“Eksistensi” Masyarakat Adat di Tengah Suasana Arus Informasi Modern (seri 4 – bersambung)

  • Post author:
  • Post published:August 18, 2025
  • Post category:Budaya
  • Reading time:6 mins read
You are currently viewing “Eksistensi” Masyarakat Adat di Tengah Suasana Arus Informasi Modern (seri 4 – bersambung)
BANGGA DAN SEMANGAT : Pakasa Cabang Kudus yang dipimpin KRRA Panembahan Didik Singonagoro bangga dan bertambah semangat, karena antara Sunan Kudus dan Dinasti Mataram punya hubungan darah yang mengeratikan ikatan silatuhami antara keduanya. Isu positif ini juga menjadi kebanggaan publik sangat luas. (foto : iMNews.id/Dok)

“Isu” Kyai Glongsor Menarik Warga Trah di Nottingham dan Birmingham Inggris

IMNEWS.ID – DARI sisi progres pengembangan organisasi, sebenarnya Pakasa Cabang Magelang (KRAT Bagiyono Rumeksodiningrat-Ketua Cabang) dan Pakasa Cabang Ngawi (KRT Suroyo S Adiwijoyo-Ketua Harian), juga punya potensi besar di bidang penguasaan teknologi informasi modern. Seandainya segera dilengkapi satuan kerja “public relation”, percepatan pengembangan organisasi pasti bisa terwujud.

Tetapi, percepatan pengembangan organisasi tidak hanya tergantung ketersediaan satuan kerja “public relation” atau pemanfaatan teknologi informasi modern. Ada faktor-faktor lain yang harus dimiliki sebagai daya dukung. Dan melihat potensi ketersediaan dua unsur/faktor itu, walau belum sepenuhnya lengkap, tetapi Pakasa Cabang Kudus yang lahir lebih dulu, punya potensi ke arah itu.

Selain potensi alat atau sarana, Pakasa Cabang Kudus banyak memiliki “isu” positif yang justru bisa membesarkan, mempopulerkan dan menjadi daya dukung pengembangan organisasi. Beberapa “isu” penting itu, cukup “seksi” untuk menjadi konten platform media sosial maupun publikasi/pemberitaan berbagai media mainstream. Semangat memiliki event religi andal, menjadi cita-cita yang bisa diwujudkan.

Dua “isu” penting itu, adalah ketokohan abd-dalem prajurit KRT Prana Kusumadjati yang dikenal dengan nama “Mbah” Kyai Glongsor. Abdi-dalem prajurit pada zaman Sinuhun Amangkurat IV saat jumeneng nata di Kraton Mataram Kartasura, diketahui memiliki “daya linuwih” (kesaktian) dan “kanuragan” yang di atas rata-rata. Karena kapasitas itulah Kyai Glongsor dipercaya menjadi “pengawal” Raja.

ISU FENOMENAL : Pakasa Cabang Kudus yang memiliki isu positif karena punya hubungan darah dengan Dinasti Mataram, juga punya isu fenomenal yang memiliki nilai publikasi tinggi. Karena, sosok ketuanya (KRAA Panembahan Didik Singonagoro), memiliki kecintaan pada pusaka yang menjadi simbol Kyai Glongsor. (foto : iMNews.id/Dok)

“Isu positif” tentang Kyai Glongsor ini sangat diapresiasi dan disukai khususnya warga Desa Rendeng, Kecamatan Kota atau masyarakat Kabupaten Kudus pada umumnya. Bahkan sangat menarik dan menjadi sarana mengeratkan kembali tali silaturahmi antara keluarga besar trah keturunan Sunan Kudus yang tinggal di kabupaten ini, dengan keluarga trah yang tersebar di berbagai daerah lain yang luas.

“Karena, dari istri pertama Sunan Kudus hanya punya satu anak, tetapi keturunannya banyak sekali dan sebagian besar menyebar di luar Jawa, bahkan ke luar negeri. Mereka punya grup WA yang setiap saat bisa menerima sebaran berita/informasi dari kegiatan trah Sunan Kudus di Kudus. Dari istri kedua, ada 8 anak, di antaranya Panembahan Palembang, Panembahan Makaos, Panembahan Kodhi dan sebagainya”.

“Sampai sekarang saya belum mendapat kontak dari trah keturunan Panembahan Karimun. Sedangkan Panembahan Joko tidak punya keturunan karena meninggal di usia muda. Yang paling banyak tinggal di Kudus dan sekitarnya, adalah trah dari Panembahan Makaos Honggo Kusuno, termasuk keluarga besar saya. Yang di Kudus ini yang rata-rata merawat pusaka peninggalan Sunan Kudus,” jelas KRRA Panembahan Kudus.

Melihat peta kekuatan dan sebaran keluarga besar trah Sunan Kudus ini, menjadi potensi meyakinkan sebagai objek penyebaran berita dan informasi tentang isu-isu positif terutama perkembangan baru isu nama besar Kyai Glongsor. Isu tentang Kyai Glongsor dan pusaka terompet peninggalannya, serta keberadaan makam juga kemasan evenet haul disertai kirab budaya, sangat menarik bagi keluarga besar trah.

MEWUJUDKAN SIMBOL : KRAA Panembahan Didik Singonagoro selaku pimpinan Pakasa Cabang Kudus bisa mewujudkan simbol-simbol kebanggaannya terhadap berbagai pusaka peninggalan leluhurnya, Kyai Glongsor, bahkan bisa mewujudkannya dalam bentuk replika berukuran jumbo yang menjadi ikon khasnya. (foto : iMNews.id/Dok)

Keluarga besar trah Sunan Kudus setiap melihat informasi dan berita-berita dari facebook dan instagram KRRA Panembahan Didik Singonagoro yang disebar ke alamat WA grup trah itu, selalu mendapat tanggapan posisif dan cepat. Dan dari berita-berita yang diangkat iMNews.id tentang nama besar Kyai Glongsor, disebutkan Ketua Pakasa Cabang Kudus itu, selalu menjadi perbincangan hangat.

