Pagi Tadi, Pimpin Rombongan Ziarah ke Astana Pajimatan Imogiri
SURAKARTA, iMNews.id – Sinuhun (SISKS) Paku Buwana (PB) XII (1945-2004) memiliki 35 putra/putri yang lahir dari enam istri (tanpa permaisuri), dan “putra tertua” atau anak keduanya tampil menggantikan sebagai Sinuhun PB XIII (2004-sekarang). Sedangkan GKR Wandansari Koes Moertiyah (Gusti Moeng), adalah anak ke-25 dari 35 atau ke-9 dari 10 putra/putri yang lahir dari Kanjeng Ratu Ageng Pradapaningrum.
“Jadi, saya ini anak ke-25 dari 35 putra/putri beliau bapak Sinuhun PB XII. Kalau Gusti Ayu (GKR Ayu Koes Indriyah, anak ke-29. Tetapi kalau Gusti Puger (KGPH Puger), kalau tidak salah anak ke-18. Sinuhun PB XII ini adalah raja yang mengalami tiga zaman. Yaitu zaman (penjajah) Beladan, Jepang sampai zaman republik. Beliau wafat pada Jumat Wage, 11 Juni 2004,” jelas Gusti Moeng saat “pisowanan” khol ke-18.

GKR Wandansari Koes Moertiyah (Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat) menjelaskan riwayat singkat Sinuhun PB XII, dalam sambutan tunggalnya di akhir “pisowanan” ritual khol (haul) wafat “Raja” terakhir yang berpangkat “tituler” (anugerah) Letjen TNI itu. Upacara adat “khol” digelar “Bebadan Kabinet 2004” di “gedhong” Sasana Handrawina, Selasa Wage (14/10) atau 22 Bakdamulud, Tahun Dal 1959.
Gusti Moeng tidak menjelaskan lebih lanjut yang berkait dengan jumlah putra/putri Sinuhun PB XII sebanyak 35 orang itu, walaupun sebelumnya sudah sering diungkapkan dalam konteks “kerja adat”. Karena dalam konteks pelaksanaan “kerja adat” di kraton, sejak dulu hingga kini masih ada sisa-sisa potensi SDM masih cukup untuk mengurus kerja adat dan “pemerintahan”, dari keluarga inti raja dan kerabat sentana.
Sampeyan Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan (SISKS) PB XII diriwayatkan Gusti Moeng sebagai “Raja” terakhir yang mengalami tiga zaman, yaitu saat (penjajahan) Belanda, Jepang dan di zaman Republik. Dan Raja ke-22 Kraton Mataram Islam itu adalah “raja” sekaligus “Kepala Negara” pertama di dunia dari “Nagari” (monarki) Mataram Islam Surakarta yang mengakui Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
Pengakuan Sinuhun PB XII terhadap Kemerdekaan NKRI, disampaikan melalui telegram pada tanggal 18 Agustus 1945. Seperti ditulis dalam banyak dokumen termasuk buku “Suara Nurani Karaton Surakarta” (Dr Sri Juari Santoso), “Raja” atau “Kepala Negara” sekaligus “negara” pertama yang mengakui dan mendukung berdirinya NKRI itu, menurut Gusti Moeng tidak mendapatkan perlakuan (penghargaan) yang setimpal atau layak.

“Faktanya menjadi ‘Raja’ atau ‘Kepala Negara’ sekaligus ‘negara’ (kerajaan) pertama yang mengakui dan mendukung berdirinya NKRI, tetapi malah ‘disia-sia’. Kita hanya bisa bertanya, kapan pemerintah RI bisa sadar dan menjalankan amanat konstitusi (UUD 45), agar Kraton Mataram Surakarta juga bisa berjalan wajar seperti kraton-kraton lain. Tapi rupanya masih pada berebut ‘golek bathi dhewe-dhewe”.
“Kita berharap agar bangsa Indonesia secepatnya kembali pada jati diri kita sendiri. Termasuk masyarakat adat pelestari Budaya Jawa, yang memiliki jati diri budaya yang lahir dari Kraton Mataram Surakarta. Dan, kraton-kraton di Nusantara ini, sebenarnya adalah jati diri bangsa dan negara ini. NKRI ini isinya ya kraton-kraton itu. Sinuhun PB III membangun Panggung Sangga Buwana, sudah melihat jauh ke depan”.

