantuan kraton ingkang dipun paringaken Sinuhun PB XII kangge kepentingan pemerintahan RI sampai di tingkat Kota Surakarta, juga untuk masyarakat luas. Karena begitu banyaknya, tidak bisa kami sebut satu-persatu. Tetapi, ketika masa pemerintahan Orde Baru, Kraton Mataram Surakarta sampun mboten (saget) nyengkuyung arupi materi dan arta, amargi kahanan ingkang pancen mboten nyekapi,” begitu sebut GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) saat membacakan riwayat singkat perjalanan ayahandanya, Sinuhun PB XII sejak lahir 14 April 1925, jumeneng nata mulai 1945 dan wafat di tahun 2004.
Ketua LDA yang akrab disapa Gusti Moeng, juga menyebut catatan jasa-jasa, karya dan prestasi almarhum “Sang Pahlawan Sinuhun Amardika”, meskipun sudah tidak bisa memberi dukungan berupa materi dan uang kepada rezim pemerintahan Orde Baru, tetapi Kraton Mataram Surakarta masih bisa memberi dukungan secara spiritual religi yang diwujudkan dalam kirab pusaka di malam 1 Sura. Kirab sebagai bentuk cara lain masyarakat adat Jawa dalam berdoa memohon keselamatan bangsa, negara dan kraton kepada Tuhan YME itu, dicetuskan kali pertama dan diinisiasi Sinuhun PB X (1893-1939) tetapi vakum atau libur panjang karena perang revolusi dan peristiwa-peristiwa pengkhianatan PKI.
Selain mendukung dengan cara spiritual religi, tetapi masih banyak bagian dari aset-aset bangunan dan tanah milik kraton yang masih dimanfaatkan pihak lain, baik pemerintah dan masyarakat misalnya Museum Radya Pustaka dan Taman Sriwedari yang hingga kini malah jadi objek sengketa antara pihak yang mengaku ahli waris mantan Pepatihdalem Sinuhun PB X dengan Pemerintah Kota Surakarta. Atas izin almarhum “Sang Pahlawan Sinuhun Amardika”, kraton mendirikan beberapa lembaga untuk memelihara dan melestarikan budaya Jawa yang bersumber dari kraton.
Sanggar Pasinaon Pambiwara sebagai tempat bagi masyarakat luas untuk belajar segala bentuk dalam budaya Jawa, mulai tata busana, tata bahasa dan tata krama serta sejarah kraton, semua diajarkan di lembaga kursus berdurasi 6 bulan yang sejak 2017 dilayani di ndalem Kayonan, Baluwarti itu. Sanggar Pawiyatan Pedalangan juga terbuka luas bagi publik yang ingin bisa mendalang atau sekadar menikmati sebaga pecinta seni pakeliran, tempatnya ada di bale Agung, sebelah utara Alun-alun Lor atau belakang PGS.
Sanggar Pasinaon Pambiwara diizinkan Sinuhun PB XII berdiri di tahun 1993, yang sudah meluluskan sekitar 4 ribu purnawiyata yang bergabung dalam komunitas Pasipamarta. Sanggar untuk layanan publik paling tua usianya adalah Sanggar Pawiyatan Pedalangan yang berdiri sejak tahun 1960-an, tempat Ki Anom Suroto, Ki Panut Darmoko dan dalang-dalang hebat lainnya pernah belajar di situ, hingga ikut mendukung lahirnya Himpunan Budaya Surakarta (HBS) sebagai tempat mantan Menteri Penerangan Harmoko di zaman Orde Baru belajar seni pedalangan.
“Sanggar Pawiyatan Beksa di kraton juga atas seizin Sinuhun PB XII. Karena sanggar itu menjadi tempat pelestarian berbagai jenis repertoar tari khas keraton. Juga tempat mencari bibit baru penari kraton. Selisih waktunya lama setelah Sinuhun PB XII wafat, baru berdiri Sanggar Pawiyatan Tata Busana dan Paes Pengantin gaya Surakarta beberapa tahun lalu. Tetapi beberapa jenis busana, tatacara dan paes pengantin gaya Surakarta itu, asalnya dari kraton yang diizinkan Sinuhun PB XII untuk ditiru masyarakat luas,” sebut Gusti Moeng dalam sebuah wawancara dengan iMNews.id, beberapa waktu lalu. (Won Poerwono-bersambung/i1)