Pagi Ini, Prosesi Gunungan Garebeg Mulud, Menutup Ritual Sekaten 2025

  • Post author:
  • Post published:September 5, 2025
  • Post category:Regional
  • Reading time:4 mins read
You are currently viewing Pagi Ini, Prosesi Gunungan Garebeg Mulud, Menutup Ritual Sekaten 2025
TOKOH HANDAL : KPP Haryo Sinawung, KPH Bimo Djoyo Adilogo dan KPP Joni Sosrodiningrat adalah para tokoh andalan yang diharapkan mengawal pelaksanaan puncak hajada-dalem Gunungan Garebeg Mulud di Masjid Agung, Jumat (5/9) pagi ini. Begitu pula, selama tahapan tatacara ritual "Adang Tahun Dal 1959" ini. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Malam Nanti, Wilujengan di “Kraton Kulon” untuk Mengeluarkan “Dandang Kiai Dhdudha”

SURAKARTA, iMNews.id – Jumat Kliwon (5/9) pagi ini, seluruh rangkaian upacara adat yang digelar Bebadan Kabinet 2004 Kraton Mataram Surakarta diakhiri dengan prosesi puncak hajad-dalem Gunungan Garebeg Mulud Sekaten 2025, Tahun Dal 1959. Prosesi mengarak Gunungan dari kraton untuk didoakan ke Masjid Agung, setelah sepasang gamelan Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari dibawa masuk ke kraton.

Meskipun rangkaian upacara adat Garbeg Mulud Sekaten 2025 sudah berakhir dengan prosesi keluarnya hajad-dalem Gunungan, pagi ini, tetapi keramaian pasar malam “Maleman Sekaten 2025”, baru akan berakhir Minggu (7/9). Semua jajaran Bebadan Kabinet 2004 yang bertugas, tetapi menurut KPP Haryo Sinawung Waluyoputro, semua tetap diminta “waspada” untuk mengawal donga wilujengan Gunungan di Masjid Agung.

LIBUR SEHARI : Karena hari Kamis pantangan bagi kraton untuk mengeluarkan segala aktivitas menabuh gamelan, maka Kamis (4/9) kemarin gamelan Sekaten Garebeg Mulud 2025 libur alias tidak ditabuh. Tetapi, sepasang gamelan baru Jumat pagi ini dibawa masuk sebelum prosesi Gunungan dibawa ke Masjid Agung. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Ya, intinya dalam rapat Bebadan (Kabinet 2004-Red) kemarin begitu. Meskipun kami sudah berkoordinasi dengan gabungan aparat keamanan, tetapi tetap diminta waspada. Jangan sampai bagian akhir yang menjadi puncak upacara adat ini, dikacaukan oleh oknum-oknum ‘seberang’. Mereka ingin memancing emosi, agar kami bereaksi seperti pada Sekaten 2024 lalu, dan kami yang disalahkan,” ujar KPP Haryo Sinawung.

Wakil Pengageng Karti Praja yang dimintai konfirmasi iMNews.id Kamis (4/9) kemarin tadi lebih lanjut menyatakan, setelah selesai tugas mengawal pelaksanaan puncak upacara adat prosesi Gunungan, Jumat (5/9) pagi ini, semua jajaran Bebadan melanjutkan tugas lain nanti malam. Yaitu tugas mengawal pelaksanaan donga wilujengan di “Kraton Kulon” pukul 19.00 WIB, untuk mengiringi keluarnya “dandang” Kiai Dhudha.

KOMANDAN “PASUKAN” : KRMH Suryo Kusumo Wibowo adalah “komandan” pasukan yang bertanggung-jawab untuk mengangkut segala macam perangkat dan uba-rampe untuk keperluan upacara adat. Misalnya sepasang gamelan Sekaten yang hendak dibunyikan di Masjid Agung, atau hendak dikembalikan ke dalam kraton. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

“Dhawuh” dari Pengageng Sasana Wilapa/Pangarsa Lembaga Dewan Adat (LDA) yang sudah disebar ke berbagai grup WA elemen masyarakat adat menyebutkan, Jumat (5/9) malam nanti Bebadan Kabinet 2004 akan menggelar pisowanan di “Kraton Kulon”. Lokasi donga wilujengan tatacara mengeluarkan “dandang” Kiai Dhudha itu, adalah tempat yang punya sensasi lain karena sangat jarang dipakai di luar keperluan khusus.

