Dipetakan Ada 3 Calon Selain yang Sudah Ditetapkan Sesuai Paugeran Adat
SURAKARTA, iMNews.id – Sampai hari ketiga, Selasa (4/10) siang tadi sejak saat Sinuhun PB XIII wafat, Minggu pagi (2/11), suasana masa berkabung di Kraton Mataram Surakarta semakin ramai dikunjungi para pelayat. Mulai dari masyarakat umum, tokoh pemerintahan hingga hingga keluarga besar keturunan Dinasti Mataram yang tergabung dalam “Catur Sagatra” yaitu Kraton Jogja, Mangkunegaran dan Pakualaman.
Kalau KGPAA Mangkunagoro (MN) X dari Kadipaten Mangkunegaran sudah mendahului melayat Senin, (3/11), Sri Sultan HB X dari Kraton Jogja dan KGPAA Pakualam (PA) IX dari Kadipaten Pakualaman, masing-masing dengan rombongan, datang melayat ke “Kraton lebih tua penerus Mataram Islam di Surakarta”, Rabu (4/11) siang tadi. Gubernur dan Wakil Gubernur (Wagub) DIY itu tidak datang bersamaan, tetapi lebih dulu KGPAA PA IX.
Sri Paku Alam (PA) IX mengawali datang melayat di kraton sekitar pukul 11.00 WIB. Rombongan itu disambut KGPH Hangabehi dan KGPH Puger di Kori Kamandungan. Sementara Gusti Moeng beserta seluruh jajaran, Gusti Ayu, KPH Edy Wirabhumi, setelah menyambut lalu mendampingi Wali Kota Respati Ardidi Kori Sri Manganti Lor. KGPH Hangabehi dan KGPH Puger mengantar rombongan Kadipaten Pakualaman sampai di Bangsal Parasedya.
Sesampai di dekat teras Paningrat Lor Pendapa Sasana Sewaka, istri beberapa putra/putri Sinuhun PB XIII juga sudah menyambut. Wagub DIY dan istri itu lalu didampingi untuk mendoakan jenazah di dekat peti dan membuat dokumentasi foto bersama. Kira-kira sejam kemudian, rombongan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX tiba di teras Kamandungan yang disambut beberapa tokoh di atas secara estafet.

Rombongan Gubernur DIY dan GKR Hemas juga diantar ke Bangsal Parasedya, lalu dipandu masuk ke dalaman depan Bagsal Marcukunda. Karena disitu, KGPH Hangabehi dan putri/putri Sinuhun PB XIII, KGPH Puger mendampingi Sri PA IX sudah menunggu di situ. Mereka semua menyambut Sri Sultan HB X dan rombongan, lalu memandunya sampai di kursi di depan peti jenazah, yang khusus disediakan untuk para tamu kehormatan.
Seperti yang dilakukan Sri Paduka PA IX, para kerabat dari “Bebadan Kabinet 2004” dan putra/putri Sinuhun PB XIII yang dipimpin putra tertua KGPH Hangabehi, ikut memandu para kerabat dari Kraton Jogja yang melakukan penghormatan terakhir di depan peti jenazah Sinuhun PB XIII. Gusti Moeng, Gusti Ayu, Gusti Puger dan KGPH Hangabehi tampak ikut memandu protokol penghormatan setelah doa dilakukan.
Rombongan Gubernur dan Wagub DIY baru menjelang pukul 13.00 WIB berpamitan meninggalkan kraton melalui rute semula. Semua tokoh tuan rumah yang berduka mengantarkan secara berantai sampai di teras Kori Kamandungan. Sementara, masyarakat berbagai lapisan di Surakarta dan dari luar Surakarta, terus mengalir datang melayat. Giliran berdoa di depan jenazah sempat dihentikan, saat Gubernur dan Wagub DIY berdoa.
Sore dan malam ini, dipastikan akan semakin banyak para pelayat berdatangan dari berbagai lapisan masyarakat. Misalnya dari kalangan elemen Pakasa Cabang Kudus, yang ingin datang berdoa sore tadi, karena saat prosesi upacara pelepasan jenazah dan upacara pemakaman di Astana Pajimatan Imogiri, belum tentu bisa hadir. Begitu juga kalangan kampus dari Jogja, seperti Potan Rambe dari Universitas Respati.

