Pendapa Pagelaran Jadi Ajang Halal-bihalal Lebih Seribu Warga Minang

  • Post author:
  • Post published:July 18, 2022
  • Post category:Regional
  • Reading time:3 mins read

Terbentuk Tiga Tahun Lalu, Baru Kini Bisa Bersilaturahmi

SURAKARTA, iMNews.id – Lebih seribu warga “Minang” yang tergabung dalam organisasi Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM) Sumatera Barat yang tinggal di sejumlah daerah di Solo Raya, Minggu siang (17/7) kemarin melepas kerinduannya untuk bersilaturahmi dan berhalal-bihalal bersama. Tempat yang dipilih dan dipinjam, adalah Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa yang selama ini menjadi “markas besar” segala kegiatan yang digelar Lembaga Dewan Adat (LDA) untuk menjadia eksistensi dan pelestarian Kraton Mataram Surakarta.

Menjawab pertanyaan iMNews.id yang menghubungi tadi siang, GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua LDA sekaligus Pengageng Sasana Wilapa yang menjadi tuan rumah menyebutkan, pertemuan keluarga besar warga Minang dalam suasana halal-bihalal di Pendapa Pagelaran berlangsung meriah dan berkesan. Sebagai tuan rumah, pihaknya merasa mendapat kehormatan ada keluarga besar komponen bangsa dan elemen kebhinekaan bangsa ini memanfaatkan fasilitas yang dimiliki Kraton Mataram Surakarta, bahkan diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutan di acara itu.

“Sebagai Ketua LDA sekaligus Pengageng Sasana Wilapa, saya mewakili kraton menyampaikan penghargaan dan ikut berbahagia karena lebih seribu warga Minang bisa berkumpul dan berhalal-bihalal di Pendapa Pagelaran. Karena, panitia menyebutkan membentuk paguyuban ini sekitar 3 tahun lalu. Ketika mau menggelar halal-bihalal yang pertama, sudah dihadanbg pandemi Corona. Maka, acara Minggu siang itu, adalah halal-bihalal yang pertama sejak paguyuban dibentuk. Mereka senang bisa berkumpul semua di Pagelaran. Kamipun sebagai elemen kebhinekaan bangsa ini, tentu ikut gembira,” papar Gusti Moeng yang juga Sekretaris Jenderal (Sekjen) Forum Komunikasi dan Informasi Kraton Nusantara (FKIKN).

Disebutkan, warga Minang yang mencari kehidupan dan tinggal di Solo Raya hingga jumlahnya lebih seribu itu, rata-rata sudah bermukim di perantauan lebih 30 tahun, bahkan ada yang lebih dari 40 tahun. Selain mengadu nasib yang rata-rata di bidang tata niaga, seperti dagang kuliner dengan warung-warung masakan Padang, dagang sandang di Pasar Klewer, ada yang menjadi anggota DPRD atau sudah menyatu sebagai warga di daerah masing-masing di wilayah Solo Raya.

“Bahkan, anak-cucu mereka ada banyak yang menguasai seni budaya lokal. Seperti sajian hiburan/perunjukan di acara kemarin itu, disajikan tari Gambyong Pareanom (khas Pura Mangkunegaran-Red). Itu pertanda generasi keturunan mereka sudah berbaur dengan penduduk asli Jawa. Maka tidak aneh, banyak yang menguasai seni budaya Jawa. Saya ikut gembira dan bangga. Tetapi saya berpesan wani-wanti kepada IKM, walau berada di tempat perantauan, jangan sampai melupakan seni budaya dan adat tradisi dari tanah asalnya. Karena, itu modal kebhinekaan yang akan memberi kekayaan warna-warni budaya kita. Di manapun tinggalnya,” pinta Gusti Moeng. (won-i1)