Alqur’an Berbahasa Jawa Karya PB X Akan Diterbitkan LDA

  • Post author:
  • Post published:November 6, 2021
  • Post category:Regional
  • Reading time:4 mins read

Menandai Peringatan 90 Tahun Usia Pakasa yang Lahir 29 November 1931

SOLO, iMNews.id – Untuk menandai genap 90 tahun usia organisasi kekerabatan dan budaya bernama Paguyuban Kawula Keraton Surakarta (Pakasa) yang lahir pada 29 November 1931, organisasi yang kini dipimpin KPH Edy Wirabhumi selaku Pangarsa Punjer (Pimpinan Pusat) itu akan menggelar hajad peringatan hari jadinya. Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta sebagai induk kelembagaan masyarakat adat yang menaunginya, akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan peringatan hari jadi Pakasa, yang akan ditandai dengan peluncuran buku Alqur’an modern yang menggunakan bahasa Jawa latin.

‘’Dalam catatan saya, Alqur’an yang masuk ke Indonesia bersamaan dengan penyebaran Islam, kemudian diterjemahkan dalam bahasa Melayu. Tetapi, karya semasa Sinuhun PB X jumeneng (1893-1939) itu sungguh berbeda. Bahkan mungkin kali pertama yang saya ketahui, Alqur’an yang ayat-ayatnya menggunakan aksara Jawa. Dari wujud fisik itu, LDA menugaskan kepada kami untuk menyusun kembali, dengan menyandingkan antara yang berhuruf asli (Arab) dengan yang berhuruf latin dalam bahasa Jawa,’’ ujar KRT Ahmad Faruk Reksabudaya MFilI, anggota tim penyusun Alqur’an Jawa modern, menjawab pertanyaan iMNews.id, kemarin.

Menurut abdidalem ‘’kanca kaji’’ Keraton Mataram Surakarta ini, upaya merekonstruksi peninggalan sejarah Mataram Islam berupa karya Alqur’an beraksara Jawa itu, sudah dimulai sejak 2016. Tetapi baru dikoordinasikan dengan Kemenag menjelang 2020, langsung didera pandemi Corona yang membuat upaya menggali ‘’mutiara terpendam’’ ini terkatung-katung lima tahunan.

Hal tersebut dibenarkan GKR Wandansari Koes Moertiyah atau Gusti Moeng selaku Ketua LDA Keraton Mataram Surakarta, yang ditemui iMNews.id di kantornya, belum lama ini. Menurutnya, LDA sudah sejak lama mendapat laporan adanya beberapa lembar halaman naskah asli ‘’Kur’an Jawi’’ (Alqur’an Jawa), yang tersimpan di Museum Radya Pustaka di kompleks Taman Sriwedari eks Kebon Raja.

Jadi Kebanggaan Peradaban

Karena dianggap menjadi karya langka yang meyakinkan terhadap eksistensi Keraton Mataram Islam, terutama peran dan jasanya dalam syi’ar Islam di Jawa sebagai kelanjutan karya para Wali, LDA berniat merekonstruksi dan mengupayakan agar karya itu bisa bermanfaat bagi kehidupan secara luas. Setidaknya, lanjut Pengageng Sasana Wilapa itu, bisa menjadi kebanggaan peradaban, bangsa dan negara, terutama untuk keperluan edukasi di bidang spiritual religi dan pengetahuan kepustakaan.

‘’Saya sudah membentuk tim yang melibatkan banyak pihak, dari akademisi, Kemenag dan sejarawan. Tapi ya itu, baru bisa melangkah sedikit, langsung dihadang pandemi Corona. Ini tampaknya sudah terbuka jalan terang untuk meneruskan. Mudah-mudahan bisa menjadi penanda yang baik peringatan 90 tahun Pakasa. Karena, (Alqur’an Jawa modern) akan kami luncurkan saat itu,’’ harap Gusti Moeng yang didampingi RM Restu Setiawan yang juga anggota tim penyusun.

Baik Gusti Moeng, KRT Ahmad Faruk maupun RM Restu menegaskan, Alqur’an Jawa modern yang disusun kembali menjadi lengkap, sama sekali tidak ada proses kerja menerjemahkan atau membuat tafsir. Melainkan hanya memilah dan memilah antara terjemahan dan tafsir yang sudah ada, yaitu karya pujangga/spiritualis religi dan cerdik-pandai/otoritas keraton semasa Sinuhun PB X yang menggunakan aksara Jawa dan penjelasan makna berbahasa Jawa, sebagai sandingan isi asli beraksara dan berbahasa Arab.

Bentuk susunan Alqur’an Jawa yang bisa disebut modern itu, menurut KRT Ahmad Faruk terletak pada penjelasan atas makna ayat-ayat karya para tokoh spiritual religi, pujangga dan otoritas ‘’nagari’’ (Mataram Surakarta) yang disajikan dalam bahasa Jawa beraksara latin, untuk memudahkan dalam membaca dan memahaminya. Meski ada beberapa versi penjelasan yang disandingkan, tetapi jumlah halaman Alqur’an Jawa modern nyaris tidak berubah dibanding jumlah halaman Alqur’an aslinya, yaitu sekitar 600 halaman.

‘’Dalam dokumen Kur’an Jawi yang kami temukan, tertulis pengarangnya adalah Tanzilummirrabil’ alamin (Kur’an iku) dhawuh terang saka Allah, Pangeraning ngalam kabeh). Alih bahasa oleh Kyai R Bagus Ngarpah/Kyai Sastra Adirengga. Editornya, Ng Wirapustaka (Ki Padmasusastra-Pujangga Jawa). Penyalinnya, Ki Ranasubaya. Supervisornya KRA Sasradiningrat IV yang merupakan pepatih dalem nagari Mataram Surakarta. Yang memberi izin otoritas pemerintah Sinuhun PB X, pada tahun 1835 (Jawa) atau tahun 1905 M,’’ papar dosen pengajar di IAIN Ponorogo itu. (won)