“Kami sudah mengajak warga Pakasa yang juga Majelis Taklim melakukan shalat ghaib, Senin malam (3/11) kemarin. Kebetulan pas jadwal pengajian warga Majelis Taklim Pedangkungan. Tetapi, sebisa mungkin ada perwakilan yang datang melayat di kraton, (Selasa) sore hari ini,” ujar KRRA Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonegoro (Ketua Pakasa Cabang Kudus), yang menghubungi iMNews.id, Senin malam (3/11).
Selain Universitas Respati, Dr Ir Iskandar Yasin (Dekan FT UST/Unsarwi) Jogja juga membenarkan kampusnya mengirim ungkapan dukacita melalui karangan bunga sebelum datang langsung, Rabu pagi (5/11) besok di Astana Imogiri. Meski secara pribadi sudah melayat di kraton sejam hari duka pertama, Minggu (2/11), peneliti sejarah Ketua Lokantara, Ki Dr Purwadi bisa disebut menjadi representasi nama besar kampus UNY.
Sementara itu, dari jajaran “Bebadan Kabinet 2004” menyebutkan, malam ini Gusti Moeng mengagendakan rapat lengkap untuk membahas upacara pelepasan jenazah, Rabu pagi besok. Termasuk meyakinkan penggunaan mobil jenazah untuk mengantar jenazah Sinuhun PB XIII, dari depan rumah dinas Wali Kota, Loji Andrung, menuju Astana Pajimatan Imogiri. Mobil jenazah dari PMS, akan menggantikan kereta kuda dari kraton.
Selain kereta jenazah dari Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) sebagai kesan “netral” dari afiliasi kelompok “manapun”, Bebadan Kabinet 2004 juga menyediakan tiga bus besar untuk para pelayat. Konvoi mobil pribadi semua yang melayat terutama keluarga besar dari kraton, tentu sudah diperkirakan dan diatur. Selain itu, tatacara adat protokol pelepasan jenazah jelas disiapkan, yaitu iringan karawitan.

Selain teknis upacara pelepasan jenazah dan pemakaman di Astana Pajimatan Imogiri, ada hal penting yang menyertai suasana masa berkabung di Kraton Mataram Surakarta. Yaitu “membanjirnya” informasi yang menyinggung soal proses alih kepemimpinan atau suksesi, dari Sinuhun PB XIII kepada penggantinya yang akan jumeneng nata sebagai Sinuhun PB XIV. Karena, banyak yang memperkirakan akan memberi efek “panas”.
Meski dua kerabat sentana, yaitu KPP Wijoyo Adiningrat dan KPP Nanang Soesilo Sindoeseno Tjokronagoro tak mau mengedepankan masalah “suksesi” untuk dibahas karena dianggap belum saatnya, tetapi keduanya sama-sama mengkhawatirkan kejadian di tahun 2004 akan terulang. Mengingat, di berbagai platform media sosial dan di beberapa media mainstream, sudah “membanjir” informasi soal gejala “persaingan panas”.
Dugaan “persaingan panas” itu, karena bisa dimungkinkan terjadi karena di antara informasi yang dilempar ke ruang publik melalui berbagai platform media itu, sudah mengarah pada nama-nama beberapa tokoh di internal Kraton Mataram Surakarta. Maka, dua sentana trah darah-dalem di atas mengkhawatirkan proses suksesi kali ini, berpotensi mengulang perpecahan akibat persaingan “Raja Kembar” di tahun 2004.
Bahkan yang didengar sentana trah darah-dalem lain, KPP Haryo Sinawung Waluyoputro, nama-nama yang akan bersaing itu sudah muncul dua tokoh muda dan dua tokoh generasi orangtuanya. Dua tokoh senior itu adik Sinuhun PB XIII, salah satunya pernah “bersaing” dalam peristiwa “Raja Kembar” di tahun 2004. Sedang satunya, adik kandung Sinuhun PB XIII yang juga “berminat”, karena punya pengalaman sebagai “Kondhang”.

“Saya tidak tahu sebenarnya bagaimana proses dua tokoh senior itu muncul. Tetapi, dari medsos dan setiap perbincangan yang terjadi, antara lain membahas dua nama itu. Tetapi, seperti Gusti Moeng sebagai pimpinan kami, ‘kan sudah punya pengalaman mengurus proses suksesi di tahun 2004. Dan kelihatannya, beliau tetap teguh memgang paugeran adat. Hanya ada satu yang sesuai paugeran itu untuk didukung”.
“Karena beliau pimpinan kami dan kamipun juga memiliki pandangan yang sama serta keyakinan yang sama harus berpegang pada paugeran adat, maka kami juga mendukung sikap teguh Gusti Moeng untuk menjaga nilai-nilai paugeran adat. Karena, tata-nilai adat itu sudah digariskan secara turun-temurun dari zaman Mataram kali pertama didirikan. Kami harus menghormati itu,” tegas Wakil Pengageng Karti Praja itu.

Walau KPP Haryo Sinawung yang dsempat “ngobrol” dengan iMNews.id siang tadi, menyebut isu persaingan panas 4 kandidat itu makin menjadi bola liar yang panas, tetapi banyak pula yang meyakini akan ada jalan keluarnya. Seperti pernyataan Sri Sultan HB X di depan para wartawan saat hendak meninggalkan kraton berharap, proses “regenerasi” (suksesi-Red) tetap dalam suasana aman, nyaman dan lancar.
Dia tentu mendengar langsung bagaimana peristiwa proses suksesi di tahun 2004 terjadi “begitu panas”. Namun dia tidak menjelaskan lebih lanjut, tetapi bergegas berpamitan untuk pulang ke Jogja. Dia juga menyatakan, telah menyampaikan ucapan dukacita baik melalui sarana komunikasi maupun saat malayat tadi. Menurutnya, Kraton Mataram Surakarta sama dengan Kraton Jogja, sebagai bagian penjaga adat dan budaya. (won-i1)









