Paling Menggembirakan Selama 3 Tahun Dilanda Pandemi Corona
SURAKARTA, iMNews.id – Prosesi ritual Malem Selikuran yang digelar Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta, Jumat malam (22/4) mulai pukul 21.00 WIB, berlangsung dalam suasana terang-benderang dan cuaca cerah. Ritual menyambut turunnya wahyu Ilahi yang dikenal dengan lailathul qadar atau Malam Seribu Bintang pada Ramadhan tahun 2022 ini, terhitung paling meriah dan menggembirakan sejak 3 tahun dilanda pandemi Corona dan membuat kegiatan upacara adat itu sempat tanpa kirab sekali pada tahun 2021.
Kegembiraan semua yang hadir pada ritual Malem Selikuran Jumat malam itu, bisa dilihat dari wajah-wajah para pesertanya yang mencapai 1.200 orang walau sudah dibatasi tiap Pengurus Pakasa cabang hanya diizinkan mengirim 5 orang perwakilan. Kegembiraan suasana kegiatan spiritual religi itu tentu karena, para pesertanya termasuk komplet mulai dari kalangan putra-putri dalem, sentana dalem, abdi dalem garap, warga Pakasa cabang hingga unit-unit sajian seni religinya, mulai dari grup santiswaran, samroh terbangan warga pesantren, bregada pecut Paguyuban Reog Ponorogo Pakasa Gebang Tinatar, bregada prajurit Korp Musik drumbad hingga pembawa lentara atau ting berwarna-warni serta hajad dalem tumpeng sewu.
Setelah semua peserta lengkap berkumpul di Pendapa Pagelaran Sasana Sumewa pukul 21.00 WIB, barisan kirab segera ditata dan kira-kira 20 menit kemudian diberangkatkan. Diatur sejumlah personel Satlantas Polresta Surakarta dan dikawal aparat keamanan gabungan dari Polresta, Polsek Pasar Kliwon, Koramil pasar Kliwon dan berbagai elemen di Kota Surakarta lainnya, barisan kirab dilepas dari halaman Pendapa Pagelaran, berjalan kaki menuju Lawang Gapit Lor atau Kori Brajanala Lor.
Nyaris Memenuhi Pendapa
Sampai di pintu gerbang utara itu, barisan kirab melewati halaman Kamandungan lalu memutari jalan lingkar dalam Baluwarti. Limaratusan peserta kirab yang berjalan dengan kecepatan 5 KM/jam, butuh waktu sekitar 40 menit untuk keluar dari Baluwarti lalu menuju kagungandalem masjid Agung Keraton Mataram Surakarta. Sebelum dilepas, di Pendapa Pagelaran ada upacara kecil untuk menyampaikan ujub (perintah) jalan, oleh KGPH Mangkubumi kepada Bupati Lampah KRAP Sinawung.
Sesampai di masjid, beberapa ancak berisi tumpeng sewu, sega langgi, sega wuduk dan semua uba-rampanya sebagian besar dibawa ke tengah pendapa masjid. Di situ, sudah menunggu GKR Wandansari Koes Moertiyah selaku Ketua LDA, GKR Timoer Rumbai, KGPH Mangkubumi beberapa wayahdalem dan para sentanadalem juga sudah siap di utara meja tempat menaruh hajadalem Malem Selikuran. Sementara, seribuan orang dari berbagai elemen, juga sudah duduk lesehan hampir memenuhi pendapa Masjid Agung.
Segera saja, juru pambiwara KRA Siswanto membuka acara dan mempersilakan Gusti Moeng selaku penanggungjawab ritual untuk menjalankan tugas. Tugas Gusti Moeng, adalah meminta KGPH Mangkubumi untuk merintahkan kepada KRAP Sinawung untuk menyampaikan ujub (inti) ritual malam itu. Segera saja, KRAP Sinawung menyampaikan perintah kepada abdidalem jurusuranata KRT Hamidi Pujodiprojo untuk memimpin doa wilujengan Malem Selikuran.
Terkesan Senyap
Tak begitu lama doa selesai, dan Gusti Moeng menyampaikan sambutan sambutan tunggal. Isinya ucapan terima kasih kepada semua pihak yang hadir dan membantu terselenggaranya upacara itu hingga berjalan lancar dan aman. Dia juga berharap bisa bertemu lagi pada upacara adat malem Selikuran pada Ramadhan 2023, dalam suasana dan penyelenggaraan ritual lebih baik lagi.
“Kula ngaturaken panuwun, panjenengan sadaya kersa rawuh nyengkuyung upacara adat malem Selikuran menika. Kula ugi ngaturaken panuwun dumateng sadaya ingkang sampun mbiyantu lampahipun kirab lan upacara, ngantos rampung, lancar, mboten wonten alangan setunggal menapa. Mugi-mugi, kula lan panjenengan saget pinanggih malih wonten upacara lailathul qadar, Malem Selikuran, ing Ramadhan tahun 2023. Wasana matur nuwun. Konduripun nderekaken wilujeng ngantos dumugi papanipun piyambak-piyambak,” pinta Gusti Moeng yang langsung disambut ucapan Amin…..Amin….Amin…oleh semua yang hadir.
Sebagai tanda berakhirnya ritual sekitar pukul 23.00 WIB malam itu, semua yang hadir dipersilakan menerima sebungkus nasi wuduk dari tumpeng sewu yang telah didoakan. Upacara yang meriah dan menggembirakan selepas “dikekang” pandemi Corona ini, terasa berbeda dengan upacara sejenis yang digelar sebelumnya dari dalam keraton dan didoakan di masjid, karena terkesan senyap tanpa suara samroh terbangan, drumband prajurit dan karawitan santiswaran sebagai ciri khas Malem Selikuran. (won-i1)