Perbincangan di grup-grup WA trah Sunan Kudus yang tersebar luas hingga Malaysia, bahkan yang tinggal di Kota Nottingham dan Birmingham, Inggris, banyak disebut keluarga trah yang kontak langsung KRRA Panembahan Didik Singonagoro. Isu positif tentang Kyai Glongsor baik tentang makam, haul, terompet dan jamasan pusaka itu, ziarah hingga kirab budayanya, menjadi perbincangan menarik grup-grup WA trah.

“Bahkan, saat terompet ketlisut sampai berita diketemukannya kembali, sangat diperhatikan grup-grup WA keluarga trah Sunan Kudus di berbagai wilayah sampai jauh di luar negeri. Saya pernah di-WA keluarga trah yang di Kota Nothingham dan Birmingham (Inggris), soal terompet eyang Glongsor. Baik saat dikirabkan, hilang, diketemukan maupun saat saya jamasi,” tunjuk KRRA Panembahan Didik.

Isu tentang Kyai Glongsor semakin menarik diperbincankan di grup-grup WA keluarga besar trah Sunan Kudus khususnya masyarakat Kabupaten Kudus, karena tokoh prajurit bahkan pengawal pribadi Kanjeng Ratu Kentjana, garwa prameswari Sinuhun Amangkurat Jawi (IV) itu juga trah Sunan Kudus. KRRA Panembahan Didik Singonagoro, juga salah satu trah keturunannya dari sang nenek.

ISU STRATEGIS : Posisi KRAA Panembahan Didik Singonagoro sebagai Ketua Pakasa Cabang Kudus sekaligus pimpinan 4 Majlis Taklim miliknya yang ada di tiga kecamatan di Kabupaten Kudus, menjadi isu strategis positif yang bermanfaat bagi dirinya, lembaganya dan menarik bagi publik secara luas. (foto : iMNews.id/Dok)

“Maka, sejak lahir saya sudah memakai nama Panembahan Didik. Setelah dewasa saya diberitahu eyang (kakek), saya juga berhak memakai nama Alap-alap Gilingwesi yang menjadi nama besar Kyai Glongsor. Nama Didik malah seperti menjadi nama ‘marga’. Karena, anak lelaki dan perempuan boleh memakai nama itu. Maka, 7 anak saya baik lelaki maupun perempuan, semua memaka nama Didik,” jelasnya lagi.

Selain isu tentang nama Kyai Glongsor dengan segala hal menarik yang berkait dengan namanya, isu tentang pertemuan genetis antara trah Sunan Kudus dengan trah Dinasti Mataram, juga menarik. Masyarakat Kabupaten Kudus dan keluarga besar trah Sunan Kudus serta publik secara luas, banyak yang tidak tahu bahwa keluarga besar Kraton Mataram Surakarta, juga memiliki darah keturunan Sunan Kudus.

Isu tentang hubungan darah itu tentu sangat menarik, selain isu Raja-raja Mataram Surakarta berdarah keturunan Madura lebih kuat. Karena, sebelum Sinuhun PB IV mengambil dua putri Adipati Tjakra Adiningrat III sebagai permaisuri, permaisuri Sinuhun PB III-pun berdarah Madura. Tetapi, isu Raja-raja Mataram Surakarta berdarah Sunan Kudus, jelas dimulai dari Sinuhun Amangkurat IV atau Jawi.

Karena, Adipati Tirtakusuma ing Kudus (Bupati Kudus) yang merupakan ayah Kanjeng Ratu Kentjana, adalah trah darah-dalem Sunan Kudus yang berasal dari istri kedua Sunan Kudus. Kanjeng Ratu Kentjana Kudus yang menjadi permaisuri Sinuhun Amangkurat Jawi saat Mataram Islam masih berIbu Kota di Kartasura itu, melahirkan Sinuhun PB II. Kyai Glongsor menjadi pengawal permaisuri, hingga Sinuhun PB III lahir.

KARENA BANGGA : Kebanggaan KRAA Panembahan Didik Singonagoro menjadi salah seorang trah darah-dalem Sunan Kudus dan keluarga besar masyarakat adat Mataram Surakarta yang punya hubungan darah dengan Sunan Kudus, selalu menambah semangat untuk menjalankan “gawa-gawe”, hingga tak mengenal fisik sedang sakit. (foto : iMNews.id/Dok)

Isu Raja-raja Mataram juga berdarah Sunan Kudus ini, tentu sangat menarik dan menambah kebanggaan keluarga besar Dinasti Mataram. Bahkan kebanggaan seluruh keluarga besar masyarakat adat di berbagai elemen, terutama Pakasa Cabang Kudus, yang secara kebetulan dipimpin seorang trah darah-dalem Sunan Kudus. Hubungan darah antara Mataram Surakarta dengan Sunan Kudus, tentu sangat “menarik”.

“Isu positif” hubungan darah antara Mataram Surakarta dengan Sunan Kudus, adalah berita yang jelas menarik dan membanggakan keluarga besar trah Sunan Kudus yang tersebar di berbagai wilayah luas, khususnya masyarakat Kudus. Isu baru ini tentu menambah bangga dan semangat KRRA Panembahan Didik Singonagoro dan Pakasa Cabang Kudus untuk menjalan tugas dan kewajibannya. (Won Poerwono – bersambung/i1)