Dalam “pisowanan” di tempat yang belum tentu bisa terulang dalam kesempatan yang sama pada 8 tahun kemudian itu, Bebadan Kabinet 2004 akan melanjutkan tatacara tahapan rangkaian ritual “adang” di Tahun Dal 1959 ini. Ritual menanak nasi dengan “dandang” Kiai Dhudha, hanya digelar Kraton Mataram Surakarta tiap sewindu sekali, dan kali pertama terjadi sejak “insiden Gusti Moeng kondur Ngedhaton” 17/12/2022.

“KRATON KULON” : Suasana sebagian “view” “Kraton Kulon” ketika habis dibersikan dalam kerja bhakti di awal setelah Gusti Moeng kondur Ngedhaton 17 Desember 2022. Bangunan karya Sinuhun PB II itu, menjadi tempat pisowanan para abdi-dalem yang menggelar donga wilujengan “Adang Tahun Dal” mulai malam nanti. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Rangkaian ritual “adang” di tahun Dal 1959 yang berdekatan dengan ritual Sekaten Garebeg Mulud di tahun yang sama ini, menambah agenda tugas “pisowanan” bagi semua elemen masyarakat adat. Karena, selain puncak Garebeg Mulud, Jumat pagi ini, Bebadan Kabinet 2004 juga mengeluarkan “dhawuh” untuk “pisowanan” donga wilujengan “miyosaken dandang Kiai Dhudha” di “Kraton Kulon” malam nanti.

Berbagai elemen masyarakat adat termasuk Pakasa cabang, Pasipamarta dan Putri Narpa Wandawa, diharapkan bisa hadir dalam “pisowanan” itu. Karena dukungan elemen abdi-dalem “Kanca-Kaji”, sangat diharapkan saat donga, dzikir dan tahlil digelar untuk mengeluarkan dandang Kiai Dhudha”. Agenda berikut, adalah prosesi membawa “dandang” Kiai Dhdudha ke Pawon Gandarasan, Sabtu (6/9) pagi besok.

ADANG TERAKHIR : Sinuhun PB XII menjalani ritual “Adang Tahun Dal” di tahun 2001, adalah “adang” terakhir sebelum wafat di tahun 2004. “Dandang Kiai Dhudha” disiapkan di atas “keren” yang dibuat di Pawon Gandarasan. Gusti Moeng meneladani ritual sesuai paugeran adat yang benar di Tahun Dal 1959 ini. (foto : iMNews.id/Won Poerwono)

Tatacara berikut, adalah hajad-dalem “Bethak” atau “adang” kali pertama di Tahun Dal 1959 di Pawon (dapur) Gandarasan yang akan digelar Bebadan Kabinet 2004 pada Minggu malam mulai pukul 18.30 WIB hingga selesai. “Pisowanan” juga digelar untuk berbagai elemen masyarakat adat terutama abdi-dalem “Kanca-Kaji”, untuk mendukung donga wilujengan agar nasi yang ditanak matang sempurna dan menjadi rezeki halal.

“Pisowanan” terakhir dalam rangkaian ritual “Adang Tahun Dal”, adalah Senin (8/9) pagi di Bangsal Paningrat. Pisowanan yang diawali donga wilujengan, tahlil dan dzikir itu akan ditutup dengan mencicipi nasi hasil adang bersama-sama seluruh masyarakat adat yang “sowan”. Walau hanya “sak puluk” (sesuap), diharapkan bisa memberi energi kesejahteraan bagi kraton, masyarakat adat dan seluruh bangsa. (won-i1)