“Coba kalau ada waktu longgar, lihat ke puncak paling atas di atas kubah Panggung Sangga Buwana ada apa?. Di sana ada simbol ular ditunggangi orang yang ‘menthang langkat’. Simbol seperti itu disebut ‘Sengkala Memet’. ‘Sengkalan’ itu menunjukkan tahun yang bisa dihitung dengan memahami makna simbol yang berbunyi “Naga Muluk Tinitihan Janma” yang menunjuk tahun (Jawa) 1636 atau 1945 (kalender Masehi)”.
“Artinya, Sinuhun PB III (1749-1788) bisa melihat jauh ke depan, yaitu di tahun 1945. dua ratus tahun kemudian ada sesuatu, terjadi perubahan. Yaitu alam demokrasi atau lahirnya republik atau NKRI ini. Luar biasa. Maka, tepat sekali Panggung Sangga Buwana kalau saat ini kamulyaaken (dimuliakan-Red) atau direnovasi. Ini yang kedua. Mudah-mudahan akhir November (2025) jadi,” harap Gusti Moeng.
Berkait dengan renovasi itu, putri ke-25 Sinuhun PB XII yang “berhasil memimpin penyelamatan” kraton dari berbagai prediksi dan tindakan nyata upaya “pelenyapan” Kraton Mataram Surakarta itu, juga menyinggung soal museum. Walau situasi dan kondisi negara secara umum sedang “tidak baik-baik saja”, tetapi masih ada seorang yang “peduli” pada nasib kelangsungan kraton, termasuk akan merenovasi museum.
Pangarsa Yayasan Sanggar Pawiyatan Kabudayan Kraton Mataram Surakarta itu juga mengisahkan beberapa bangunan yang hingga kini masih terkesan “asing” bagi sebagian kerabat sendiri, apalagi publik di luar kraton. Menurutnya, tempat yang disebut “Kraton Kulon” adalah tempat “palereman” Sinuhun PB X yang bisa disebut sebagai bagian dari wujud “wiradhat” untuk memperpanjang usia lebih 200 tahun dari 1945.

Ritual khol wafat Sinuhun PB XII itu hanya berjalan sekitar sejam, dari pukul 15.30 hingga 16.30 WIB, diawali “dhawuh ujub” yang disampaikan Gusti Moeng. Abdi-dalem juru-suranata RT Irawan Wijaya Pujodipuro yang memimpin donga wilujengan, tahlil, dzikir, Syahadat Quresh dan shalawat Sultanagungan. Ada 400-an orang kerabat sentana dan berbagai elemen abdi-dalem hadir, dan berlanjut ziarah di Imogiri Rabu ini.
Dari lingkungan keluarga inti tampak KGPH Hangabehi (Pengageng Museum, Pagelaran dan Alun-alun) dan para tokoh berbagai jajaran Bebadan Kabinet 2004 yang hadir selain Gusti Moeng. Misalnya KGPH Puger (Pengageng Kusuma Wandawa), GKR Ayu Koes Indriyah (Pangarsa Sanggar Paes-Tata Busana), KPH Adipati Sangkoyo Mangunkusumo (Pengageng Kartipraja), beberapa wayah-dalem PB XII dan pejabat jajaran Bebadan.

Dari semua yang hadir, tampak Wali Kota Salatiga (dr Robby Hernawan SpOG) bersama istri, selain elemen Pakasa cabang yang mengikuti pisowanan. Misalnya utusan Pakasa Cabang Ponorogo yang dipimpin KRA Sunarso Suro Agul-agul (Wakil Ketua), Pakasa Cabang Ngawi yang dipimpin KRT Suyono S Adiwijoyo, utusan Pakasa Cabang Kudus yang dipimpin KMT Emmy Susilowati (istri), Pakasa Cabang Boyolali dan Pakasa Pati.
Hari saat berlangsung ritual khol Sinuhun PB XII, Selasa (14/10) adalah hari kerja sehingga banyak elemen Pakasa cabang yang tidak bisa hadir, bahkan tidak bisa mengirim utusan sama sekali. Namun, sejarawan yang juga ketua Lokantara Pusat di Jogja, Ki Dr Purwadi, tetap bisa hadir. Rabu (15/10) hari ini, bahkan ikut gabung rombongan yang dipimpin Gusti Moeng, ziarah di makam Sinuhun PB XII, Imogiri.(won-i1)